sedingin itukah Alexku?

7 4 0
                                    

"Laura?" Kata Alex ketika melihat kerumunan di lapangan. Diapun berlari dan mencoba untuk memeriksa apa yang telah terjadi. Langkah kaki yang tegap, cepat, dan kuat. Langkah kaki yang biasa kulihat ketika dia berlari  sebelumnya.

"Apa yang terjadi disini?" terdengar seorang dari belakang kerumunan. Dan kini menerobos. seseorang itu menatapku dengan tatapan aneh. Kini dia beralih menatap David.
" Apa yang kau lakukan? kau fikir apa? Kau fikir ini lelucon? Asal kau tahu, kau barusaja membahayakan nyawa seseorang! " terdengar seperti nada marah, ya dia tampak marah saat itu. Kini dia menatapku, tepat didepanku.
"Dia berdarah, " ucap Sita.
" kau akan baik-baik saja, percayalah!" Alex tersenyum, kini meraih tanganku dan tiba-tiba......
" uh? " desisku ketika Alex mengangkatku, yap dia menggendongku. Dengan penuh kecemasan dia berjalan membawaku pergi.
"apa ini mimpi?" ungkapku dalam hati. Sementara itu aku terus memandanginya, sebelumnya aku tak pernah melihat Alex sedekat ini. Aku bahkan tak pernah berpikir ini akan terjadi. Dihadapanku.

"Laura!" ujar David yang terhenti karena Sita menghalanginya untuk masuk kedalam ruang UKS.
"apa? Aku akan dan melihatnya, menyingkirlah, kau menghalangi jalanku!" ucapnya.
"ya, akan kuhalangi jalanmu! kau tidak diperbolehkan masuk!" balas Sita.
"apa urusanmu? Siapa kau? Beraninya kau menghalangiku!"
" Kau yang menyebabkan Laura terluka, maka dari itu pergilah!" Sita kini benar-benar ingin mengusir David.
" maka dari itu aku harus melihat kondisi korbanku."
"aishh.... !Orang keras kepala ini memang benar-benar susah diatur. Jadi begini, kau lihat Alex sedang mengobati Laura kan? Jadi kumohon kau jangan mengganggu mereka !, kau mengerti?" terang Sita.
"baiklah, ayo pergi!" ucap David sambari mengajak teman-temannya pergi. begitupun tim futsal wanita, Sita juga memerintahkan mereka untuk pergi.
" Alex dan Laura akan memperoleh privasinya" ucap Sita.

" kau berbaringlah, aku akan mencari air." ucapnya, lalu berlari keluar. Tak lama dia kembali, dan kini tengah duduk disampingku.
" bersihkan hidungmu, aku akan mencari sesuatu untuk menahannya agar tidak terus mengeluarkan darah." ucapnya sambari mengulurkan kain beserta baskom yang berisi air.
Aku menyeka hidungku yang terluka akibat terkena bola tadi, ya kurasa aku mengeluarkan darah cukup banyak. tapi aku tak akan khawatir lagi, karena aku memiliki seorang dokter disini. Alex mengurusku dengan baik. Bahkan dia juga membawakan air minum untukku.
" Sekarang kau merasa lebih baik?" tanyanya. Aku hanya mengangguk pelan dan tersenyum.
" Kau dengan sigap menolongku, membawa dan mengobati lukaku. Lalu.... Apa itu artinya kau peduli padaku?" tanyaku, sekilas ekspresi Alex berubah. Wajahnya kembali muram,
"apa dia akan kembali berubah menjadi monster lagi?" ucapku dalam hati.

Alex  kembali bersikap dingin, Sekilas dia mengacuhkan pandanganku. Kini kulihatnya berbalik dan perlahan melangkah pergi tanpa  sepatah katapun. Alex mungkin kembali mengingat dirinya yang bersikap dingin padaku. Dia keluar.

" tunggu! Terima kasih!" ucapku pada Alex.
Masih tak dihiraukan. Ya, dia membuka pintu dan keluar.
"apa yang salah dengan perkataanku? Dia memang susah ditebak. Kadang dia angkuh, kadang bersikap sok dingin. tapi hari ini dia menolongku, bahkan disaat aku tak memintanya."ucapku dalam hati.

"ha.... Alex! Bagaimana keadaan gadis itu? Ya, maksudku pacarmu itu." tanya David pada Alex.
" Siapa yang kau sebut pacarku? Dia, Dia bukan pacarku!" jawabnya.
" kulihat dia sangat menyukaimu. Pacari saja dia!"
" Jika kau mau ambil saja! " balasnya
" Kau tak keberatan jka kulakukan itu,?"
" terserah!!!" Alex melangkah pergi.
" ada apa dengannya?" David bergerak menuju UKS,  memastikan keadaan korbannya yang dikabarkan setengah parah itu.

"Laura kau mau kemana?" Tanya David yang melihatku berjalan keluar dari UKS.
" kufikir aku akan melaporkan hal ini kepihak yang berwajib." Jawabku.
" kau akan melaporkanku?" David terlihat panik.
" ya tentu saja, bukankah memang seharusnya pihak yang dirugikan layak mendapat keadilan?"
" tapi itu hanya sebuah  kecelakaan"
" ah..... benar, Itu sebuah kecelakaan. Lantas haruskah aku meminta pertanggung jawaban? Baiklah, Berikan aku uang ganti ruginya,!" Ungkapku sambari menatap David dengan tatapan sinis.
" a....apa yang kau katakan?" David semakin terlihat ketakutan. Kualihkan pandanganku layaknya menyergap seorang pidana. Akupun tertawa, kini kulihatnya benar-benar ketakutan.

" ayolah, aku hanya bercanda." Ucapku.
" sama sekali tidak lucu, aku hampir saja ketakutan."
" aku baik-baik saja, sungguh." Sambungku sambil menepuk pundak David.
" aku yang merasa bersalah disini, Maaf."
" hem, baiklah aku harus pergi"
"Kau mau kemana?"
"Aku harus pulang."
"Mau kuantar? Em, kufikir dengan keadaanmu yang seperti ini, akan lebih baiknya jika ada yang menemanimu . " bujuk David.
" terima kasih, kurasa itu tidak perlu. Aku akan meminta ayahku untuk menjeput. "
"Baiklah, sampai jumpa."
Aku tersenyum, kini berbalik meninggalkan David.

Aku percaya, Tuhan menjadikan tregedi ini sebagai  sebuah pengajaran untukku. Dan hikmahnya aku dapat melihat sisi lain dari sikap Alex yang selama ini dengin padaku.

" aku tahu kau tak benar-benar sedingin itu, dan telah kulihat dengan kedua mataku. Aku akan mencari alasan dibalik sikap kasarmu padaku"

AlexkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang