* BAB 1 - Awal Kehidupan *

56 9 4
                                    

-PRAREZA DIFADRA (DIFA)-

Argh!

Aku tersentak bangun dari tidurku. Keringat dingin terasa mengalir di sekujur tubuhku. Napasku terengah-engah. Jantungku berdegup sangat kencang seperti sedang berlari marathon. Aku terdiam sesaat, berusaha menetralkan pikiranku yang kacau karena hal yang terjadi barusan. Antara sadar dan tidak, tanganku menyentuh bagian dadaku, tepatnya bagian dimana jantungku berada.

Fiuh! Masih berdetak.

Aku masih hidup!

Kuhela napas panjang begitu sadar semua hal yang mengerikan dan terasa sangat nyata itu hanyalah mimpi. Aku bersyukur jika aku masih hidup. Masih diberi kehidupan di hari ini.
Syukurlah!

Kulirik jam weker yang berada di sebelah ranjangku. Pukul 05.13.
Ah, masih terlalu pagi untuk bangun. Aku memutuskan untuk kembali merebahkan tubuhku di ranjang dan mencoba memejamkan mataku.




1 menit ....














3 menit ....
















10 menit ....















"Argh! Kenapa sulit sekali?!" gumamku kesal. Sudah kucoba untuk kembali terlelap tapi pikiranku tidak bisa diajak bekerja sama.
Benar-benar menyebalkan!

Tapi ....

Aku berpikir, hal yang tadi terjadi di dalam mimpiku terasa sangat nyata. Benar-benar sangat nyata. Aku mencoba mengingat kembali potongan-potongan adegan dimana ketika aku berada di suatu tempat, lebih tepatnya di sebuah ruangan yang gelap dan terasa sangat tertutup.
Entah sejak kapan aku telah berada di tempat itu, tapi yang kuingat begitu jelas hanya rasa sakit dan lemas yg kurasakan di mimpi itu. Aku pun tidak tahu kenapa hal yang menurutku mengerikan itu terjadi padaku.

Namun, ada satu hal yang terbayang-bayang di ingatanku ketika mimpi itu berlangsung, yaitu suara seorang wanita misterius yang terasa familiar di telingaku.

******

"Hai!"

Aku melihat seorang gadis berambut ikal sebahu menyapaku ketika aku mendekati meja makan.
Ya, dia adalah adikku. Prariza Devani. Usianya 22 tahun, terpaut 7 tahun lebih muda dariku. Dia seorang mahasiswi jurusan teknik informatika dan beberapa bulan lagi dia akan menyandang gelar sarjananya. Tapi entah kenapa, dia meminta izin padaku untuk berhenti kuliah dan lebih memilih berbisnis bersama teman SMA-nya dulu.
Aku tidak tahu apa yang menjadi alasannya untuk tidak meneruskan pendidikan yang sebentar lagi selesai. Padahal,  jika dia tetap kuliah hingga saat ini, mungkin dia kini sudah mendapat kedudukan di perusahaan keluarga. Namun,  aku tidak mau terlalu menekan dia karena aku tahu persis sifatnya yang amat keras kepala. Jadi, lebih baik aku biarkan dia melakukan hal apapun yang dia inginkan, selama itu bersifat positif.

"Hai Dev!" sapaku pada Deva sembari mengacak-acak rambutnya.

Ia menggerutu, "Uhh! Sudah siang begini kau baru mau berangkat ke kantor?!"

"Ya sekali-sekali telat dikit Dev, tidak apa-apa kan?"

"Nih!" Deva menyodorkan sepiring sandwich dan secangkir cappucino ke hadapanku sembari menggerutu.
"Jangan mentang-mentang kau itu seorang direktur, lalu bisa seenaknya masuk kerja! Harus disiplin juga dong!"

Aku mengacuhkan adikku yang tidak berhenti menggerutu dan lebih memilih memakan sarapanku hingga habis. Kulirik jam tanganku. Sudah pukul 8 lebih. Lebih baik aku segera pergi sebelum telingaku makin panas mendengar ocehan adikku.

"Dev, aku pergi dulu ya!" Aku beranjak dari meja makan dan mengacak lagi rambut adikku.
"Thank's ya sarapannya!"

Deva menatapku tajam. "Ih, dasar kebiasaan!! Sudah sana pergi!"

Ahahaha!! Aku tertawa melihat tingkahnya yang masih terbilang kekanak-kanakan walaupun usianya sudah dewasa. Tapi aku senang sekali menjahilinya seperti itu, karena hal inilah yang bisa membuat hubunganku dengan Deva semakin erat. Semoga saja ia tidak seperti 'itu' lagi sehingga hubungan kita kembali seperti dulu.





*****




Hope you like it and happy reading 😊😊

Deja Vu Di Masa FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang