1. First

231 13 4
                                    

Inginku seperti dulu
Tapi,
Waktu tlah berganti.

Bumi
Semakin tua
Seiring dengan waktunya.

Begitupun diriku,

Mengikuti waktu yang berganti
ku terus berjalan

Sampaiku menemukan kisahku,
Impianku juga takdirku

-

Risha Inara Febiyana-


26 Januari 2018

.
.
.

Pukul 06.00 WITA

Kringgggg. . .
Kringgggg. . .

BUKKK!

"Arghhh, hhsss sakit..!" aku meringis kesakitan saatku berbalik badanku telah terjatuh dari tempat tidurku karena tak sadar aku sudah berada di ujung kasur saat berbalik.

Aku meraih alarm yang berdering itu dengan kesal, "Hah! sialan udah jam 6! Ternyata gue salah ngatur jamnya!" sontak saja aku duduk dan langsung berlari ke kamar mandi.

Drrrrttt..

---

"Maa aku berangkat ke sekolah dulu yaa," ucapku dengan suara nyaring karena mama lagi di dapur.

"Ehh kamu kan belum sarapan, obat kamu juga belum diminum," balas mama dengan suara nyaring juga.

Ya ampun gue lupa!, ucapku pada diriku sendiri.
"Eh iya ma aku lupa! Aku bawa obatnya aja ntar aku minum obatnya pas di sekolah, sekalian aku sarapannya dikantin aja ya ma."

"Ya udah, hati-hati dijalan ya Shaa." akupun beranjak pergi dan berangkat ke sekolah mengendarai sepeda motorku.

---

Berhubung pagi ini gerimis jadi aku mengenakan jaket pergi kesekolah. Sesampainya di parkiran, disana sudah terlihat banyak yang sudah datang duluan dan parkiran hampir penuh karena aku datang sedikit terlambat. Aku langsung melepaskan jaketku dan ku simpan didalam jok motorku. Dengan tergesa-gesa aku bergegas naik tangga menuju kelasku, XI IPS 2.

Kelas ku berada di lantai 2 tepatnya dideretan kelas-kelas khusus IPS. Hanya saja entah mengapa kelas paling ujung bukan kelas IPS, melainkan kelas XI Bahasa.
Kelas XI Bahasa sering kelihatan sepi, berbanding terbalik dengan kelas IPS. Ya sudah bisa ditebak kelas IPS lah yang paling heboh dan juga bisa dibilang paling sering bikin keributan.

Kalian tau kenapa aku lebih memilih jurusan IPS dibandingkan jurusan lainnya? Hm jangan sembarangan nebak ya, awal aku daftar di sekolah ini aku sempat ditawarkan masuk jurusan IPA karna nilai ku lumayan bagus. Tapi aku memang tidak tertarik dengan jurusan IPA, mungkin karena jiwa sosial ku yang menarik ku untuk memilih jurusan IPS.

---

"Eh, udah sembuh lo?" tiba-tiba temanku Azis yang baru saja ku lewati di depan pintu etalase kelasku itu menepuk punggungku.
"Eh, iya.." jawabku singkat. Lalu tak ku hiraukan lagi. Aku langsung berjalan menuju kursiku lalu meletakkan tasku sambilku duduk.

"Ris, lo udah belom tugas Geografi?" tanya Raudah dari kursinya pada teman sebangku ku Rista, karena kursi kami bersebelahan dan tidak jauh dari bangku Raudah.

"Belom nih, bukunya aja gue ketinggalan." balas Rista seperti pasrah karena ia lupa membawa buku paket geografi.

"Ya elahh.. Kalo lo udah belom Sha?" raudah melemparkan pertanyaannya padaku.

"Udah kok, tapi masih ada satu soal gue yang belom, tapi tenang aja gue bisa nyusul jawabannya," jawabku pada Raudah. Sebenarnya aku tidak tau ada PR hari ini kalau saja Raudah tidak mengabariku tadi malam bilang kalo ada PR, karena aku kemarin memang tidak turun, alasan lebih tepatnya karena sakit.

"Ya udah. Kalo lo udah kelar bilang ya ama gue, ntar kita bareng ngumpulnya." kata Raudah.

"Sipp," jawabku singkat sambil mengacungkan jempolku tanda aku menyetujuinya.

Btw, aku kenalin teman akrabku atau bisa dibilang kami sahabatan. Yang pertama Raudah, Raudah ini nama panjangnya Siti Nurraudah, sahabat aku yang paling baik, paling nyebelin tapi nggak ngurangin kecantikannya juga sih plus paling nggak bisa diem. Eh tapi dia juga paling care loh! care kalo aku habis uang jajan, dia suka bayarin aku, hhe. Tapi dengan catatan 'besok harus bayar' hm.

Satu lagi teman aku namanya Rista, namanya gitu aja cuma Rista doang, nggak ada nama panjangnya. Rista ini bisa dibilang yang paling cantik di antara kami bertiga, kalau aku yaa sedang-sedang saja. Dia itu orangnya lumayan smart dibandingkan Raudah sama aku, ettss tapi tetap aja aku pintarnya di atas Raudah, mungkin bisa dibilang Aku 11 12 otaknya sama Rista. Tapi bukan berarti Raudah nggak pintar ya, dia juga pintar kok dibawah aku dikitan, hhe.

Raudah berjalan menuju ke arah mejaku, "Lo udah baca notif gue nggak tadi pagi?" ia bertanya padaku.

Aku mengernyit "Notif apaan? Gue nggak megang handphone tadi pagi, handphone gue juga ketinggalan di rumah soalnya buru-buru," Balasku pada temanku itu.

"Oh nggak papa, ntar pulang sekolah aja lo liat," balas Raudah dengan tatapan biasa saja.
Walaupun aku penasaran tapi aku hanya membalas anggukan saja padanya.

Entah kenapa teman sebangku ku sekaligus sahabatku yang bernama Rista itu duduk diam dan wajahnya terlihat datar saja sejak ku duduk disebelahnya, bahkan tidak mengajakku berbicara sama sekali. Biasanya kan dia ngomongnya suka langsung ngegas kalo udah ketemu. Dia nggak niatan tanya aku sakit apa gitu kemaren. Eh dia malahan diam saja.

---

Hari ini aku merasakan suasana kelas seperti ada yang beda, terutama orang-orangnya. Padahalkan aku sudah sempat melemparkan senyumku pada mereka, tapi mereka tampak tak membalas senyuman ku.

Sekarang aku menjadi murung. Tidak semangat lagi. Moodku berubah hari ini, lebih buruk dari sebelumnya. Mungkin ini menjadi yang paling terburuk bagiku. Karena... Ah
Jujur saja, hari ini aku kecewa.

'Kupikir mereka terutama dua sahabatku ingat'. Batinku sendiri.
.
.
.
Apa mereka semua lupa hari ini?

Step By StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang