🎀Empat Puluh Tiga🎀

512 34 16
                                    

Bahagia.

Seakan ada air di tengah gurun pasir. Hatinya kini sudah membaik. Menciptakan tawa dan suasana hati yang terasa begitu menyenangkan.

Luka itu, kini mulai sembuh. Diobati oleh si pencipta luka itu sendiri. Dara merasa, semesta kini berpihak pada kebahagiaannya. Tuhan mengizinkan seulas senyum tulus tersungging di bibir merahnya.

Walau tetap ada ruang kosong di hatinya akibat kepergian sahabatnya. Tapi tetap, tak ada yang lebih Dara syukuri, selain kenikmatan yang kini Tuhan beri.

Dia mulai bisa bangkit. Ditemani oleh Fajar yang kini berubah menjadi seorang yang gentle. Setelah Rara pergi, Fajar datang dan menggantikan posisinya sebagai penguat. Menyulut semangatnya untuk tetap berdiri tangguh di tengah badai kehidupannya.

Dara... Bersyukur.

Dia tersenyum tulus sembari menatap Fajar dari kejauhan yang sedang menepuk-nepuk kepala kucing. Berjongkok sambil mengajak kucing itu mengobrol, menganggap si kucing mengerti akan bahasannya.

Dara menggelengkan kepalanya pelan. Terlintas pikiran, 'coba aja Fajar kayak gitu dari dulu. Mungkin hidup gue gak akan sesuram ini.'

Dara menghampiri Fajar, senyumnya tidak juga memudar. Kaki jenjangnya dia langkahkan pelan. Beberapa meter, dia sampai. Berjongkok kemudian tersenyum lebar.

"Jar?"

"Iya sayang?"

Entah perasaannya saja atau bukan? Dara selalu merasa dadanya berdegup kencang setiap kata 'sayang' terucap dari bibir pacarnya.

Dara memalingkan wajah, menepuk pipinya pelan -malu. "Pilih itu aja kalo kamu suka."

"Hm." Fajar menggelitik leher kucing itu. "Aku suka yang ini."

Mereka sedang berada di rumah orang yang berjualan kucing. Berkat alamat yang didapat dari Google, mereka akhirnya di tempat ini. Fajar bilang kalau dia ingin memelihara kucing.

Dara setuju-setuju saja, sih. Toh, dia juga suka kucing. Makhluk pesek nan menggemaskan itu memang sudah menjadi hewan favorit Dara.

Apalagi Rara.

Eh?

Dara mengenyahkan pikiran itu. Apapun yang bersangkutan dengan Rara, akan menjadi hal yang Dara hindari.

"Ya udah, ayo bayar."

Fajar mengangguk dua kali sembari menggendong kucing berwarna putih itu. Dia terus berdecak kagum.

Kucing ini~ lucu sekali.

Hari-hari Fajar mungkin tidak akan seberwarna ketika ada Dara seperti ini nanti. Dia tidak boleh lupa, cepat atau lambat Dara akan dijemput dan akan jauh dari dirinya.

Akan bertemu di antara waktu yang cukup lama.

Dia harus cepat-cepat mencari teman curhat tanpa mengkhianati Dara lagi. Dan Fajar pikir, kucing tidak ada salahnya juga.

Harganya satu juta lima ratus ribu. Cukup mahal untuk ukuran seorang sederhana seperti Fajar. Uang sebesar itu cukup menguras uang jajannya sekitar satu-dua bulan ke depan.

Tapi tak apa, dia sudah terlanjur jatuh cinta. Dia akan merawat kucing itu sebaik mungkin. Karena kucing itu yang akan menemani dia beberapa tahun ke depan.

Usia kucing itu baru dua bulan. Semoga saja Fajar bisa mengurusnya dan kucing itu juga panjang umur.

Fajar memberikan kucingnya ke Dara yang langsung diterimanya dengan senang. Dara mengusap kepala kucing itu. Berjalan ke luar, menunggu Fajar yang masih melakukan transaksi.


💫💫💫

Dikit banget wkwk

Salam
Erika_G
17102018

Tentang kamu (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang