PART 8: FATAMORGANA (Revisi)

88 2 0
                                    

"Padahal wanita defensif yang hari itu bersamaku, adalah wanita langka yang akan sulit aku temui lagi pada sosok wanita lainnya."

#1

Ketika dua orang asing saling bertemu, tandanya di hari yang sama mereka bersepakat untuk membentangkan selembar kain putih. Lalu bersama-sama membuat coretan di atasnya. Kadang berwarna-warni. Kadang memilih hitam. Atau jika sedang lelah, tangan mereka akan berhenti bergerak sambil mencoba menikmati hasil karyanya melalui panca indera. Mulai memahami aromanya, bentuknya, teksturnya, rasanya, dan juga suaranya. Hari itu aku sedang melakukannya pada hubungan kita. Aku sedang memahami apa yang sebenarnya telah terjadi. Dan yang aku temukan adalah perlakuan baikmu padaku yang tidak lebih dari teman.

Aku menerima kenyataan itu, Prill. Tidak masalah. Selagi kita belum terlalu jauh. Dan pikiranku belum terlalu dalam terjatuh. Aku pikir 4 bulan itu sudah cukup menjebakku dalam pesonamu yang maya. Ketika kamu bilang aku cocok dengan Martha, aku rasa juga tidak ada salahnya jika aku mencoba mengikuti saranmu. Martha orang yang baik. Dari keluarga baik-baik. Dia lucu dan menggemaskan dengan cara bicaranya yang super nge-pop. Bahkan dia lebih banyak membagikan kisahnya dibandingkan kamu yang awalnya aku pikir bisa aku jadikan rumah setiap kali aku merasa lelah. Aku tahu dia anak seorang polisi, anak pertama dari 4 bersaudara yang semuanya perempuan, dan banyak hal lagi, langsung darinya. Tanpa perlu repot-repot stalking lewat media sosial seperti yang pernah aku lakukan demi mengenalimu dengan lebih baik.

Martha, dengan semua perhatiannya, dan kepercayaannya untuk selalu bersikap terbuka padaku, mendorongku untuk berpikir realistis. Bahwa memang sudah seharusnya jika aku memilih jalan yang lebih mudah. Bersama orang yang isi pikirannya tidak susah terbaca. Dan orang yang dengan kerendahan hatinya menerimaku untuk masuk dalam kehidupannya dengan tangan terbuka. Orang itu adalah Martha. Sahabatmu, yang katamu sangat kamu sayangi itu. Sahabatmu, yang setengah mati kamu jaga perasaannya itu.

Jadi jangan salahkan aku jika kemudian aku selalu ada untuk Martha kapanpun dia mengandalkanku. Mengantarnya ke stasiun KRL sepulang dari kampus, menemaninya makan malam jika dia bilang sedang kesepian, mengeluarkan keahlianku dalam hal flirting di depannya, atau yang lebih parah meminta dia mengenalkan aku dengan papa dan mamanya. Tapi percayalah, yang terakhir itu aku cuma bercanda. Aku gak mungkin punya nyali sebesar itu untuk ketemu pak polisi sementara perasaanku pada anak gadisnya masih mengambang di awang-awang. Kalimat itu hanya kalimat basa-basi dari seorang playboy kacangan yang hari itu sedang butuh pelarian.

#2

Meski aku mencoba mendekati Martha, aku tidak pernah sekalipun ingin merusak hubungan baik kita. Setahuku semua memang tetap berjalan baik-baik saja. Kita masih sama-sama menjalankan tugas kita sebagai teman yang baik. Kamu yang membantuku untuk mengejar nilai Akuntansi Keuangan Menengah demi menyelamatkanku dari ancaman dropout. Dan aku yang menemanimu setiap kali kamu ingin mencoba kuliner baru di sekitar Bintaro. Yeah, so far so good. Aku bersyukur untuk itu. Setidaknya aku masih punya kesempatan untuk semakin terkagum-kagum dengan fakta baru tentangmu yang list-nya semakin bertambah panjang setiap hari. Atau sebenarnya mungkin salah jika aku malah bilang bersyukur. Karena tanpa aku sadari, kesempatan itu justru melahirkan tipu muslihat lewat rasa kagum yang semakin memperdaya kewarasanku.

Aku tidak tahu kenapa dari banyak pilihan, kamu tetap mengambil opsi untuk selalu bersikap baik padaku. Kalau kamu mau tahu, kebaikanmu itu melemahkanku, Prill. Apalagi kelembutanmu untuk membantuku memahami setiap materi di saat aku berada di fase kritis atas ketakutanku sendiri menjelang UAS. Dan kamu tetap berdiri di sampingku dengan ketangguhanmu. Dengan sihirmu untuk selalu menguatkanku. Kamu bilang, hidup itu kuncinya percaya. Kalau kita gak percaya sama diri sendiri, berarti kita sudah gak pantas buat hidup. Kalimat itu selalu aku ingat. Seperti mantra sihir yang menghipnotisku untuk berdiri setegar karang. Aku masih dan selalu belajar hidup dari caramu bertahan hidup sampai sekarang. Meskipun ada sebagian yang aku tidak setuju.

Untuk APRILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang