9. Bahagia & kecewa

67 8 4
                                    

Kau merasakan bahagia
Namun tidak sebaliknya aku.
Kau tau?
Oh tidak. Kau takkan pernah tau.
Baiklah mungkin ini menyakitkan bagiku.
Cukup untuk kejadian ini.
Namun tak cukup untuk hati ini.
Karna hati ini masih menuntutku untuk dapat menggapaimu.
-F-

**

Roda empat itu melaju dengan kecepatan sedang. Suasana jalan raya sangat padat oleh keramaian orang-orang diluar sana. Aku hanya bisa melihat suasana jalanan raya dari kaca mobil.

"Kak, boleh temenin aku ke Supermarket dulu nggak? Bentar aja kok," tanyaku sambil tersenyum dan sesekali mengerjapkan mataku yang terkesan meminta jawaban iya dari kak Rafa.

"Mmm yaudah gue temenin," jawab Kak Rafa juga tak kalah membalas senyum padaku.

Malam ini adalah malam yang kutunggu sejak pesan yang kuterima kemarin dan detik ini telah membawaku pada isi pesan tersebut. Malam ini tepatnya malam minggu, malam dimana sebagian makhluk ciptaan tuhan alias manusia keluar dan berhamburan di muka bumi dengan keadaan berpasang-pasangan. Entah itu bersama suaminya, istrinya, pacarnya, mantannya, temennya, gebetannya, selingkuhannya, atau lainnya. Mungkin sebagian kecil bersama family masing-masing.

Beruntung malam ini cuacanya bersahabat. Walaupun aku tak dapat melihat jelas ekspresi cuaca saat malam, namun aku dapat melihat jelas bintang-bintang yang bertaburan menghiasi langit malam ini.

Tidak lama kemudian akhirnya kami sampai di Supermarket lalu memarkirkan mobil Kak Rafa di parkiran itu. Saat mobil terparkir rapi, Kak Rafa berniat untuk turun dari mobilnya namun aku segera menahan tangannya.

"Loh. ada apa, Sha?" Dahi Kak Rafa mengerut bingung. Kaki kanannya yang sudah keluar dari mobil akhirnya ia naikkan kembali.

"Eh- Emm Kak Rafa kyaknya tunggu di dalam mobil aja deh." aku merasa kikuk berbicara padanya.

"Emang kenapa, Sha?" tanya Kak Rafa sambil menatap mataku yang membuatku semakin gugup.

"Ng-nggak kenapa-napa kok. Biar aku aja yg masuk ke sana. Kak Rafa nggak usah repot2 nemenin aku masuk. Aku cuman bentar doang." jawabku sambil tersenyum canggung.

"Nggak papa kali, santai aja kalo sama gue," sahutnya, "Yuk ah ntar kemaleman." sambungnya lagi. Ia langsung keluar dari dalam mobilnya lalu membukakan pintu mobil di sebelahku dan terpaksa aku turun dengan pikiran seakan bagaimana ini.

Aku melangkah dengan canggung sambil berpikir bagaimana cara agar Kak Rafa tidak mengikutiku untuk membeli benda yang ku cari itu di dalam Supermarket. Kak Rafa tidak tau apa yang ingin kubeli namun ia tetap setia mengekoriku di belakang.

Sedari tadi kami hanya berkeliling mencari benda yang akan ku beli itu. Aku bingung apakah aku langsung saja menuju deretan tempat benda itu terpajang? Jujur, aku malu jika harus membeli itu jika ada Kak Rafa di belakangku.

"Lo nyari apaan sih? Dari tadi kita keliling2 nggak nemu satupun benda yang mau lo beli."

"Sebenarnya aku m-mau beli anu.." aku menggigit bibir bawahku. Suara ku tergantung begitu saja karena aku sangat malu mengatakannya.

"Anu apa sih?" tanya kak Rafa penasaran.

"Itu.. Benda yang panjang kak,"

"Sikat gigi?"

"Bu-bukan, tapi yang tipis itu lo.."

"Mmm.. Bedak?"

"Bukan kak. Mksudnya stok bulanan aku,"

"Emm.. Deodorant??"

"Bukan juga kak.."

"Aduh yg jelas dong Risha,"

Step By StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang