13. Party

50 6 2
                                    

15:28 pm
.
.

"Hmm apa ya.." aku berjalan menelusuri sudut toko itu berusaha mencari sesuatu.

"Bang, kasih saran kek buat gue! Abang 'kan cowok, pasti tau apa yg cocok buat cowok," kataku pada kak Riko yang sedari tadi sibuk memainkan handphone di belakangku.

Aku sengaja sepulang sekolah langsung mengajak kak Riko pergi ke toko yang menjual banyak barang yang dapat ku pilih sebagai kado ulang tahun untuk Farhan. Awalnya aku mengajak kak Riko ke sini karena kupikir ia dapat membantuku untuk memilih barang yang cocok untuk laki-laki.

"Beli aja jam, sepatu, baju, jaket, atau tas cowok, serah lo deh," kata Kak Riko yang matanya masih tak lepas dari layar handphonenya.

Aku melirik kak Riko sebentar sambil mencoba memikirkan sesuatu.

"Oh gitu ya.. Mksih bang." balasku padanya. Ia melirikku beberapa detik dengan dahi mengernyit lalu ia mengalihkan pandangannya ke handphonenya kembali.

-

Setelah melangkah masuk ke dalam rumah, aku langsung duduk di atas sofa di ruang tamu lalu membuang napas kasar. Aku merasa lelah hari ini. Kurasa aku harus langsung beristirahat dan tidur setelah mengganti baju seragamku ini.

"Maluin aja lo! Gue kira lo tadi ngikutin saran gue. Eh ternyata lo malah beli lampu tidur gambar Hello Kitty. Emang lo yakin tetap mau ngasih itu?"

Kak Riko ikut duduk di sebelahku. Ia memutar bola matanya dan terlihat geli. Ia sungguh tidak mengira bahwa aku memilih untuk membeli lampu tidur bergambar Hello Kitty. Terlalu lucu pikir kak Riko kalau benda itu sebagai hadiah ulang tahun seorang laki-laki.

"Ya iyalah, yakin! Gue suka aja liatnya. Lagian siapa suruh tuh benda lucu, 'kan jadi pengen gue beli."

Aku meringis melihat reaksi kak Riko yang sepertinya keliatan geli karna benda yang ku beli itu. Aku memang sengaja memilih benda itu. Aku sengaja ingin membuat hadiahku ini terkesan lucu. Jika reaksi Kak Riko saja begini, apalagi reaksi Farhan saat membukanya nanti. Ah, pasti ia akan mengomel saat bertemu di sekolah nanti. Dan aku pasti akan tertawa melihat reaksinya.

**

Author p.o.v

Mereka sampai di rumah yang menurut Risha sangat besar dan megah itu. Eh tapi mungkin tidak hanya menurut Risha saja, mungkin setiap orang yang melihat rumah ini pasti akan memikirkan hal yang sama.

"Wahh.. Baru tau gue, ternyata Farhan anak orang kaya," Risha mengedarkan psndangannya ke sekeliling dan ia merasa takjub melihat pemandangan di sekitarnya yang sangat ramai hampir memenuhi rumah Farhan.

"Woahh banyak makanan.." sambar Dayah dengan mata berbinar melihat deretan makanan di atas meja yang tersusun rapi.

"Dipikiran lo itu emang nggak ada yg lain Day, selain makanan?" Raudah memutar bola matanya malas. Risha dan yang lainnya hanya cekikian tertawa.

Lalu Dayah dan pacarnya, mereka berdua pamit pergi meninggalkan Risha, Raudah, dan Rista. Mungkin mereka hanya ingin menikmati sambil keliling-keliling di tempat ini.

Risha mengedarkan pandangannya ke tiap sudut berusaha mencari seseorang. Yang ia maksud seseorang itu adalah Kak Rafa. Mungkin aneh karena seharusnya ia mencari Farhan, bukannya Kak Rafa. Secara malam ini hari ulang tahunnya dan ia harus mengucapkan selamat kepada Farhan. Tapi sebaliknya ia malah mencari Kak Rafa terlebih dahulu.

"Mmm, Kak Rafa dimana ya?" tanya Risha terlebih pada dirinya sendiri.

"Kak Doni juga dimana ya?" pertanyaan yang sama namun objek yang dicari berbeda. Raudah juga tampak celingak-celinguk mencari keberadaan Kak Doni. Sedangkan Rista memasang wajah malas.

"Inget ya! lo berdua jangan pisah dari gue mentang2 punya peliharaan ntar gue ditinggal!" kata Rista yang membuat Risha dan Raudah beralih menatapnya.

"Peliharahaan pala lu suwek! Lo kira Kak Doni itu kucing terus Kak Rafa itu tikus?!" sambar Raudah yang tidak terima dengan perkataan Rista.

"Yakin lo tikus dipelihara?" tambah Rista sambil terkekeh.

"Eh, eh gue nggak terima kalo Kak Rafa dibilang tikus! Nggk ada yg lebih imutan dikit napa. Kek marmut misalnya," jawab Risha seolah sambil mengingat nama-nama hewan.

"Boleh juga sih marmut," balas Rista yang tampak setuju dengan Risha tapi lebih kepada meledek membuat Raudah kesal dengan lelucon itu.

"Apaan sih lo berdua? Makin kesana makin ngaur!" Raudah memutar bola matanya dan enggan membahas masalah binatang itu lagi.

-

Setelah selesai acara potong kue dan pemberian kuenya pada orang tuanya Farhan, sekarang waktunya para undangan dipersilakan minum dan mencicipi makanan yang ada sambil menikmati hiburan dari dua orang penyanyi perempuan dan laki-laki yang duet itu sebagai pengisi acara malam ini.

Teman-temannya mengucapkan selamat ulang tahun pada Farhan dan Farhan membalasnya dengan ucapan terimakasih lalu tersenyum. Berkali-kali ia melakukan hal yang sama seperti itu tiap kali teman-temannya menyapa. Namun di sisi lain ia sedang memikirkan sesuatu dan celingak celinguk sambil mengedarkan pandangannya ke tiap-tiap sudut. Ia tampak sedang mencari sosok seseorang yang ada dipikirannya itu sejak tadi.

"Hai Farhan! Happy sweet seventeen yaa.." tiba-tiba Farhan mengalihkan pandangannya ke sumber suara yang ia dengar itu. Wanita itu mengangkat tangannya pada Farhan ingin menjabat tangannya.

"Thnks." jawab Farhan singkat sambil tersenyum paksa pada wanita itu, lalu ia mengalihkan pandangannya kembali untuk mencari seseorang yang ia cari sejak tadi.

Tangan Selin masih menggantung di udara. Farhan tidak sama sekali menyambut tangannya. Ia sangat kesal dengan sikap Farhan. Namun walaupun begitu, Selin tetap tidak peduli dengan sikap Farhan yang selalu mengabaikannya. Selin sudah biasa diperlakukan Farhan seperti itu.

Selin menaikkan tangannya ke samping kepalanya lalu menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinganya. Kemudian ia langsung mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan menyodorkannya untuk Farhan.

"Nih hadiah buat lo.."

Farhan melirik wajah Selin sekilas lalu menurunkan pandangannya ke arah kado berkotak kecil yang ada ditangan Selin.

"Oke, makasih hadiahnya." Farhan menerima hadiah itu. Bagaimanapun ketidaksukaan Farhan terhadap Selin tapi ia tidak mungkin menolak hadiah yang diberikan oleh orang lain, karena itu sama saja ia bersikap sombong dan angkuh karena tidak menghargai pemberian dari orang lain.

Senyum Selin mengembang dan ia senang karena Farhan menerima kadonya.

Entah mengapa tiba-tiba Farhan melangkah pergi meninggalkan Selin begitu saja. Selin menatap kepergian Farhan dengan kesal juga bingung. Lalu Selin melihat objek arah Farhan berjalan. Ia dapat menebak, sepertinya itu adalah alasan Farhan pergi meninggalkannya. Hati Selin memanas dan ia merasa benci dengan apa yang ia lihat.

"Dasar!! Cewek nggak tau diri! per-" suara Selin terhenti seketika ada yang memegang punggungnya dari belakang. Dengan cepat ia membalikkan tubuhnya ke belakang dan manik matanya bertemu dengan manik mata Rafa.

"Lo nggak seharusnya bilang dia kyak gitu." Rafa membuka suaranya. Kata-katanya seperti membela lawan dari Selin itu.

"Lo bela dia kak? Jangan2 lo se-"

"Bukan berarti kyak yg lo pikir. Udahlah nggak pnting," jawab Rafa yang lagi-lagi memotong suara Selin. "Gue sengaja nyamperin lo, karna gue tau sekarang lo butuh gue."

Rafa berlalu pergi dan meninggalkan Selin yang hanya diam dan berdiri menatap arah kepergian Rafa. Sedetik kemudian Sudut bibir Selin terangkat.

"Well. Malam ini saatnya. Tonight will be a memorable night for you!"

-TBC-

Step By StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang