PART 1: PROLOG (Revisi)

540 8 1
                                    

"Hari itu aku sudah meramalkan bahwa nantinya aku akan selalu mengingatmu, setidaknya setiap bulan April."

Hai Aprill. Saat aku menulis ini, aku sedang sangat lelah. Setahun terakhir, pekerjaanku sudah banyak sekali menyita waktu dan tenagaku. Sampai-sampai aku harus mendengar kata rindu dari sambungan telepon bunda hampir di setiap pagi. Kata bunda, aku sudah tidak ada waktu lagi untuk pulang ke rumahnya. Padahal tidak begitu. Aku hanya sedang berusaha menerbangkan kegundahanku dengan kesibukanku. Aku tetap sayang bunda. Tidak akan ada yang berkurang dari dulu. Dari saat kamu mendamaikan perasaanku yang pernah berperang melawan bunda.

Aku sering bilang pada bunda untuk menghiburnya, bahwa ketika kita merindukan seseorang, maka cukup memejamkan mata dan memanggil namanya berulang kali dalam hati. Maka, dia akan merasakannya. Persis dengan yang pernah kamu ucapkan padaku dulu. Maaf sudah mengambil kalimat mutiaramu tanpa ijin. Setidaknya aku bisa mendengar suara tertawa bunda setelahnya. Meski bunda bilang, kalimat itu tidak bagus jika aku yang mengatakannya. Terlalu romantis katanya.

Kalimat mutiaramu itu juga selalu menemaniku selama tiga tahun ini. Menjadi pereda rinduku pada seseorang saat aku memejamkan mataku dan memanggil namanya dalam hati berulang kali. Entah dia merasakannya atau tidak. Entah dia merindukanku juga atau tidak. Aku serahkan itu padanya. Karena batas kemampuanku hanyalah berusaha bertahan hidup dalam bayang-bayangnya.

Dia. Ada, tapi tiada. Tiada, tapi selalu ada. Batas itu tidak pernah nyata. Kamu benar-benar meninggalkanku dengan tanda tanya besar di kepala. Tentang kamu, dan tentang kesedihanku sejak kamu memilih untuk melanjutkan hidupmu tanpa aku. Aku tidak pernah menyangka akan sesedih ini. Rasanya seperti ada bagian dari diriku yang kamu bawa pergi. Entah apa.

Selalu aneh rasanya. Dua orang yang pernah sedekat kita bisa menjadi seasing sekarang. Bahkan setiap kali aku bertemu dengan teman-teman kita yang tanpa sengaja menanyakan kabarmu, hatiku merasa panas dan tersengat. Pertanyaan itu menyadarkanku bahwa garis waktu sudah banyak menciptakan peristiwa dan mengubah keadaan di antara kita. Sesulit ini. Sekecil kemungkinan agar kamu mengijinkanku untuk menemuimu kembali. Barang satu kali saja dalam sisa umurku.

Tidak banyak. Aku hanya ingin mengetahui kabarmu. Aku ingin tahu bagaimana waktu mengobati lukamu yang pernah tumbuh karena aku. Entah dengan mengaburkan semua tentang aku dalam memorimu. Atau dengan membuatmu berdamai dengan egomu sendiri. Atau jika memang luka itu masih saja menyakitimu, ijinkan aku yang mengobatinya. Mengembalikan kepercayaanmu dengan caraku. Meski aku tahu, pasti tidak akan sama lagi seperti dulu.

Mungkin menurutmu jangka waktu dua tahun belum juga cukup untuk menghukumku. Andai kamu mau tahu, bahkan setiap detik tanpa mengetahui kabarmu terasa berdenting lambat. Banyak hal-hal sedih, marah, benci, dan lainnya yang semakin sulit aku mengerti. Dan mungkin tidak akan pernah ada kalimat yang tepat untuk menggambarkan bagaimana rasanya menjadi seorang aku selama ini. Itulah alasan dibalik pilihanku untuk menyibukkan diri.

Dan kamu. Kamulah sosok dari seorang dia yang aku maksud dalam setiap kata rinduku selama tiga tahun ini. Sejak terakhir kali kita bertemu di acara yang pernah aku khayalkan akan aku lalui denganmu. Berjalan bersama, dan saling menggenggam erat satu sama lain. Tapi yang terjadi, aku justru melewatkannya tanpa sempat menjabat tanganmu sebagai ucapan selamat untuk menapaki tahap kehidupan yang baru.

'Aprill'. Satu nama yang selalu sulit aku mengerti. Atau mungkin kamu memang sengaja membuat jejak yang tidak terlacak olehku. Hingga setelah sekian lama, aku masih tidak tahu harus menjadi manusia yang seperti apa agar kamu mau memaafkanku. Akan selalu ada banyak kurangku yang tidak bisa kamu maklumi. Aku tahu itu. Jadi aku tidak akan memaksamu untuk mengampuninya.

Satu hal saja. Cukup berikan aku kesempatan untuk mengenangmu di bulan bersejarah kali ini. Bulan April ketujuh sejak aku mengenalmu. Bulan yang sama-sama kita ingat sebagai bulan kelahiran kita berdua. Bulan di mana kamu pernah menghancurkan seluruh perasaanku dengan kalimat selamat tinggal yang tidak pernah aku inginkan. Jika kamu sudah lupa rangkaian kalimat mana yang membuatku pernah merasa hancur, maka aku akan mengingatkannya sekali lagi.

Untuk APRILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang