Kuseka air mata yang luntur beserta bayangan masalalu. Kupandangi buku kecil ditanganku, Diary kusam yang mengisahkan cerita panjangku 3 bulan lalu. Kuberalih menatap kotak kado yang saat itu belum sempat aku berikan pada seseorang. Kusahut dan kutaruh dalam tasku.
" akan kuselesaikan ini sendiri." Ucapku pada Ibu.
" pergilah!" jawab ibu sambari memegang tanganku lalu tersenyum.
Aku semakin yakin, kuperoleh dorongan besar hari ini. 3 bulan yang penuh misteri sekarang hanyalah bekas ketakutan bagiku. Dan untuk apa harus kusesali? Semua yang telah terjadi, biarlah berlalu. Hari ini, masa kini, dan waktu yang saat ini aku tepati adalah pilihan yang lazim aku tentukan. antara terjebak dimasalalu atau berjalan mencari celah baru?. Dan kupastikan pilihan terakhir yang kuambil.Sesampainya di gerbang sekolah,
" entah apa respon Alex padaku nanti? Ayo, Laura... kuatkan hatimu!" Begitulah kumenyemangati diri sendiri. Melangkah dengan pasti? Ya tentu saja! Tak sedikitpun gemetar? Tentu itu tidaklah mudah! Karena saat ini aku sedang bimbang sebimbang- bimbangnya.
Tak satupun orang terlihat lalulalang disana. Hanya aku. Tentu saja aku yang sedang mencari Alex seperti orang gila. Keperpustakaan? Tidak ada. Ke ruangan futsal? Tidak ada. Ke kantin sekolah? Tidak ada. Ke kelaspun tidak ada.
Seharusnya aku merasa takut. Berjalan mondar-mandir keliling ruangan sekolah sendiri dimalam hari, tepatnya pukul 19.30. Kurang lebih lah...
Lelah dan semua rasa putus asaku hampir membuatku menyerah. Begitu sajakah?.Lalu rasa terkejut membangkitkan aliran sengatan listrik dalam darahku.
" kutemukan dirimu! "
Perlahan kudekati sosok dalam kegelapan, berjaket hitam, tengah memandangku. Kini dia berjalan kearahku. Dan aku menjadi gugup.
" tunggu!" Ucapku padanya yang hampir saja melaluiku. Diapun berhenti.
" ada hal yang ingin aku sampaikan." Sambungku.
" apa?" Jawabnya sambari berbalik menatapku.
" ini,"
Kuulurkan sekotak kado yang belun sempat kuberikan 3 bulan lalu. Alex beralih memandang kotak itu, dengan sinis. Dia masih diam.
" ini bukanlah bom, ataupun jebakan lainnya. Dan aku harap kak Alex mau menerimanya. Anggap saja sebagai hadiah ulangtahun dariku yang tertunda. Maaf terlambat." Ucapku sambil meraih tangannya dan menaruh kotak itu ditangannya. Ya, sedikit memaksa.
" aku sama sekali tidak butuh!" Jawabnya.
" kau boleh membuangannya. Tapi setidaknya bukalah, Sebagai bentuk penghargaan untukku."
" siapa kau? Apa kau temanku? Apa aku mengenalmu? Jangan sok peduli padaku!"
" aku bukan temanmu, bukan juga sahabatmu, tapi aku bukan musuhmu kak. Dan jika kau membenciku, maka terserah! Tapi aku sama sekali tidak pernah membencimu. Sama sekali tidak!."
Alex terdiam, sedangkan aku memilih pergi karena kupikir urusanku sudah selesai. Sad Ending? ya, Mungkin saja! Kupastikan Alex tetap membenciku. Dan aku yakin itu dari perkataan yang baru saja ia lontarkan." Apa yang kau cari?" Tanya Seseorang dari belakang tubuhku, yang tak asing lagi suaranya yaitu Dion.
" hah...aku? Tidak, aku tidak sedang mencari sesuatu." Jawabku.
" seseorang mungkin?" Ucapnya sambil mendekat menatapku.
" seseorang, siapa? Tidak ada siapapun."
" kukira kau mencariku."
" hahahaha." Aku tertawa mendengar ucapan Dion yang berusaha menggombalku. Begitupun Dion juga ikut tertawa bersamaku.
" kan sudah ketemu, untuk apa dicari?" Jawabku,
" ya, tadinya kan belum ketemu." Balasnya.
Aku berjalan menuju lapangan futsal bersama Dion.
Katanya dia datang untuk menonton futsal. Atau mungkin hanya ingin melihatku saja. Begitulah! Ya... aku tau bahwasanya Dion diam-diam menyukaiku. Itupun aku tahu dari Sita, temanku. Hari itu mungkin aku tidak percaya, tapi hari ini jelas kulihat saat dia bicara, dari pandangan matanya, dari pemilihan kata yang ia ucapkan, sampai bersikap didepanku. Jelas kutau dia menyukaiku. Tapi apa dayaku, aku tak dapat membuka pintu hatiku lagi. Karena Alex sudah membuatku menutup pintu hati untuk orang lain.
"Sebaik apapun kau padaku, maafkan aku Kak Dion. Aku tetap mencintai Alexku."
Kucari Alex disemua ruangan sekolah, tapi tidak ada. Apa dia tidak datang?" Laura, darimana saja kau? Pertandingan akan segera dimulai." Ucap Sita yang tiba-tiba datang.
" baik. Ayo mulai! Jangan marah marah terus ya?" Ucapku menenangkan Sita.
Aku memutuskan untuk berhenti mencari Alex hari ini, dan memilih melanjutkan pertandingan final futsalku. Emosiku tidak boleh mempengaruhi temanku yang lain. Bagaimanapun aku harus memenangkan pertandingan ini, walaupun suasana hatiku sedang kacau.Pukul 20.30 Malam
" ada apa, Ra? Permainanmu kacau. Kau tidak fokus, kenapa?" Tanya Sita padaku.
" kau hampir mengacau!" Timpal teman lainnya.
" kau tidak biasanya seperti ini, ada apa?" Sambung Sita.
Kulihat mereka sangat kecewa padaku. aku gagal fokus karena memikirkan Alex saat itu. Apa yang harus aku katakan? Jika aku sedang jatuh cinta? Atau justru patah hati karena cinta?
Menit demi menit berlalu, hampir detik-detik terakhir kedudukan skor 1-0 untuk tim lawan. Timku kalah satu poin, dan itu karena aku. Mana bisa aku mengacau kerja keras mereka hanya karena memikirkan Alex itu? Tidak! Aku akan menghentikan kegilaan ini sebelum bertambah buruk." aku pastikan, skor akhir akan berbalik untuk kita. Yakinlah!" Ucapku pada Sita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexku
FantasíaHal paling tak kumengerti didunia ini adalah waktu. Waktu yang membawaku pergi sejauh ini. Sangat jauh. Hingga tak kusadari dimana tempat kuberdiri saat ini. Entah hidup atau mati. Tapi, aku merasa sedang bermimpi. Mimpi yang panjang. Namun aku tak...