* BAB 8 - Antara Kau dan Dia *

4 0 0
                                    

-PRAREZA DIFADRA (DIFA)-

"RAVEN!!"

Aku terkejut saat mendengar suara lantang adikku yang memanggil Raven. Ketika mataku melihat sosoknya yang sedang berjalan menghampiriku dan kekasihku, entah kenapa tubuhku merasakan aura yang sangat mencekam menyelimuti lobby NVC, walaupun ragaku saat ini terasa lemah. Suasananya terkesan dingin, namun dapat membuat jantung berdegup kencang dan bulu kudukku seketika berdiri. Hatiku bertanya-tanya, apa yang akan Deva lakukan di sini?

"Honey," bisik Raven padaku. Suaranya terdengar bergetar-menahan rasa takut yang mendera dirinya.
Kupegang tangannya yang sedari tadi memeluk lenganku, berusaha menenangkan batinnya yang dilingkupi perasaan merinding.

"It's okay. You will be fine with me."

Raven mengangguk lemah sambil membalas pelukan tanganku dengan erat. Rasa dingin dari telapak tangannya begitu menusuk hingga ke tulang. Setakut itukah dia pada adikku?
Namun, pertanyaan itu tidak sempat terjawab saat tiba-tiba saja lengan Raven ditarik oleh Deva.

"Deva," pekikku, berusaha menghentikan perlakukan kasar yang dilakukannya pada kekasihku.
"Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau kasar begitu pada Raven?"

Deva menatap tajam ke arahku. "Kak, kenapa kau masih bersama wanita jalang ini?! Bukannya sudah kuberi tahu jika dia itu seorang iblis bermuka dua."

"Apa maksudmu, Deva? Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau bicarakan," tanya Raven sambil berusaha melepaskan genggaman erat Deva. Aku bisa melihat raut wajah kekasihku yang terlihat sedang menahan rasa sakit akibat cengkraman tangan adikku yang kuat. Ingin rasanya aku segera menolongnya dan menjauhkan dia dari Deva. Namun, mata coklat yang berkilat emosi itu membuat tubuhku bergeming dan hanya bisa menatap dua wanita yang sama-sama kusayangi.

"Jangan berpura-pura bersikap polos, Bitch!" hardik Deva pada Raven.
"Walau kau pasang ratusan ekspresi malaikat sekali pun, aku tidak akan pernah terpengaruh oleh tipu muslihatmu itu."

Raven menggeleng. "Aku tidak berpura-pura, Dev. Sungguh, aku tidak seperti itu!"

PLAK!!

Aku terkejut bukan main saat tangan Deva menampar keras pipi mulus Raven. Tanpa berpikir panjang, aku segera menangkap tubuh kekasihku yang hampir terjatuh ke lantai.
Aku tidak menyangka jika adikku akan melakukan hal tersebut padanya. Seketika hatiku terasa panas, sakit, dan juga emosi.

"Prariza Devani!" bentakku pada Deva sambil mengusap pipi Raven yang tampak memerah.
"Kau benar-benar sudah sangat keterlaluan!"

"Sudah kukatakan padamu. Jangan pernah berpura-pura di hadapanku!" Suara Deva yang lantang dan serak membuat suasana di lobby semakin mencekam. Tubuhku kembali meremang ketika aura dingin menyapaku. Dan ketika aku menatap mata coklat milik Deva, degup jantungku seolah berhenti berdetak sesaat.

Lidahku terasa kelu. Tenggorokanku seakan tercekat seperti kehabisan napas. Akalku pun sontak berkecamuk tak karuan saat sebuah emosi kuat terpancar dengan sangat jelas dari kilatan netranya.
Hanya satu kata yang tepat untuk menggambarkan kilatan itu, yakni ... amarah.

Dia bukan adikmu, Difa. Dia seorang iblis. Iblis yang siap membunuh wanitamu, bahkan kakaknya sendiri, yakni dirimu.

Deja Vu Di Masa FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang