Kepercayaan Itu Mahal

116 13 0
                                    

"Teng teng teng." Bel istirahat berbunyi.

Ragyl beranjak dari tempat duduknya menuju kelas Karin. Di perjalanan Ragyl bertemu dengan Karin.

"Hai Karin." Sapanya sambil tersenyum dengan rasa bersalah.
"Apa." Balasnya sinis.
"Iya, aku tau. Kamu marahkan?."
"Siapa yang marah!?."
"Emmm, jangan bohong deh."
"Aku ga bohong ko."
"Ya udah deh, kalo gitu. Aku minta maaf yah, tadi aku telat ke rumah Kamunya."
"Iya ga papa Kak."
"Oh ya, besok lusa Kamu sibuk ga?."
"Engga Kak." Jawabnya singkat dan padat.
"Kalo Kamu ga marah, besok lusa aku tanding basket, Kamu nonton yah." Pinta Ragyl.
"Eee..... Aku ga janji yah Kak?
"Aku tunggu Kamu yah besok lusa, daaah."

Karin sedikit kecewa karena Ragyl tidah menepati janjinya, Karin pun sempat berpikir tidak akan datang untuk menonton pertandingan Ragyl besok lusa.

Waktu sekolah pun telah usai, Karin langsung bergegas pulang.

"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam. Loh, anak Mamah ko terlihat sedih, kenapa?."
"Engga Mah. Aku hanya lelah saja."
"Jangan bohong deh, itu karena Ragyl yah?."
"Ih Mamah, apa sih."
"Mamah tau ko, tadi pagi Ragyl ke rumah, mau jemput Kamu, tapi Kamu sudah berangkat."
"Lalu?."
"Kamu marah yah, karena Ragyl telat datang?."
"Jujur, aku kecewa Mah sama dia."
"Kenapa harus kecewa, Ragylkan temanmu."
"Hmmm." Karin menghela napas panjang.
"Atau,,,jangan-jangan, Kamu suka yah."
"Udah ah Mah, jangan dibahas lagi."
"Ya udah deh, cepat ganti baju, lalu jangan lupa makan yah."
"Mah!."
"Apa Rin."
"Besok lusa Ragyl mau tanding basket, aku...."
"Kamu mau nonton?. Ya ga papa Kamu boleh pergi ko." Potong Mamah saat Karin berbicara.
"Tapi Mah."
"Udah, jangan tapi-tapi, Kamu jangan sampai mengecewakannya yah Karin."
"Tapi Mah."
"Mamah mau ke rumah bu Laras dulu yah.Daaah."

Awalnya ragu untuk datang kepertandingan, tapi dengan rayuan sang Mamah, Karin pun memutuskan untuk datang.

Pertandingan pun sebentar lagi akan dimulai, tapi Ragyl masih mencari Karin, ia menolehkan pandangannya ke kiri dan ke kanan.

"Qy, lu liat Karin ga?."
"Karin mana?."
"Yang kemaren ikut latihan."
"Oh, ngga. Gua ga liat."
"Ya udah. Makasih."
"Yoi."

Pertandingan pun di mulai. Ragyl masih saja tidak menemukan di mana Karin. Di sisi lain Karin sedang di tengah perjalanan menuju tempat pertandingan.

"Pak, ayo lebih cepat lagi, aku sudah terlambat."
"Iya, nanti yah."
"Ya udah deh, aku naik ojek aja Pak."
"Tapi, nanti saya di marahi tuan."
"Ga bakal Pak."
"Ya sudah baiklah."

Karena terjebak macet, Karin memutuskan untuk naik ojek. Walau telat Karin masih bisa lihat Ragyl bertanding.

"Ragyl." Teriak Karin memanggil Ragyl yang sedang bertanding.

Ragyl pun merasa sangat senang adanya kehadiran Karin. Di tengah permainan tiba-tiba.

"Brug." Ragyl terjatuh pinsan.
"Ragyl." Teriak Karin sambil berlari ke arahnya.

Karin berusaha menyadarkan Ragyl, tetapi Ragyl masih belum sadarkan diri. Karin pun membawa Ragyl ke rumah sakit terdekat.

Setelah Ragyl di bawa ke rumah sakit dan ditangani oleh dokter, akhirnya Ragyl sadarkan diri.

"Trek." Suara pintu terbuka, dan keluarlah seorang dokter.
"Dok, bagaimana kondisi teman saya?."
"Temanmu baik-baik saja."
"Alhamdulillah, apakah aku boleh masuk Dok?."
"Ya silahkan."

Karin pun segera masuk dan berbincang dengan Ragyl.

"Gil, bagaimana keadaanmu?."
"Aku baik-baik saja." Jawabnya lemas.
"Kamu sakit apa Gil?."
"Aku cuma kecapean Karin."
"Ya udah lain kali Kamu harus bisa jaga kesehatan Kamu lebih baik lagi yah."
"Iya Karin."
"Kamu lapar gak." Tanyanya sambil tersenyum dan menyuguhkan makanan.
"Mmmmm." Jawabnya sambil mengangguk.
"Ya udah Kamu makan yah." Ucapnya sambil beranjak dari tempat duduk dan pergi.
"Eh,tunggu Rin.Aku ga bisa makan sendiri." Ucapnya agar Karin menyuapinya.
"Kalo begitu tunggu, aku panggilkan perawat dulu yah." Usulnya sambil tertawa.
"Ga usah Rin, gimana kalo Kamu aja?."
"Iya Ragyl, sini biar aku yang menyuapimu."

Ragyl pun berbincang-bincang dengan Karin, hingga tak terasa sudah larut malam.

"Eh, aku pulang dulu yah, udah malem nih."
"Ya udah ia, besok Kamu jenguk aku lagikan?."
"Iya Ragyl, pasti."
"Aku pulang yah, lagi pula udah ada keluarga Kamu, jadi Kamu ga bakalan kesepian lagi."
"Iya Karin, terima kasih."

Hubungan Karin dengan Ragyl semakin dekat, bahkan mereka sudah mendapat restu dari keluarga mereka. Namun, mereka masih enggan mengakui jika mereka saling mencintai.

CINTA KARINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang