4. Ada yang aneh

81 11 5
                                    


Suasana yang terbilang sepi namun tetap ada pengunjung di meja bundar di ujung sana. Dengan udara yang terasa dingin membuatku hanya diam sekali kali melirik ke arah depan pintu masuk untuk melihat apakah mereka sudah datang karena malam ini aku mempunyai janji bersama kedua temanku Rista dan Raudah di cafe sal's sebagai acara traktiran. Sebenarnya ini bukan kemauanku, hanya saja aku dipaksa oleh mereka berdua yang merengek minta ditraktir.

Aku melirik alorji di tanganku sudah menunjukkan pukul setengah 9, tetapi mereka belum saja datang. Sudah banyak spam chat yang ku kirimkan pada mereka berdua tapi tak kunjung dibaca. Aku mulai merasa bosan dan rasanya ingin sekali mengomeli mereka jika mereka sudah datang karena telah membuatku menunggu, menunggu itu berat, aku takkan kuat, biar Dilan saja. Eh itukan rindu, bukan menunggu. Ok,next.

Tiba-tiba ada yang memegang punggungku dari belakang, sontak aku terkejut dan langsung menoleh ke belakang.

"Hai! Sendirian aja disini?"

"I-iya. Lo siapa?" balikku bertanya pada sosok laki-laki yang tak ku kenali itu.

"Oh iya gue lupa. Kenalin nama gue Farhan Afghar yg tadi sore ngechat lo di line dan sayangnya cuma lo read doang."

Apa! Ternyata dia yang namanya Farhan Afghar. Kalau dia sih aku kenal sama wajahnya nggak asing di sekolah, karna dia juga teman kak Rafa satu tim basket. Dia juga yang sering diceritain sama Rista dan Raudah karena ketampanannya.

"Loh, kok malah bengong. ngeliatin apaan sih? Jangan-jangan lo..." jawabnya dengan tawa meledekku. sontak membuat ku tersadar dengan pandanganku yang sedari tadi menatapnya.

"Eh, apaan sih! Gue cuma mau mastiin lo itu beneran manusia atau makhluk jadi-jadian," balasku dengan tawa meledek juga. Walaupun sebenarnya aku bohong, cuma ingin menutupi wajahku yang sebenarnya terpukau dengan wajahnya yang terlihat lebih tampan jika dari dekat.

"Bilang aja lo suka. Gue nebak aja dari muka lo,"

"Gila lo ya, baru aja kenal main nebak gue suka sama lo aja, emang situ paranoid!" jawabku tidak setuju dengan ucapannya.

"Hhe, kali aja gitu. Yaudah gu-"

"Ehmm!"

Tiba-tiba suaranya terputus karena ada Raudah dan Rista yang datang yang membuat kami berdua terkejut.

"Kok lo nggak bilang2 sih Sha kalo lo ngajak si tam- eh maksud gue Farhan kesini?" sesekali mata Raudah melirik ke arah Farhan sambil tersenyum malu.

"Hah ngajak dia? Gue nggak ngajak dia kok," jawabku sambil menggelengkan kepala.

"Eh, maaf ya gue ganggu kalian semua, gue tadi cuma kebetulan liat Risha duduk disini sendirian jadi gue samperin aja. Yaudah, gue pulang duluan ya.." Farhan tersenyum tipis sambil berbalik dan berjalan ke arah pintu untuk keluar dari cafe itu.

"Ya ampun Sha, lo beruntung banget sih bisa disamperin seorang pangeran kek dia," terlihat wajah Raudah seperti mengagumkan sosok Farhan.

"Bener bnget, kalo kita boro2 di samperin pangeran, disamperin prajuritnya aja ogahan," balas Rista dengan nada sedih alanya.

Mereka berdua memang suka sekali membahas yang tampan-tampan, apalagi si Raudah, nggak bisa liat cowok tampan bawaannya pengen meleleh terus.

"Lo berdua kalo disini cuma mau ngomongin Farhan doang mending gue balik deh." dengusku sambil memutar bola mataku.

"Eh jangan gitu dong, kan lo blom traktirin kita berdua," sahut Rista dengan cepat bersamaan anggukan setuju dari Raudah.

"Bener2 ya lo berdua, udah nyuruh gue traktirin, datangnya telat, pas datang cuma ngomongin cowok aja kerjaannya. Huh! Yaudah cepetan pesan." jawabku dengan sedikit malas.

"Yaelah, sensi banget lo sha, santai aja kali. Yaudah gue sama Rista minta maaf, tadi kita habis dari bengkel gara2 ban mobil gue bocor, handphone gue lobet, trus handphone nya Rista ketinggalan. Makanya nggak bisa ngabarin lo." penjelasan dari Raudah membuat ku mengangguk mengerti saja dan langsung menyuruh mereka berdua untuk cepat memesan makanannya.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya pesanan kami datang juga. Aku memesan jus apel, sedangkan Raudah dan Rista memesan jus mangga, dan 3 nasgor sama yang kami pesan.

Kami hanya diam tanpa berbincang-bincang karna semuanya sedang asik menikmati makanannya masing-masing. Lalu aku mulai memecahkan keheningan itu dengan pertanyaanku pada Rista.

"Eh Ris, lo tadi di sekolah emangnya ada ketemu terus bicara sama Kak Rafa ya?" tanyaku dengan penasaran.

Sontak membuat Rista tersedak dan langsung meminum minuman jus mangganya itu. "E-emang lo tau darimana?"

"Dari Kak Rafa sendiri. Dia tadi sore ngechat gua ngucapin slmat ulang tahun ke gue." jawabku dengan senyum-senyum. "Terus gue tanya dia tau darimana kalo gue ultah, katanya tau dari lo." terus terangku.

"Oh itu.. iya dia tau dari gue. Kebetulan aja dia lewat depan gue waktu mau pulang sekolah, terus dia nanya deh ke gue tentang lo." jawab Rista padaku.

"Eh tunggu2, kata lo tadi ketemunya waktu pulang sekolah? Kan elo pulang sekolah bareng sama gue. Kok gue nggak liat kak Farhan bicara sama lo?" dengan cepat Raudah menyanggang ucapan Rista sebelumnya.

"Eh, i-iya. Maksud gu-gue tadi waktu gue nunggu lo di depan gerbang pas lo lagi mau ngambil mobil di parkiran, terus kak Rafa kebetulan lewat." jawab Rista dengan wajah sedikit cemas memikirkan sesuatu dan Raudah hanya ber oh ria saja lalu melanjutkan acara makannya.

"Nanya tentang gue? Emangnya dia banyak ya nanya2 tentang gue ke elo? Trus dia nanya apa aja tentang gue?" lanjut tanyaku dengan antusias.

"Eng-ggak banyak juga sih. Dia cuma nanyaa.." suara Rista tergantung, seperti sedang berpikir. "Nanya kabar lo, terus nanya sifat lo gimana, terus nanya lo ultah tanggal berapa, eh kebetulan lo ultahnya hari ini. Gitu doang." jawabnya lagi.

Wajah Rista tampak berbeda setelah dia menjawab pertanyaanku itu. Mungkin karena dia sedikit lupa dan mencoba mengingat kejadian pulang sekolah tadi makanya dia sedikit berpikir untuk menjawab pertanyaanku. Aku hanya diam sambil menatap mata Rista, namun terlihat seperti ada yang ia sembunyikan dariku. Tapi aku hanya mengangguk dan tersenyum tipis padanya lalu melanjutkan menyuap makananku.

Step By StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang