Dara menundukkan kepalanya disepanjang jalan koridor sekolah. Gadis berwajah cantik nan imut itu terlihat sangat lesu.
Rara berdecak kesal. "Gue pegel liat muka lo, asli!" katanya membuka suara.
Bagaimana tidak kesal? Wajah cantik sahabatnya terlihat kusut. Dengan bibir mengerucut dan kantung mata menyebalkan yang terlihat lebih besar dan menghitam.
Dara bungkam.
Rara yang merasa tak direspon mendengus. "Lo tuh kenapa sih, Ra? Lo gak sadar, ya? Lo tuh cantik. Orang yang seratus kali lebih baik dari Fajar juga bisa lo dapetin." gerutunya. Ia geram.
Pelet apa yang diberikan Fajar untuk sahabatnya? Demi Apapun ia bingung harus melakukan apa jika Dara sudah begini.
"Gue kayak ngomong sama mayat idup, dah." kesalnya sambil meninggalkan Dara ditengah koridor. Ia menghembuskan napas sebal.
Yang ditinggalkan masih tetap tenang. Tak terganggu dengan gerutuan sahabatnya yang tak berhenti sepanjang jalan.
Brukk.
Dara meringis. Mungkin memang benar, Dara terlalu banyak melamun sampai-sampai tak sadar ada orang lewat.
Yang ditabrak segera mengambil bukunya yang berserakan -korban akan tabrakannya.
"Maaf-maaf. Saya gak sengaja." ucap Dara masih menundukkan kepalanya.
"Iya gak pa-- loh, Dara?" ucap yang ditabrak ternyata si ketua osis. Rava.
Dara mendongak mendengar namanya disebut. "Eh, Rava? Sorry, ya. Gue gak sengaja." katanya tak enak.
Laki-laki ber-alis tebal itu tersenyum ramah. "Gak masalah. Makanya jangan bengong!"
Dara tersenyum kikuk. "Iya, gue lagi banyak pikiran soalnya."
Rava tersenyum lagi. "Gak usah dipikirin. Gue aja yang berjuang dari dulu, gak nyerah. Jangan sampe pikiran lo bikin badan lo sakit, dan akhirnya gak bisa perjuangin dia lagi." katanya seakan tahu apa yang dipikirkan sahabat mantan kekasihnya ini.
Dara tertegun.
Bagaimana Rava bisa tau?
"Yaudah, gue duluan ya. Hati-hati ke kelasnya jangan bengong lagi. Gue nitip salam sama sahabat lo, ya. Bilangin, perasaan gue masih sama." kata Rava sambil berlalu --yang sebelumnya sempat menepuk pundak Dara pelan.
...
"Dapet salam" ujar Dara singkat nan tak bernada. Jika tidak diberi amanah, Dara sungguh malas walau hanya untuk sekedar berbicara.
Menguras tenaga, jika mood-nya sedang begini.
Rara menoleh ke sumber suara "Dari siapa?"
"Rava." ujar Dara lagi.
Sebenarnya, Rara sedih melihat sahabatnya seperti ini. Tak ada semangat hidup. Ia mengomelinya dari kemarin karena sesungguhnya ia khawatir.
Rara memeluk Dara tiba-tiba.
"Nangis di pundak gue, Ra, kalo emang lo bener-bener udah gak kuat. Kalo lo terlalu cape, ayo nangis sama gue. Jangan simpen sendiri kayak gini." ujar Rara lembut.
Dara meneteskan air matanya.
Beruntung, keadaan di kelas belum ramai. Hanya ada siswi rajin yang telah datang di pojok kelas sambil membaca buku.
"Gue sayang sama lo. Jangan cuma kebahagiaan yang lo bagi ke gue. Lo bagi masalah lo, Beban seberat apapun, gue pasti temenin lo, Ra. Jangan kayak gini, please. Lo masih punya gue." kata Rara lagi menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang kamu (√)
General Fictioningatkah satu hal? bahwa aku hanyalah perempuan biasa yang tak selamanya kuat. aku hanyalah perempuan biasa yang tak selamanya tangguh. aku hanya perempuan biasa, bahkan sangat biasa. ada satu waktu dimana aku akan merasakan rapuh. jatuh sejatuh j...