Bukti

11 0 0
                                    

"Sudah pulang, In?" Tanya Papah ketika aku masuk ke Rumah, aku mencium punggung tangannya.

"Iya pah."

"Gimana tempat les nya?" Tanya papah lagi.

Aku mengangguk, "Enak, pah."

"Belajar yang bener ya. Sebentar lagi ujian, kamu masih mau jadi arsitek kan?"

Aku mengangguk, sebenarnya tidak sepenuhnya keinginanku. Papah yang sejak awal menyarankan untuk memilih arsi sebagai studi lanjutan.

Sebagai anak, aku mengikuti arahannya. Toh jurusan itu jurusan yang baik, prospek kerjanya bagus. Tidak ada alasan untuk menolaknya.

"Yaudah bersih bersih gih."

"Indi, masuk pah." Aku pamit untuk membersihkan diri.

"In," Papah memanggilku lagi.

"Iya pah?" Aku membalikan badan, kembali menatapnya.

"Tadi ada yang nelfon di handphone kamu."

Mataku membulat, "Siapa pah?"

Apakah Fadil?

"Papah lupa namanya, sepertinya laki laki. Siapa, In?"

Aku menelan saliva ku kuat kuat, papah memang sangat berhati hati terhadap teman lawan jenis ku. Aku tidak pernah tahu apakah ia mengizinkanku pacaran atau tidak, ia tidak pernah secara resmi melarang. Tapi yang aku rasakan dari segala perlakuannya, ia membatasiku, atau melarangku secara halus.

"Temen, pah." Jawabku.

Papah mengangguk.

"Papah, tumben ke kamar?" Tanya ku.

"Oh, iya. Papah tadi beli buku latihan soal, ada di meja kamu."

Papah benar benar mengharapkanku.

"Makasih pah."

"Iya, dikerjakan ya."

Aku mengangguk.

Setelah mandi, aku masuk ke kamar. Aku baru teringat papah tadi mengatakan ada yang menelfon, ku ambil handphone di meja, aku lupa membawanya saat pergi les tadi.

1 panggilan tak terjawab.

Fadil menelfonku, sekitar satu jam yang lalu. Tumben. Ini bukan jam telfon Fadil, terlalu pagi untuk tidur malam, kan?

Aku hendak menelfonnya kembali, namun tiba tiba satu pesan masuk. Dari Fadil lagi.

Aku tidur duluan, In. Tadi abis belajar Biologi, besok aku ulangan. Doain ya. Selamat malam Indira.

Aku menghela nafas, sepertinya tidak perlu menelfon Fadil. Ia sudah mau tidur.

Jariku dengan leluasa menari diatas layar, mengetik balasan.

Iya, Fadil. Selamat tidur.

Lalu aku menekan simbol sent. Pesan terkirim.

Malam ini aku tidak langsung tertidur, Fadil tidak menelfonku, berarti akan sepi sekali. Aku tidak harus menunggu sesiapa untuk mengucapkan selamat malam.

Tiba tiba aku teringat perkataan Ergi. Memutuskan Fadil, apa aku bisa? Aku belum memiliki alasan jika mau mencobanya.

***

"Jangan lupa untuk mengulang materi yang baru ibu jelaskan. Practice makes perfect. Semoga sukses tryout minggu depannya ya." Kata bu Ami menyemangati kami sebelum pulang, minggu depan akan ada tryout pertama. Kelas 12 diberi kelonggaran pulang lebih cepat.

Kabar Baik, NugiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang