Langkahku langsung terhenti, mataku tertuju pada seseorang yang berdiri di ujung tangga sambil bersender pada dinding, tangannya sibuk memainkan kunci yang ku tebak itu adalah kunci motornya.
"In, aku duluan ya!" Karina menyapaku dari arah belakang, ia melambaikan tangan sambil tersenyum, aku membalasnya.
Kemungkinan orang itu mendengar namaku, karena ketika aku kembali menatap lurus, kami sudah bertatapan.
"In." Panggilnya ketika aku sampai di anak tangga terakhir.
Aku menoleh, menatapnya datar. Aku yakin tidak tersenyum.
"Dari Nia." Katanya menyerahkan buku tulis bersampul merah padaku. Aku tidak langsung mengambilnya, malah menatap buku itu heran.
"Buku?" Tanyaku.
Fadil mengangguk, ia adalah Fadil yang menungguku. "Katanya kamu mau pinjem hari ini. Tadi dia buru buru, terus nitipin ini ke aku." Ia menjelaskan.
Aku mengangguk pelan, tanganku perlahan mengambil buku itu dari tangan Fadil. Lalu memasukannya kedalam tas.
"Makasih ya." Kataku setelah bukunya kumasukan.
Fadil mengangguk, tapi anehnya ia tidak bergegas berlalu. Diam ditempat dan sesekali menatapku.
"Ada lagi?" Tanyaku. Sebenarnya aku tidak yakin menanyakan itu, hanya saja tiba tiba saja bibirku mengucapkannya, aku penasaran dengan sikap Fadil.
"Pulang. Sendiri?" Tanya Fadil.
Aku mengangguk.
"Mau ku anterin pulang?"
Mataku membulat beberapa detik. Apakah aku tidak salah dengar ia mengajakku pulang bersama? Harusnya aku senang. Tapi ini aneh. "Pulang?"
Fadil kali ini mengangguk. "Kalo gamau-"
"Iya." Kataku cepat, entah apa yang membuat aku begitu berani menerima ajakan itu, hanya saja aku tidak bisa menutupi kalau aku senang, hatiku berdegup kencang entah sampai kapan dan aku tidak mau menyianyiakan kesempatan. Apa itu berlebihan? Aku tahu, ini sangat tidak 'aku'. Tapi ini juga sangat tidak 'Fadil'.
Ku lihat Fadil tersenyum tipis, ia menatapku terus menerus. Membuatku malu. "Kalau gitu, tunggu di pos ya. Nanti aku kesana."
Aku mengangguk.
"Yaudah, aku. Ke kelas bentar."
Aku mengangguk lagi. Kami berjalan berlawanan arah, dan akan kembali bertemu di pos satpam, untuk selanjutnya tidak akan berlawanan lagi, karena hari ini Fadil akan mengantarku pulang. Tolong, aku ingin mengatakannya lagi. Fadil mengantarku pulang.
Sekolah mulai sepi, hari ini tidak banyak kegiatan. Kegiatan ekstrakulikuler ditiadakan karena sejak pagi ada acara ulang tahun sekolah. Dan besok, hari minggu. Sepertinya siswa siswa SMA di sekolahku sudah memiliki rencana dan terburu buru pulang.
"Maaf lama."
Aku menoleh, mendapati Fadil di sampingku. Sepertinya ia agak berlari tadi.
"Iya." Kataku.
"Yuk pulang."
Aku bangkit, tapi yang selanjutnya terjadi aku dan Fadil malah sama sama diam ditempat. Aku baru sadar Fadil tidak membawa sepeda motornya saat ia menemuiku.
"Jalan gapapa kan?" Tanya Fadil, sepertinya ia tahu maksud keheninganku.
"Gapapa." Kataku, tidak menanyakan alasannya.
Untuk sekedar informasi. Jarak rumahku dan sekolah tidak terlalu jauh, sekitar sepuluh menit berjalan kaki. Dan jika naik motor bisa lebih cepat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabar Baik, Nugi
Random"Aku sayang kamu." "Aku sayang aku, juga." "Kok gitu?" Tanyanya heran, raut wajah Nugi terlihat kecewa. "Iya." Jawabku tersenyum, malu. "Kenapa? Apa yang lebih spesial daripada menyangi orang yang sama?" Tanyaku kemudian. Aku menyangi diriku sendi...