"Ukh ... tinggal sedikit lagi," keluh Zariel sambil meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Sudah dua jam lebih dia duduk di depan monitor, mengerjakan setumpuk tugas yang diberikan Deva padanya. Tentu saja pekerjaan itu membuatnya cukup menguras tenaga dan pikiran, walau terlihat duduk santai menatap layar laptop yang menyala.
Sesaat, pria berkacamata itu menarik napas cukup panjang dan menghembuskannya dengan pelan. Lalu, ia melepas lensa berbingkai tersebut dari wajahnya. Terlihatlah mata sayu berwarna hijau emerald yang tampak berkilau indah, meski rasa lelah tergurat jelas dari sinar netranya.
Tanpa sadar, pikirannya melayang ke alam khayalan. Terbang dengan perlahan memasuki dunia indah tersebut. Lambat laun raganya mulai terbawa suasana. Rasa rileks pun mulai merasuki ke dalam jiwa Zariel. Kedipan matanya perlahan melemah, dan tak berselang lama ia pun akhirnya terpejam dengan lelap.
***
Raven berjalan mondar-mandir di lorong rumah sakit. Wajah cantiknya tampak gelisah, menanti kabar kekasihnya yang saat ini sedang berada di ruang UGD."Tenanglah, Raven. Pak Difa pasti akan baik-baik saja," ujar Evan, salah satu pegawai NVC yang ikut mengantar ke rumah sakit.
"Mana mungkin aku bisa tenang jika dia masih di sana?" Raven mulai terisak. Air matanya mulai menggenang di pelupuk matanya, merasakan kekhawatiran yang semakin membesar dalam hatinya.
"Raven, lebih baik kau berdoa agar dokter bisa menyelamatkan Pak Difa," sahut Samantha, menimpali ucapan kekasih atasannya itu.
"Saat ini, beliau sedang berjuang di sana. Jadi, kau sebagai kekasihnya harus percaya padanya."Beberapa karyawan NVC yang ikut mengantar ke rumah sakit pun mengiyakan ucapan Samantha. Meski perasaannya kini tengah kalut, namun akalnya meminta dirinya untuk menuruti saran sekretaris Difa tersebut. Dengan langkah gontai, Raven mendekati kursi yang terletak tak jauh dari ruang UGD, lalu ia pun duduk di sana. Mencoba menenangkan diri sambil mengusap air mata yang telah membasahi wajahnya.
"Sam, sebenarnya apa yang terjadi pada Pak Difa?" tanya Diana, wanita berparas oriental yang juga bekerja di NVC.
Samantha menggeleng pelan. "Aku tidak tahu kejadiannya secara pasti, Di."
"Tapi, kau 'kan tadi ada di sana, melihat perdebatan Pak Difa dengan adiknya itu?" Evan pun ikut bertanya perihal kejadian di lobby tadi.
"Memang aku melihat hal itu, tapi aku benar-benar tidak tahu kenapa Pak Difa bertengkar hebat dengan Deva," tegas Samantha, meski dalam hatinya ia tahu alasan di balik perdebatan antara kakak adik itu ada hubungannya dengan Raven.
BRAK!!
Pintu UGD tiba-tiba saja terbuka dan seorang pria berjas putih keluar dari ruangan tersebut.
Sontak semua orang yang melihatnya segera menghampirinya."Maaf, apakah ada keluarga pasien yang hadir di sini?" tanya sang dokter.
Samantha menggeleng. "Tidak ada, Dok. Tapi, nanti saya akan coba hubungi adik kandungnya."
"Baiklah kalau begitu. Setelah dia datang, mohon langsung temui saya, karena ada beberapa hal yang ingin saya beritahukan mengenai kondisi pasien." Setelah itu, dokter tersebut pamit, meninggalkan mereka terdiam saling berpandangan satu sama lain.
"Sam, apa Deva akan datang?" tanya Diana pada Samantha.
Wanita berkulit eksotis itu menghela napas panjang. "Entahlah. Aku sendiri pun tidak tahu apakah Deva akan langsung datang ke sini atau tidak."
"Menurutku, sepertinya dia tidak akan datang," ujar Zoey menimpali ucapan temannya tersebut.
"Apa alasannya?" tanya Evan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu Di Masa Fajar
FantasyPrareza Difadra tidak pernah menyangka jika teror dalam mimpinya itu akan terjadi di kehidupan nyata. Tak hanya itu, hubungannya dengan sang adik, Prariza Devani, memburuk karena tidak menyetujui pertunangannya dengan Ravena Giasty, wanita yang tela...