🎀Dua Puluh Satu🎀

651 53 3
                                    

"Ra, ada lagi." Dara memamerkan sebatang cokelat yang kali ini berpita biru. Dia menghela napas sambil membolak-balikkan coklat itu. "Siapa, ya?"

"Masih gak ada nama pengirimnya?" Rara bertanya ikutan bingung. Sudah hampir dua tahun Dara terus-terusan mendapat bingkisan seperti ini. Hanya saja, kemarin-kemarin Dara menganggapnya tidak begitu penting. Orang iseng.

Isinya macam-macam. Beberapa kali isinya adalah hal yang sedang Dara butuhkan. Memory card, misalnya. Tepat waktunya pula.

Dara menggeleng dengan mata sendu. "Siapa, ya? Gue pengen banget ketemu sama orang ini."

Rara mengangguk mengiyakan. Dia juga ikut penasaran. Dia merogoh bawah mejanya juga. Dan~

Sama.

Satu batang cokelat berpita kuning. Dia mengambil makanan manis itu dan menunjukkannya pada Dara. "Gue dapet juga."

Dara memandang cokelat di tangan sahabatnya jenaka. "Ya ampun, Ra. Kalo itu gue tau. Pengirimnya ada di kelas ini juga. Masa sampe sekarang lo belum peka, sih?"

Rara menghela napas berat. "Siapa sih? Gue beneran gak tau." dia putus asa.

"Ada di kelas ini."

"Siapa?"

"Ada.."

"Iya, siapa? Kasih tau dong, Ra.."

Dara menggeleng. "Gue pengen lo tau sendiri."

Rara mencebik. Menyebalkan. Padahal ia penasaran sekali.

"Pagi semuaaaa!" Wina si sekretaris berteriak gembira. Dia merentangkan tangannya heboh. Semangat sekali, sih?

"Pagi juga." Dara yang menjawab.

Tatapan Wina beralih pada cokelat di tangan Dara. Dia mengerutkan kening bingung. "Masih dapet cokelat kayak dulu, Ra?"

Dara mengangguk masih dengan tatapan bingung. "Siapa, ya? Pengirimnya bener-bener rapi banget nyembunyiin identitasnya."

Wina berkedip dua kali kemudian mengangkat telunjuk. "Jangan-jangan, Kiki?"

Dara menggeleng tidak yakin. "Kayaknya bukan, deh."

"Siapa tau kan, Ra."

"Tapi gue juga gak yakin." Rara ikut berpendapat. Dia mendudukkan diri di bangkunya lalu mengeluarkan buku untuk dibaca.

"Kalo gitu, siapa, ya?"

"Gak pentinglah. Yang penting, ini cokelat buat gue boleh gak?" Wina nyengir lebar. Dia memasang wajah memelas sepaket dengan puppy eyes nya.

Tanpa pikir panjang, Dara mengangguk. "Ambil aja kalo mau. Di rumah juga gue udah banyak cokelat dari orang ini."

"Lo simpen selama ini?"

"Iya. Buat ngehargain aja sih."

Wina mengangguk mengerti. "Yaudah makasih ya!"

❄❄❄

"Kamu~ sayang sama aku?"

Wanda tersenyum manis lalu menjawab, "kamu kenapa masih nanyain hal itu sama aku, Jar?" Tangan Wanda bergerak menggenggam tangan Fajar.

"Kenapa? Waktu kita mulai deket, bahkan disitu belum genap satu bulan kita kenal."

"Emang buat jatuh cinta butuh berapa lama, Jar?"

Matanya~

Matanya kenapa mirip sekali dengan Aprilia, sih?

"Maaf." Fajar melepaskan tangan Wanda. Dia menatap cewek itu lembut. "Aku gak tau, Nda. Aku gak tau yang aku rasain ke kamu itu cinta, atau obsesi. Pada awalnya, aku suka sama kamu karna kamu mirip mantan aku."

Tentang kamu (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang