Curhat

749 157 169
                                    

40hari sudah Sibas mendiamkan Mas Godt padahal dalam hati Sibas juga nyesek gak main-main setiap ngusir Mas Godt. Tapi memang Sibas harus bersikap demikian. SiBas tak memiliki pilihan lain. SiBas harus segera menyelesaikan prahara mereka berdua. Intinya Sibas harus tetap maju di acara katakan putus, dia harus masuk tv, titik. Habis itu balikan sama Mas Godt lagi nggak pa-pa kok, gitu menurut Sibas. Yang penting akting putusnya di depan kamera menghayati dan syukur-syukur bikin penonton nangis kejer merasa terharu dengan kisah cinta Sibas yang pilu.

Pak R'Tae terkantuk-kantuk menemani Sibas belajar. Padahal dulu pak R'Tae tinggal ongkang-ongkang kaki jika Sibas tak marahan pada Mas Godt karena Mas Godt yang menemani Sibas belajar.

Pak R'Tae sesekali menggaruk selangkangannya meminta sesuatu di bawah sana sedikit lebih bersabar. Burungnya Pak R'Tae sudah tak sabar masuk kandang tapi Sibasnya malah nggak pengertian. Bisa berabe kalo Madam sudah tidur. Madam pasti akan memakan pak R'Tae hidup-hidup jika Pak R'Tae mengganggu tidur istrinya itu.

"Dek, belum tidur to?" Seru pak R'Tae memastikan istrinya masih melek.

"Masih isi TTS Pak R'Tae!" Jawab Madam dari dalam kamar.

"Ya. Tunggu bentar ya Dek," ujar Pak R'Tae lagi.

"Papi, papi. Ini Sibas bacain Papi yang jawab," ujar Sibas. "Papi, Sebutkan proses terjadinya angin laut."

Pak R'Tae mengacak rambut frustasi. Kenapa Sibas mengganti mata pelajaran seenak jidatnya padahal baru saja Sibas membahas pelajaran bahasa Inggris sekarang sudah sampai pelajaran IPA.

"Papi, sebutkan," Sibas memperingatkan.

"Ya apa? Papi ya nggak tahu. Masa Papi harus SMS Avatar dulu tanya gimana bisa ada angin di muka bumi?"

"Huh? Avatar apa papi?" Tanya Sibas cengo.

"Avatar itu pengendali air, tanah, api dan udara alias angin. Tapi semuanya berubah setelah negara api menyerang," jelas Pak R'Tae dengan mimik serius.

"Pak R'Tae kalo belajarnya sembrono aku tidur lho ya!" Madam memperingatkan dari dalam sana.

"Eee jangan Mami!!" Pekik Pak R'Tae kalang kabut. Sudah bisa ditebak pak R'Tae ada maunya jika sudah memanggil sang istri dengan sebutan Mami.

"SiBas tu punya hp to? Mbok buat cari di google jawabannya itu," ujar Pak R'Tae dengan suara berbisik pada Sibas.

"Oh. Oke Papi. Tapi beliin kuota,"

"Iya iya papi beliin kuota. Tapi besok ya kalo Papi gajian."

"Berarti kerjain PR nya nunggu papi gajian?"

"Yak ampun, Sibas! Anak siapa sih kamu?!" Sungut pak R'Tae geram.

"Anak Tante Krist sama Om Singto," jawab Sibas santai.

"Ya udah sana belajar sama Om Singto. Sana..."

Sibas memanyunkan bibirnya sambil mengemasi buku di atas meja tamu dan membawa setumpuk buku itu pergi meninggalkan rumah demi menuntut ilmu di rumah Om Singto.

Pak R'Tae kegirangan bukan main, tahu begini sudah sejak tadi pak R'Tae menyuruh Sibas pergi ke tempat dek Singto.

Seperti bocah SD pak R'Tae berjingkrak girang menuju kamarnya. Akhirnya adiknya akan masuk kandang. Semoga Madam masih betah main TTS.

Pak R'Tae membuka pintu kamar perlahan dan pemandangan pertama yang dilihatnya sang istri tengah tengkurap di atas ranjang sambil membaca TTS. Iya, TTS nya dibaca bukannya diisi, dikira koran!

Melihat posisi Madam yang tengkurap Pak R'Tae jadi merinding tak sabar ingin segera hajar.

"Dek Tee ku," panggil pak R'Tae manja.

RT 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang