Tangisan Karin membanjiri pipinya.p
"Trek." Suara pintu terbuka.
"Karin. Ayo Kita makan malam dulu."
"Iya Mah." Ia beranjak dari tempat tidurnya dan memeluk sang Mamah.
"Kamu kenapa Karin?." Tanyanya sambil terkejut.
"Ragyl memutuskan hubungan kita Mah."
"Kenapa? setau Mamah, dia anak yang baik."
"Dia bilang, dia telah menemukan orang yang lebih baik dariku. Jujur Mah, aku ga bisa kaya gini, aku ga mau kehilangan Ragyl."
"Karin, mungkin ini yang terbaik bagimu dan baginya, Kamu harus terima kenyataan ini."
"Tapi Mah, aku sangat mencintainya."
"Mamah paham, Kamu yang sabar yah Karin."Di sisi lain, Ragyl mencurahkan isi hatinya kepada Mamahnya.
"Mah." Panggilnya lemas.
"Ada apa Gil?."
"Aku sudah memutuskan hubunganku dengan Karin."
"Kamu yakin itu yang terbaik untuknya?."
"Iya Mah, aku yakin. Meski berat di hati ini, namun apa boleh buat. Dengan penyakit ini, aku menjaganya pun tidak bisa."
"Kamu harus kuat yah Agyl."
"Iya Mah, jika aku sembuh aku akan menemui Karin dan menjelaskan yang sebenarnya terjadi."
"Iya Ragyl." Tanggap sang Mamah dan memeluk Ragyl.
"Dan jika aku tidak sembuh, bahkan aku mati, tolong sampaikan rasa sayang dan cintaku padanya. Sampaikan kata maafku yang telah membohonginya, yang telah membuatnya sedih, bahkan yang telah membuatnya menanti. Aku yakin, disuatu saat nanti aku akan bersama selamanya bersama Karin."
"Ragyl, Kamu pasti bisa melewati penyakit ini."
"Semoga saja Mah."Keesokan harinya Ragyl pergi ke sekolah, dan ia bertemu dengan Karin.
"Ragyl tunggu." Teriak Karin.
"Apa lagi Rin?."
"Aku mau minta penjelasan Kamu."
"Penjelasan soal apa lagi, semua ini sudah jelas."
"Aku ga mau putus."
(Ragyl terdiam merasakan sesaknya tidak bisa berkata jujur pada Karin).
"Kamu kenapa diam?. Jujur, Kamu juga masih sayangkan sama aku?."
"Maaf Karin, aku udah ga ada perasaan lagi sama Kamu."
"Aku kecewa sama Kamu Gil."Karin pun pergi dari hadapan Ragyl. Sepulangnya sekolah mereka bertemu di jalan.
"Stop." Ucap Karin yang menghalangi Ragyl pulang.
"Karin. Kamu kenapa sih, apa yang Kamu lakuin itu bisa mencelakakanmu, Kamu ngerti ga sih."
"Hehe, berarti benar, Kamu masih sayang sama aku."
"Engga Rin, rasa itu sudah lama hilang."
"Hilang?, jika sudah hilang, yang Kamu ucapkan tadi rasa apa?."
"Maaf Rin, aku ga bisa mencintaimu lagi."Saat mereka berbincang tiba-tiba Ragyl mersakan sakit yang begitu hebat dibagian ginjalnya. Ragyl pun terlihat pucat dan mengeluarkan keringat dingin. Ragyl pun langsung bergegas pulang.
"Aku pulang Karin, selamat tinggal. Semoga kita bertemu lagi."
"Tapi Ragyl, Kamu terlihat pucat."
"Daaah."
"Tunggu Ragyl." Teriaknya sambil berlari.Tiba-tiba.....
"Bruuug." Karin tertabrak mobil dan jatuh.
Karin segera dibawa ke rumah sakit oleh warga setempat. Mamah dan Ayah Karin pun pergi ke rumah sakit tersebut.
"Bagaimana Dok keadaan anak saya?."
"Anak Ibu baik-baik saja."
"Alhamdulillah."
"Tapi, anak Ibu buta,karena mata anak Ibu terkena benturan yang sangat keras."
"Astagfirullahal'adzim."
"Anak Ibu masih bisa disembuhkan jika ada pendonor yang bersedia mendonorkan matanya."
"Baik Dok. Boleh saya masuk melihat anak saya?."
"Ya tentu."
"Terima kasih Dok."
"Iya Pak, sama-sama."Mereka pun masuk.....
"Mah, Pah. Apakah itu kalian?."
"Sayang, ini Kami."
"Mah kenapa di sini gelap sekali?."
"Nak, yang sabar yah."
"Mamah kenapa nangis?."
"Mamah sedih."
"Kamu harus sabar yah Karin, untuk sementara ini Kamu tidak bisa melihat dulu."
"Maksud Papah aku buta?." Tanyanya terkejut mendengar pernyataan dari sang Ayah.
"Ia nak. Kamu harus sabar."Karin pun sangat bersedih mendengar pernyataan bahwa dirinya tidak bisa melihat lagi.
"Aku sudah merasakan sakit kehilangan orang yang sangat ku cintai dan sayangi, sekarang aku pun harus kehilangan penglihatanku, yang tidak lain untuk melihat kebahagiaan kedua orang tuaku. Aku ingin melihat Ragyl bahagia walau bukan bersamaku. Aku tak mampu memiliki hatimu lagi Ragyl." Gerutunya dalam hati dan menangis.
