Kening ku berkerut melihat keadaan sekitar. Aku kebingungan melihat diriku yang tiba-tiba berbaring di dalam kamar.
"Kak?" sebuah kepala muncul dari balik pintu.
Aku menengok.
"Sudah bangun rupanya." Dia masuk ke dalam.
"Memangnya apa yang terjadi?"
Dia duduk di samping kepalaku, "begini nih kalau sudah tua, kejadian kehidupannya sendiri saja mudah lupa."
"Serius ih!" Aku mencubit perutnya.
"Aw!" dia memukul ku, "semalam, kakak digendong sama kak Reyhan ke kamar."
"HAAAAHHH???" aku kaget bukan main dan langsung terduduk, "aduh! Aduh! Pusing."
"Ih! Jangan banyak gerak dulu!" dia memarahiku.
Aku membaringkan badanku lagi. Menghela nafas panjang.
Dia menggendong ku?
"Oh ya, kak Stevan tanya, kenapa ponsel kakak tidak aktif."
Alisku terangkat. Baru ingat, kemana ponselku?
Tanganku segera merogoh saku celana dan kemeja dengan gugup untuk mencarinya.
"Dimana dia?" aku bertanya pada Mattew.
"Loh? Kenapa malah tanya aku?"
"Tolong ambilkan tas yang hitam itu." Aku menunjuk tas slempang di atas kursi yang ku pakai semalam. Mattew menurutinya.
Ternyata ada di dalam tas ku. Aku segera menekan tombol turn on, memang tidak mau menyala. Sepertinya baterai sudah habis.
Aku mengabaikannya, meletakkan ponsel itu di atas meja samping kasur.
"Kenapa tidak segera di charge?" Tanya mattew terheran-heran, karena biasanya aku langsung menchargenya ketika aku tau benda itu tidak mau menyala.
"Nanti saja, ah." Ku tarik selimut dan membuang muka darinya.
"Aku chargerin ya." Tanpa jawaban dariku, dia meraihnya dan mencari charger di laci meja.
"Yaaaaakk!" teriakku.
"Sssssstttt!!" jarinya menyentuh bibirnya
"Kebiasaan deh suka ambil hp orang sembarangan."
"Kan niatnya baik." dia akhirnya menemukan charger yang dicari kemudian memasukkannya ke dalam stop contact.
***
Author's POV
Reyhan masih terbaring di atas kasurnya. Memeluk bantal gulingnya. Dia masih memikirkan kejadian semalam ketika dia melihat Erissa terlelap di sampingnya, dan insiden menggendong Erissa ke dalam kamar lebih membuat pikirannya berantakan.
Sepasang mata bulatnya melihat keluar jendela kamar yang panjangnya hampir menyentuh lantai, sehingga ruangannya terlihat begitu terang.
Dia mempoutkan mulutnya, aku pasti sudah gila kalau memikirkannya terus menerus.
Wajah Erissa berulangkali datang dalam pikirannya. Apalagi wajah naturalnya ketika tidur di sampingnya yang saat itu ia sedang mengemudi. Kedua matanya diam-diam mampir kearah Erissa setiap menengok ke kaca spion sebelah kiri mobilnya. Antara sengaja dan tidak sengaja, yang jelas dia seringkali melihat Erissa sepanjang perjalanan.
Reyhan membalikkan badan. Berbaring dan merentangkan tangan selebar-lebarnya. Kakinya menendang-nendang dan kepalanya yang menggeleng keras.
Jangan gila, Reyhan! Fokus sama perfom nanti! dahinya mengerut keras, masih menghadap langit-langit kamarnya. Sebentar lagi dia harus menghadiri sebuah undangan untuk bernyanyi atas nama eskul band kampusnya. Jika ada suatu pikiran yang menghantui, bisa-bisa mengganggu konsentrasinya ketika ia sedang tampil di atas panggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
TSILY [END] ✔️
Roman pour Adolescents[Thankyou, Sorry, and I Love You] Aku membuatmu kesulitan, tapi aku juga mengalami masa sulit. Tak seperti tekadku, tidak ada yang membaik. ------------------------------------------------- Cast: Erissa (pemeran utama) = Yeri 'Red Velvet' Stevan (...