Pisah Ranjang

673 149 68
                                    

Tok tok tok
Masih ada yg stay di RT 5 engga ya??

___________

Dek Copter berjalan mondar mandir di depan Nanny Suchan yang terduduk lesu di ruang tengah. Kepala Nanny tertunduk tak berani melihat pada sang juragan yang terus memelototkan matanya cem Suketi telat dikasih sesajen.

"Nanny tu ya, saya itu lelah, lemah, letih, lesu. Capek lahiriyah batiniyah! Yang sana ngomong nanny begini yang sana ngomongin Nanny begitu saya mah awalnya nggak mau percaya tapi kok Nany ndablek lho!" ujar Dek Cop panjang lebar.

"Bunda, jangan galak-galak ini Dek Sus terpukul lho," ujar Mas kimmon mencoba meredakan situasi panas itu.

"Mas Kim belain nanny? Mas Kim harusnya ikut tegur nanny biar ga tambah menjadi kelakuannya!" sambar Dek Copter berapi-api. "Udahlah aku lelah dengan ini semua. Mas Kim tidur luar!! Kalo bela-belain Nany terus Mas Kim tidur luar!! Titik!!" ujar Dek Cop final sambil mengarahkan telunjuk nya ke arah luar rumah.

"Eh enggak bunda. Ayah nggak belain Nany yo. Wuu, dek Suchan dengerin itu wejangan Nyai Cop supaya hidupmu lebih terarah dan tertuju. Ya to, Bunda?"

"Nyai Cop mbahmu!!" sungut Dek Cop melotot dan yang dipelototi hanya nyengir kuda.

Dek Cop tak mau peduli dan berlalu menuju kamarnya sementara Mas Kim masih memasang raut bersalah pada Nanny Suchan.

"Dek sus, omongan saya jangan dimasukin hati. Omongan dek Cop juga jangan dimasukin hati. Dia emang gitu," lirih Mas Kim.

"MAS KIMMMMM!!!" Jerit Dek Cop dari dalam kamarnya.

"Hayo, Nanny suchan udah ngajak ngobrol saya nya, saya dipanggil bunda itu lho.." Mas Kim terpanjat.

Nanny Suschan hanya mencembikkan bibirnya melihat ke arah sang majikan yang berlari terbirit memasuki kamar.

"Dasar kardus!" sungut Nanny kesal.

Sementara itu situasi di rumah Pak R'Tae pun tak kalah panas. Kegalauan Madam benar-benar memusingkan pak R'Tae.

BUG

BUG

BUG

"Itu sarungnya!! Itu koleksi cangcut sama sempaknya!! Itu baju-bajunya!! Semua udah didalem situ! Pak R'Tae pergi dari sini!!" jerit Madam murka.

"Duh Dek Tee, semua ini bisa dibicarakan baik-baik Dek. Dek Tee itu salah faham. Dek Tee tadi belum denger penjelasan Pak Kepala sampe akhir lho. Dek Tee, percaya sama Mas.  Hikss..." Pak R'Tae menghiba.

"Udah cukup pak R'Tae!! Semua udah jelas!!"

"Hiks. Dek Tee percaya sama Mas. Nggak mungkin ada pelakor diantara kita. Mas setia sama Dek Tee," Pak R'Tae masih menghiba pada istri terkasihnya yang menatapnya nyalang.

"Pak R'Tae, pergi sekarang!! Kita pisah ranjang!! Titik!!" Madam memeberi penekanan pada setiap katanya.

Pak R'Tae tertunduk lesu lalu mengambil bungkusan kain sarung berisikan pakaian dan cangcut miliknya. Pak R'Tae menatap iba pada Dek Tee yang menyeka air matanya lalu mengibaskan jemarinya yang basah oleh air mata yang bajir itu ke sembarang arah.

"Papi RT, jangan pergi Papi. Nanti yang kerjain PR sibas siapa papi RT?" rengek sibas sambil menarik-narik tangan kiri Pak R'Tae yang bebas. Pak R'Tae memalingkan wajahnya, tak kuasa melihat anak tersayangnya merengek. Pemandangan saat ini lebih terlihat seperti scene sinetron hidayah yang biasa Madam tonton. --dasar keluarga drama!

"Sibas, sibas jangan nakal ya. Jaga mami ya sibas. Bantuin Mami masak sama nyuci. Papi RT sayang sibas," ujar Pak R'Tae parau sambil menepuk bahu putranya menyalurkan dukungan.

RT 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang