02

1.3K 145 39
                                    

Terkadang cinta memang butuh pengorbanan. Salah satunya aku, aku berkorban demi kamu dengan cara melepasmu sementara waktu. Meski aku tak sanggup jauh dari kamu.


Tak

Seorang wanita berusia dua puluh tujuh meletakan beberapa kertas bergambar dalam bentuk design busana di atas meja kerja. Wanita itu tengah duduk di kursi kebesarannya, matanya menatap intens Alana yang duduk berhadapan dengannya.

"Bagaimana, Bu Vania? Apa ada yang kurang menarik?" tanya Alana dengan harap-harap cemas menghiasi raut wajah cantiknya.

Wanita bernama Vania itu mengangguk. "Good, saya suka gaun yang kamu design ini. Tapi saya sarankan, lebih baik kamu aplikasikan dengan warnanya enggak begitu menyolok. Hmm, misalkan biru langit atau warna lain yang enggak terlalu terang. meski simple tapi terlihat mewah."

"Apa warna yang saya buat ini enggak bagus, Bu?"

"Bukannya enggak bagus. Hanya saja terlalu terang. Warna merah maron kamu kombinasikan dengan kuning. Itu terlihat enggak oke, Alana."

"Baiklah kalau begitu, warnanya akan saya ganti nanti, Bu," kata Alana sedikit lesu.

"Oke, bulan Mei nanti usahakan segera diluncurkan. Planning kali ini harus berjalan lancar. Dan saya tidak mau ada kesalahan sedikit pun. Saya mengandalkan kamu Alana," jelas Vania sangat tegas.

Alana mengangguk. "Oke, Bu, saya mengerti."

"Meeting hari ini tolong kamu saja yang handel. Siang nanti saya ada janji dengan seseorang, yang baru saja datang dari luar negeri."

"Oke, ada lagi?"

Vania menggeleng. "Itu saja."

"Baiklah, kalau begitu saya permisi Bu Vania."

Alana beranjak dari duduk dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Vania.

Hari ini adalah hari yang melelahkan untuk gadis itu. Dimana ia harus menghandel semua pekerjaan sang bos bertemu dengan beberapa kolega saat rapat nanti. Belum lagi ia harus mengulang warna gaun hasil  design-nya yang terlihat mencolok dan harus digantikan dengan warna simple, sesuai Vania minta.

Dua minggu lagi akan memasuki bulan Mei. Itu artinya, Alana harus siap siaga dari sekarang untuk mempersiapkan rancangan gaun terbarunya. Dimana rancangannya tersebut, akan dipertontonkan ke semua para tamu undangan yang akan hadir ke acara nigt mode nanti. Acara ini diselenggarakan oleh perusahaan Vigo Grub, dipimpin oleh Vania Putri, selaku pemilik tunggal PT. Vigo Grub.

Sebagai seorang desainer, Alana kerapkali mengupayakan segala kemampuan memberikan hasil karya terbaiknya, untuk perusahaan tempat ia bernaung semenjak tiga tahun terakhir ini.

Ya, akhirnya Alana sudah sukses menjadi seorang perancang busana terkenal yang selama ini ia idam-idamkan. Dan design pakaian ia buat pun sangat bagus, sehingga banyak orang menyukai hasil buatannya tersebut. Simple, warnanya sesuai kekinian, modelnya beragam-ragam, dan tidak pula begitu berlebihan.

Alana menghempaskan bokongnya di kursi kerja. Tangan mungilnya siap bergerilya di atas meja plus berbagai file juga dokumen-dokumen penting sebagai menu utama yang harus ia kerjakan. Tidak lupa juga ada laptop masih menyala di atas meja agar mempermudahkan gadis itu menyelesaikan tugas-tugas tersebut.

Alana merogoh tas untuk mengambil handpone, ketika mendengar nada dering panggilan berbunyi. Ia medial tombol biru, lalu menempelkan benda persegi itu ke telinganya.

"Hallo Rena, ada apa?"

"Lo sibuk enggak?"

"Iya, gue sibuk."

"Yah, padahal gue pengen ketemu lo, mau kasih kabar baik buat lo, Al."

Alana melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jam menunjukan 12.20 siang.

"Enggak bisa Ren, gue ada meeting setengah jam lagi. Lo kasih tahu gue aja sekarang."

"Hmm ... enggak bisa Al, kalo gitu, kabar baiknya gue simpan dulu."

"Loh, kok gitu? Kasih tahu dong. Kepo nih gue!"

"Bodo amat, udah 'ah. Selamat bekerja aja, ya? Bye ...."

Klik

Sambungan telepon terputus dari seberang sana, Alana berdecak sebal. Ia penasaran pada gadis itu yang meneleponnya tadi. Katanya, gadis itu ingin memberitahukan sebuah kabar baik. Kabar baik apa? Entahlah, Alana akan tanyakan nanti pada gadis itu. Setelah ia menyelesaikan pekerjaan pentingnya dulu. Untuk sementara waktu biarlah Alana menahan rasa keingintahuannya tentang kabar baik tersebut.

"Rena enggak asyik banget, sih," ocehnya kesal.

"Alana, dua puluh menit lagi meeting akan dimulai, kamu siap-siap!" seru seorang pemuda pendek menyembulkan kepalanya di balik pintu kaca ruangan Alana.

Alana mengangguk. "Oke."

***

Vania memakirkan mobil sedan hitamnya di pelataran parkir sebuah restauran Monalisa. Ia membuka pintu bagian kemudi lalu turun. Kaki jenjangnya melangkah cepat setelah sampai di depan pintu restauran itu. Vania lantas mendorong pintu kaca restauran itu dan masuk. Matanya menyapu ke seluruh ruangan yang terlihat sangat ramai oleh pengunjung. Mata Vania berhenti pada satu objek yang duduk di sudut dekat jendela kaca transparan, sambil menyesap minuman. Vania mengembangkan senyum, saat orang yang sedaritadi ingin ia temui ada di sana. Ia berjalan mendekati sosok itu, sehingga mengundang beberapa pasang mata yang memandangnya dengan takjub. Vania kelihatan sangat cantik memakai dres mini selutut warna hijau tosca, rambut pendek sebahu nan halus tanpa ikatan pita, bibir plum merah delima begitu indah kala ia tersenyum, dan tubuhnya yang langsing tanpa ada cacat. Vania begitu sempurna di mata kaum Adam, apalagi mendambakan wanita secantik Vania menjadi milik mereka.

"Hai," sapa Vania. Lalu menyeret kursi dan menjatukan bokongnya pelan.

Seseorang itu tersenyum. "Akhirnya kamu datang juga."

"Aku enggak akan melupakan janjiku untuk bertemu kamu. Bagaimana perjalananmu? Sangat melelahkan?" tanya Vania antusias.

"Enggak begitu melelahkan kalau menyangkut untuk bertemu kamu," jawab sosok itu dengan santai.

"Gombal," sahut Vania sambil terkekeh.

"Aku serius Vania. Bagaimana dengan dia?" tanya seseorang itu.

"Hmm, sejauh ini dia baik. Aku banyak kasih tugas buatnya seperti yang kamu minta."

"Terima kasih, Vania," ucap seseorang itu dengan bibirnya sedikit berkedut. "Aku mengandalkanmu."

"Enggak masalah."

_____________________________

Maaf pendek ;)

31.01.18

(New version Revisi 01 Juni 2023)

Rasya Dan Alana 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang