Doni tiba-tiba masuk ke Rumah sang pacar. Dia duduk santai sembari menyilangkan kaki. Bersiul memanggil si empunya.
Dara datang, dia mengangkat sebelah alis ketika melihat Doni dengan santainya masuk rumah tanpa mengetuk pintu.
"Ngapain?"
"Jemput kamu, lah."
"Aku kuliah siang, kenapa dijemput sekarang?"
"Siapa juga yang mau jemput kamu kuliah?" Doni beranjak dari duduknya kemudian tersenyum sambil mengusap pucuk kepala sang pacar. "Lupa hari ini hari apa?"
"Ngh..." Dara terlihat berpikir. Wajah polosnya terlihat manis sekali.
"Kamu bener-bener lupa?"
Dara diam. Doni berdecak, kemudian duduk kembali. Wajahnya ditekuk, dia memalingkan wajah marah.
Dara tertawa kemudian ikut duduk di samping pacarnya. "Bercanda."
Doni masih diam, tidak menanggapi.
"Sebelumnya, happy aniversarry yang ketiga, Sayang. Yang terbaik buat kita, ya. Semoga kamu gak akan pernah tinggalin aku." Dara tersenyum lebar. "Aku bukan gak inget, tapi bukannya hari ini kamu harus setorin draft ya ke kampus?"
"Draft aku udah di ACC. Minggu depan aku jadi sidang."
Dara terlihat antusias. "Beneran?"
"Iya. Bentar lagi aku wisuda. Kamu wisuda tahun depan, kan? Selama setahun ini aku bakal berusaha nyari kerja yang baik buat lamar kamu. Dan sekarang ... Ikut aku, yuk?"
"Kemana?"
Doni mendekat, membisikkan sesuatu di telinga sang pacar. "Mama mau ketemu calon mantunya."
Dara menepuk kedua pipinya yang memerah. Memalingkan wajah, kemudian berlari ke dalam kamar.
Malu sekali.
Calon menantu?
Setelah Dara menunda-nunda untuk bertemu dengan beliau karena alasan malu, sekarang beliau sendiri yang mengundangnya?
Tuhan ... Manis sekali.
"JANGAN LAMA-LAMA YA DANDANNYA! JANGAN LUPA, KAMU SELALU CANTIK DI MATA AKU!"
Teriakan dari ruang tamu membuat Dara berdecak.
Dasar gombal.
💫💫💫
"Jadi ... Ini yang namanya Dara?" Wanita paruh baya itu menatap Dara lekat. Pancaran matanya cerah, menelisik Dara yang kini hanya menunduk.
Malu sekali, ya Tuhan.
Setelah tiga tahun menjalin hubungan, baru kali ini cewek itu berani menampakkan diri di depan orangtua Doni.
Dara mengangguk kaku. Jantungnya terus berdegup gila, keringat dingin membahasahi pelipis.
"Cantik, ya?"
Doni mengangguk semangat. Dalam hati dia berjanji, nanti di perjalanan pulang dia akan menggoda Dara karena responnya sampai segugup ini. Padahal dia sudah bilang, Mamanya itu baik. Tapi ... Sampai berkeringat dingin begini, ya?
Dara tersenyum kikuk. "Makasih, Tante."
"Kamu malu-malu banget kayaknya, ya?" Lea menggenggam telapak tangan Dara yang basah. "Sampe keringetan gini."
"Maaf, Tante."
"Mama aja. Kan pacarnya Doni. Berarti ..." Lea mengerling menggoda. "Calon mantu Mama, kan?"
Dara refleks memalingkan wajah. Menyembunyikan wajahnya yang merah padam, dan jantungnya yang semakin cepat bekerja.
Doni dan Mamanya itu mirip, ya? Senang sekali menggoda Dara seperti ini.
Doni tergelak. Respon Dara berlebihan sekali. Dia semakin mengeraskan tawanya ketika Dara melotot -memintanya berhenti tertawa.
"Oke, oke, maaf sayang." Doni mengusap pucuk kepala sang pacar dengan sayang. "Udah dong, Ma. Jangan digodain terus. Liat, dia udah melotot gitu."
Lea tersenyum geli.
"Lagian, gemesin banget dia itu." Lea terkekeh merdu. "Suka pengen cepet-cepet jadiin menantu dan punya banyak cucu."
"HAHAHAHAHA!" Doni semakin terbahak melihat wajah pacarnya yang kian merah. Apalagi melihat tangannya yang sedang meremas ujung taplak meja.
Ah~ suasana ini.
Doni bahagia sekali.
Semoga kedepannya, Doni benar-benar bisa meminang Dara dan membahagiakan cewek Itu dengan seluruh usahanya.
💫💫💫
Wakakakak
Pendek beut😁
Nih yang lama nunggu maaf kalo ngecewain😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang kamu (√)
General Fictioningatkah satu hal? bahwa aku hanyalah perempuan biasa yang tak selamanya kuat. aku hanyalah perempuan biasa yang tak selamanya tangguh. aku hanya perempuan biasa, bahkan sangat biasa. ada satu waktu dimana aku akan merasakan rapuh. jatuh sejatuh j...