PART 5: PAKET LENGKAP (Revisi)

163 2 0
                                    

"Aku tidak ingin bilang kamu sempurna, tapi karakterku jauh lebih tidak sempurna."


#1

Setelah belajar Akuntansi Biaya untuk pertama kalinya berdua, proses perkenalan kita cukup lama terjeda. Kita tidak lagi pergi berdua. Seringnya komunikasi kita cuma sekadar saling bertukar pesan lewat chat. Aku sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba di pekan mahasiswa selama beberapa minggu. Sedangkan kamu sibuk dengan duniamu bersama teman-temanmu yang lain. Garis kesibukan yang berbeda itulah yang akhirnya mempersulit pertemuan kita di luar kelas.

Waktu itu bisa dibilang aku juga belum begitu terbiasa dengan keberadaanmu. Jadi ada atau tidaknya kamu dalam jarak pandangku tidak pernah aku jadikan masalah besar. Bahkan aku akui kalau kadang aku masih lupa jika ada kamu yang setiap harinya menungguku untuk bertukar kabar. Aku terlalu asyik dengan duniaku sendiri mungkin. Hingga tanpa aku sadari membuatmu merasa kecewa.

Seperti hari di mana kamu datang mendukungku di lomba badminton pada pekan mahasiswa. Tapi aku justru terlalu sibuk sampai terlambat membaca pesanmu setelah kamu memilih pergi dari aula. Ada rasa menyesal karena gagal melihatmu setelah sekian lama. Apalagi melihatmu yang hari itu menyempatkan datang dengan tujuan khusus hanya untukku. Aku merasa menjadi orang paling bodoh di dunia karena tidak menghargai usahamu itu.


#2

Pekan mahasiswa kurang lebih berlangsung seminggu. Dan setelahnya, kuliah berlanjut lagi seperti biasa. Pagi itu aku sengaja menyempatkan datang lebih awal karena ingin segera bertemu denganmu di kelas. Bukan rindu, tapi aku sedang merasa bersalah saja karena sudah membuatmu kecewa selama kesibukanku di pekan mahasiswa. Ditambah lagi karena aku sempat mengabaikan chat-mu beberapa hari selama aku sakit diare. Aku ingin menjelaskan banyak hal agar kita tidak salah paham. Tapi yang terjadi kamu justru menghindari panggilanku dengan terus melangkahkan kaki menuju pintu masuk gedung kuliah saat kita bertemu sebelum masuk ke kelas pagi itu. Aku yang semakin panik karena kamu acuhkan kemudian segera berlari menghampirimu.

"Priiiiillll."

Sekitar 10 langkah sebelum aku bergerak semakin dekat, kamu kemudian menoleh. Tapi Fatma yang datang dari arah lain sudah lebih dulu merangkul pundakmu sambil mengajak masuk ke kelas. Melihatnya, kemudian aku memperlambat langkahku. Sempat aku mendengar suaramu yang serak saat Fatma mengajakmu bicara. Bahkan aku semakin khawatir saat aku tahu bahwa kamu sedang batuk parah sepanjang kuliah di dalam kelas. Lalu aku menghampiri tempat dudukmu.

"Lagi batuk?"

Kamu hanya menjawab dengan mengangguk. Sambil tidak berhenti terbatuk-batuk. Aku khawatir dan berniat menyentuh bahumu untuk menenangkan. Tapi kamu justru menepis tanganku. Hingga sejenak kemudian tanganmu memberi gerakan isyarat agar aku menjauh. Dan aku mengabulkannya. Dengan langkah lemah aku kembali ke tempat dudukku. Dengan begitu banyak pikiran-pikiran negatif yang berputar di kepalaku. Tentang kamu yang berbeda. Dan tentang aku yang sudah membuatmu kecewa.


#3

Setelah hari itu, aku memutuskan untuk memberimu jeda. Aku tidak berani lagi menghampirimu di kelas. Aku juga tidak berani lagi mengirimkan chat basa-basi seperti sebelumnya. Dan kamu pun memilih diam. Kamu memilih bungkam tanpa memberi tahuku apa yang sebenarnya terjadi. Kamu membiarkan aku seperti orang bodoh yang hanya berani memperhatikanmu dari kejauhan. Setidaknya, aku hanya ingin mengetahui kabarmu, Prill. Aku takut jika hilangnya senyummu bukan hanya karena kamu sedang sakit. Tapi mungkin karena ada salahku yang tidak aku sadari hingga membuatmu sekecewa itu.

Untuk APRILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang