Dari hari kehari, Karin selalu menyempatkan waktu untuk menjenguk Ragyl, Karin pun curiga, jika Ragyl sakit karena kecapean, tidak mungkin selama ini.
"Ragyl, Kamu jujur deh sama aku, kenapa Kamu lama banget dirawatnya?."
"Aku belum ngerasa vit lagi aja. Mungkin, besok aku pulang."
"Oh, ya sudah." Tanggap Karin bingung.Ragyl terpaksa menyembunyikan sesuatu dari Karin. Yah, tidak lain adalah penyakitnya.
"Hai Karin." Sapa Mamah Ragyl.
"Hai tante."
"Karin, tante mau bicara sama Ragyl berdua dulu."
"Oh baik tante, Ragyl aku keluar dulu yah."
"Iya Rin."Karin pun ke luar dari ruangan tersebut.
"Agil."
"Iya Mah, kenapa? mau ngomong apa Mah?."
"Mamah tadi denger perbincangan kalian, Kamu menyembunyikan penyakit Kamu dari Karin?."
"Iya Mah, maaf Ragyl harus bohong sama Karin, Ragyl ga bisa jujur sama Karin, Ragyl takut Karin menjauh dari Ragyl, Ragyl ga mau kalau harapan dan penantian Ragyl sia-sia Mah." Jelasnya sambil menangis.
"Tapi Gil, Karin akan lebih sakit jika dia dibohongi."
"Mah, aku boleh minta sesuatu ga Mah." Pintanya.
"Apa pun itu, Mamah akan lakukan demi anak Mamah."
"Pertama, Agyl mau pulang dari rumah sakit ini besok."
"Tapi Gil, Kamu belum pulih."Tegas Mamahnya.
"Aku ga mau terlihat lemah Mah, apa lagi dimata Karin, aku ga mau kalo Karin terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi, aku ga mau membuat Karin bersedih."
"Tapi Gil."
"Demi Karin aku mau menahan sakit ini Mah, aku mohon."Potongnya dengan tegas.
"Ya udah, tapi Kamu harus janji yah, setelah Mamah turutin permintaan Kamu,Kamu masih mau berobat jalan."
"Iya Mah, dan yang kedua."
"Apa lagi Agyl?."
"Aku ga mau kalo Karin sampe tau penyakit aku Mah."
"Soal itu Mamah ga janji yah Gil, Mamah ga mau kalo Karin ngerasa di bohongi."
"Demi aku Mah, aku mohon sama Mamah, cuma Karin yang bisa membuat aku hidup bersemangat lagi, aku ga mau Karin menjauh, aku mohon Mah, walau aku sakit demi Karin aku akan menjalaninya."
"Gil, kenapa Kamu ga jujur tentang perasaan Kamu ke Karin."
"Aku belum bisa Mah, aku takut umurku sudah tidak lama lagi."
"Ragyl." Ucapnya sambil memeluk Ragyl."Trek." Suara pintu terbuka.
"Tante maaf, Om sudah menunggu."
"Oh baiklah, terima kasih Rin."
"Iya tante."
"Jaga Ragyl dan tetap bersamanya yah Karin."
"Hehe, iya tante."Sungguh berat bagi Ragyl untuk menutupi penyakitnya kepada Karin.
