kembali

42 6 4
                                    

(Agustus 2017)

Pagi itu aku terbangun. Seperti bermimpi panjang. Aku mendongak menatap sekelilingku. Tampak samar dan buram, kulihat sosok wanita berambut panjang berdiri disampingku. Semakin lama semakin jelas. Kumelihat wanita berparas cantik tersenyum padaku. Ibuku. Kini memelukku erat sambil menangis terisak-isak. Hatiku sempat bertanya, apakah itu tangisan bahagia? Ataukah justru air mata duka?. Tanpa kusadari berada dalam dekapannya membuatku hanyut akan suasana haru. Ibu melepas dekapannya, kini beralih menatapku.

"Apa kau lapar? Kau belum makan selama ini."
Aku tersenyum. Begitu khawatirnya Seorang ibu terhadap anaknya. Jelas terlihat dari raut wajah Ibu yang sangat mencemaskan keadaanku.Aku tertawa pelan, melihat fenomena aneh yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Dapat kusebut itu konyol. Sangat konyol. Aku merasa bahwa aku baru saja bangun dari tidur abadi selama 100 tahun. Dan siapa sangka jika nantinya aku akan berubah jadi Avatar. Aku bahkan bermimpi hal yang takpernah kuduga sekalipun. Yap, aku telah mengalami mimpi panjang, Dulu. Namun, sekarang aku tlah bangun dari tidurku, aku tlah membuka mata dan melihat banyak warna dunia. Udara yang kuhirup terasa berbeda, lebih segar, dan menyejukkan. Disini kumerasakan kehangatan yang selama ini aku rindukan. Kali ini kumelihat semua. Ayah,Ibu, dan orang -orang yang kucinta.
Tak lama Ibu dan Ayah membawaku pulang.

Kedengarannya menyenangkan. Kembali kerumah dan menjalani kehidupanku seperti biasa. Aku sangat merindukan suasana rumah, sarapan pagi, bersekolah, bermain, dan hal yang ingin kumulai lagi dari awal.
Kuberjalan menelusuri tangga sambil mengamati setiap ornamen yang terpajang dirumahku. Dinding yang sama, kursi, meja, dan vas bunga yang sama. Indah walau tertutup debu kumal.
"suasana yang sama" pikirku.
" Ibu membiarkan rumah tetap kosong, tidak ada yang sempat membersihkannya. Bibi pulang, dan Ibupun tak sempat mengurus semua ini."
Aku tersenyum. Kembali mengamati lorong-lorong rumahku hingga sampai didepan pintu putih bertuliskan ukiran nama yang terpampang indah diatasnya. LAURA APRILIA, namaku. Nama terindah yang diberikan oleh kedua orang tuaku dihari kelahiranku.

"masuklah dan beristirahat !"
Ibu merangkulku dari belakang, dan berbisik " Ibu menyayangimu."
Suara lembut yang slalu kurindu kini kudengar lagi dan lagi. Seperti bangkit dari kematian. Aku merasa beruntung, Sangat beruntung dapat menyaksikan indahnya dunia. Itu karena Tuhan menyayangiku, Tuhan masih memberiku satu putaran waktu. Lagi, dan lagi.
Mendadak satu hal muncul dibenakku dan memaksaku untuk memikirkannya. Aku menemui sesuatu yang terlupakan. Yap Teman. Teman yang selalu ada disaat kumengalami mimpi panjang sebelumnya. Teman yang slalu mengharapkan kehadiranku bahkan ketika aku tidak sadarkan diri. Aku beranjak dari tempatku berdiri dan mulai mencari seonggok barang kecil. Barang yang paling kusayangi. Barang yang slalu kubawa dulu. Yap, ponselku. Aku berfikir untuk menghubungi kedua teman solibku. Mia dan Andien. Mereka mungkin akan sangat terkejut mendengar suaraku. kupencet beberapa balok angka yang kuyakin benar itu adalah nomor ponsel Mia.

"halo,Mia?" ucapku pelan.
" Laura? Benarkah ini kau?" Mia terdengar terkejut mendengarku. sontak nada bicaranya berubah.
"ya, aku Laura."
" entah ini nyata, atau aku yang sedang bermimpi. Tapi,apa benar kau sudah pulih?" Mia seakan tak percaya mendengar suaraku. Ya, memang kedengarannya sulit dipercaya. Tapi aku yakinkan bahwa aku telah kembali. Hidup secara utuh.
"ya, kurasa aku baik-baik saja. Bisakah aku bertemu denganmu dan juga Andien?. Aku merasa bosan dirumah. " kedengarannya aku sedang merengek, layaknya anak kecil yang ingin dibelikan permen ibunya. Ya, seperti itulah kubicara. Aku merasa sangat kesepian dirumah. Tanpa teman bicara. Sungguh sangat membosankan.
" Baiklah, kami akan datang. Lagi pula banyak hal yang ingin kutanyakan padamu."
" Baiklah, kutunggu kalian. Sampai jumpa!" aku menutup telepon sambil melempar tubuh ke sofa. Kurasa aku akan bersiap menyambut kedua kawanku.

Tak lama bolak-balik melirik jarum jam, kudengar suara bel pintu. Yap, kufikir itu Mia dan Andien yang telah tiba. Aku langsung berlari menghampiri mereka. Tak segan kutunjukkan ekspresi bahagia dengan merangkul Mia, bahkan meremas pipi Andien juga. Aku sangat senang kembali bertemu dengan mereka. Kufikir mereka merasakan hal yang sama, bahkan lebih bahagia.
Melihat aku yang terlalu gembira, ibu mendekat dan berkata "apa kalian akan berpelukan sepanjang hari? "
Aku melepas tanganku, berbalik menatap ibu. Sementara itu Mia dan Andien tersenyum pada ibuku.

"kami akan keatas, bu!. " aku menarik tangan keduanya dan mengajak mereka berbincang ke kamarku.
" Apa kalian tahu? Aku sangat senang bertemu dengan kalian."
Ujarku pelan.
" Saat kau menelpon, awalnya aku tidak percaya jika itu benar-benar kau! Sempat kuberfikir bahwa itu hanyalah halusinasi." Mia tampak berkaca-kaca, begitupun Andien tampak tak dapat bicara.
"Aku kembali karena Tuhan percaya, bahwa disini ada teman yang menginginkan aku kembali disamping mereka. Aku ada karena kalian slalu menjagaku, mendoakan supaya aku cepat kembali. Kalianlah alasanku berada disini, saat ini. " ungkapku.
"Jangan pergi untuk waktu yang selama itu, Ra! Jangan buat Kami merindukanmu, lagi." Andien tiba-tiba merangkulku sambil menangis. Dapat kurasa emosinya meledak melihat kehadiranku. Begitupun Mia yang ikut memelukku dari samping. Mereka sangat menyayangiku. Hanya merekalah yang slalu menemaniku 2 tahun silam ini. Berawal ketika kumulai memasuki Sekolah Menengah Atas. saat itulah aku mengenal dan mulai bersahabat dengan mereka. Hingga saat ini merekalah yang slalu menemaniku, dalam situasi apapun.

Aku beralih menatap mereka, dan menyeka air mataku yang takkurasa mulai berceceran.
" karena kalian sudah ada disini, jadi bagaimana kabar disana? Maksudku di sekolah." lama sudah ku takmenginjak lantai kelasku, tak pernah menjamah buku PR, bahkan menulis dengan bolpoin. Aku sangat merindukan situasiku yang dulu. Saat-saat dimana aku masih disibukkan oleh maraknya kegiatan sekolah.
"baik. bahkan jika kau ada disana, kau akan dikejutkan dengan beberapa perubahan dekorasinya!" Andien tampak dengan percaya dirinya memamerkan keadaan sekolah yang berubah tanpa sepenglihatanku.
"aku berharap dapat cepat kembali bersekolah."
"lalu apa kau tidak menanyakan mengenai Alex?" Ucap Mia.
" Alex?" Sambungku yang lalu memikirkan siapa Alex itu? Apa aku mengenalnya?

AlexkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang