" latihan futsal hari ini diliburkan? Kenapa tak seorangpun memberitahuku?" Ucapku sambari melihat selembar kertas yang tertempel dipapan pengumuman.
" jadi, sia sia aku membawa jerseyku hari ini. " ocehku dalam hati.
" tentu saja tidak, jika aku tetap bermain futsal . Baiklah Laura ayo tunjukkan kebolehanmu!." Gumamku.
Kuperhatikan tak satupun anggota tim futsal ada disana. Tak seorangpun yang akan melihatku. Yups, aku akan bermain sendiri. Lagi pula aku tak butuh banyak teman saat ini.Perlahan kumainkan bolaku. berlari kesana kemari menendang, menggiring, menyundul, mengoper bola. Ya mengoper bola kembali padaku. Terlintas pemikiran bahwa aku mungkin sudah gila. Bermain sendiri berbicara tanpa seorangpun yang menyahutiku.
" tak seperti yang kubayangkan sebelumnya. Permainan ini sangat membosankan tanpa ada sita dan yang lainnya. Seharusnya aku meminta mereka untuk menemaniku hari ini. " ucapku dengan kesalnya menendang bola kearah gawang.
Aku berbalik mengarahkan pandangan kearah kursi penonton disamping lapangan. Tampak seorang bertopi hitam tengah duduk disana. Ya seorang pria kini tengah menatap kearahku.
" siapa dia?" Kupandangi dengan seksama, tampak seorang yang tak asing bgiku. Tapi siapa? kurasa aku mengenalinya. Ya, benar itu dia! Alex. Dan mengapa dia ditempat futsal sendirian seperti ini? pikirku. Ya Tuhan, bukankah aku juga diam diam bermain bola sendiri disana?
" dia masih menatap kearahku?." Salah tingkah kudibuatnya.
"apa yang harus aku lakukan? Ya lebih baik aku pergi saja." Dengan lekas aku meninggalkan area lapangan futsal. Semoga Alex tidak mengikutiku.
" apa dia melihatku sepanjang latihan? Bodoh sekali aku !. Kenapa aku sampai tak menyadari kalau Alex dari tadi ada disana? Mau kutaruh mana mukaku?" Sepanjang jalan Ocehan terus bermunculan dari bibirku. Langkahku tergesa gesa, menghindari rasa malu yang kuumpat sedetik setelah keluar dari sana.
" apa kata Alex jika aku diam diam bermain futsal sendirian saat jadwal latihan diliburkan? Bukankah itu namanya melanggar aturan? "
Aku semakin mempercepat langkah kakiku, berusaha untuk menyingkir dari Alex. Semoga saja dia tidak melaporkanku pada pak pelatih. Kalau benar itu terjadi, akan ada masalah besar yang menimpaku.
Kuambil tas, dan meninggalkan lapangan.
" hah?" Ucapku mendesah pelan, kulihat Alex tengah berjalan kearahku.
" em... aku, aku..." ucapku mencoba menerangkan yang terjadi barusan.
" bagus!" Sambungnya.
" ha?"
" ya, cukup bagus. Les private dimana?"
" apa? Oh..ya, itu. Aku tidak mengikuti bimbingan diluar."
" mengesankan, bakatmu lumayan juga ya?" Ucapnya sambil menepuk pundakku dan berjalan melaluiku.
"Terima kasih."jawabku pelan. Berusaha menahan perasaan gugup. Apa itu tadi? Sebuah sanjungankah? Ah, aku benar benar merasa malu saat itu.Keesokan harinya,
" bacalah!" Ucap Alex sambari menyosorkan selembar kertas yang kelihatan seperti promosi band atau apalah itu.
" oh, iya tentu." jawabku.
Kenapa harus Alex yang memberikannya? Pikirku semakin menjadi-jadi.
" datang, kau akan terkesan!" Ucapnya, dan akupun menoleh.
" akan kuusahakan."
Untuk sesaat kumerasa Alex adalah kawan dekatku, dia sama sekali tidak merasa canggung berbicara denganku. Lalu, mengapa aku tidak seperti itu? Ya Tuhan, aku benar-benar matigaya dibuatnya.
Kulihat poster yang diberikan Alex waktu itu, dan ya sepertinya aku berminat. Apa jika aku datang itu akan membuat Alex senang? Oh, tidak tidak! Kuramal itu akan Biasa saja!Sore harinya,
" eh, ramai? Jadi males. Balik aja gimana ya?" Ucapku yang kemudian berlalu meninggalkan keramaian.
" tempatnya ada disana!" Ucap Alex dari balik pohon.
" oh, kak Alex?"
" kenapa?" Maksudnya menanyakan kenapa aku masih disana sedangkan pertunjukannya akan segera dimulai.
" sepertinya aku tidak jadi menonton, terlalu ramai bagiku."
" oh... kau benar. Kebanyakan wanita tidak suka tempat ramai. Dan kau salah satunya."
" maaf, sebenarnya aku ingin tapi...,"
" tidak masalah, kalau seperti itu ikut saja denganku." Ucapnya terdengar seperti nada penawaran.
" kemana?"
"Tentusaja bukan tempat yang ramai, dan tidak terlalu sepi." Balasnya yang langsung menarik tanganku dan mengajakku lari. Ya Tuhan, Alex mengajakku pergi? Dia juga memegang tanganku saat ini. Tuhan...Apa ini salah satu rencana awal-Mu ? Kalau benar maka terima kasih, karena aku sangat senang saat ini.
Taklama dari itu, akhirnya aku eh... kami sampai di tempat yang dimaksud Alex saat itu." atap?" Tanyaku karena saat itu yang kulihat tak lain adalah rangkaian genting yang tersusun rapi
" ini belum apa apa, tunggu saja!" Jawabnya sambil mencari posisi nyaman untuk ia duduk. Akupun memutuskan untuk duduk disampingnya.
" ini seperti adegan romantis yang kutonton dalam drama, dan aku sangat bahagia saat ini." Ucapku dalam hati sambil memandangi Alex dari samping.
Hari menjelang senja, kurasa suasana dibuat sedemikian sehingga aku dan Alex dapat berdua disana. Dan, aku senang.
Alex menunjukan kehangatan dari sisi lainnya, dia baik. Dia bahkan sangat berbeda dengan yang kulihat sebelumnya. Untuk hari yang spesial ini ingin kuabadikan sebagai kenanganku. besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexku
FantasíaHal paling tak kumengerti didunia ini adalah waktu. Waktu yang membawaku pergi sejauh ini. Sangat jauh. Hingga tak kusadari dimana tempat kuberdiri saat ini. Entah hidup atau mati. Tapi, aku merasa sedang bermimpi. Mimpi yang panjang. Namun aku tak...