* BAB 2 - Seseorang Yang Dibenci *

28 8 2
                                    

- PRARIZA DEVANI (DEVA) -

Akhirnya si pembuat naik pitam Difa pergi juga. Jadi, aku bisa dengan santai memakan sarapanku yang barusan kubuat. Sandwich isi daging ham yang dipanggang matang sempurna, telur mata sapi yang digoreng setengah matang, dan tak lupa juga dilengkapi lettuce and tomato yang masih segar. Uhh, sarapan yang pas untuk dinikmati di pagi hari yang tenang ini. Ditemani segelas susu hangat, aku siap menjalankan aktivitasku nanti seperti biasa.

Klek!

Baru saja mau melahap sarapanku, telingaku tiba-tiba saja mendengar suara seperti suara pintu yang dibuka. Sejenak aku terdiam dan mencoba menerka-nerka, kira-kira siapa yang membuka pintu?
Mungkinkah dia kembali lagi karena ada sesuatu yang tertinggal? Ataukah seorang ... perampok?!

Tapi, rasanya tidak mungkin karena di depan rumahku ini ada security yang selalu terjaga selama 24 jam. Dan, rasanya juga tidak mungkin ada perampok yang berani mendatangi ke sebuah rumah yang terletak di kawasan yang terbilang cukup ramai seperti ini.

"Sayang!"

Tunggu! Suara itu ....

"Oh Dev, kakakmu belum berangkat kerja, kan?"

Aku melirik ke arah suara itu barusan dan ....
Shit! Dia lagi ?!

"Tadi aku sudah menelpon Difa, tapi dia tidak menjawabnya," ujarnya lagi sambil berjalan mendekatiku lalu duduk begitu saja di hadapanku.
"Jadi, aku putuskan untuk menghampirinya karena kupikir dia masih tidur di jam segini."

Aku tidak mengindahkan ucapannya yang terdengar menyebalkan di telingaku dan kuteruskan melahap sarapanku hingga habis. Lalu, aku langsung beranjak dari tempat dudukku dan segera mencuci bekas makanku.

"Oh ya, by the way apa kamu udah tahu dari dia, Dev?"

Aku menghentikan kegiatanku sesaat seraya menoleh ke arahnya.
"Tahu apa maksudmu?"

Oh man! Aku malas sekali untuk menjawabnya. Tapi karena dia mengatakan sesuatu hal yang membuatku penasaran seketika, jadi dengan sangat sangat terpaksa aku membuka suara.

Dia tersenyum. I hate that! "Tentang kita. Aku dan kakakmu."

Aku memutar bola mataku mendengar kata-katanya yang benar-benar membuatku ingin muntah.
"Oh, terus?" tanyaku lagi.

Dan, lagi-lagi dia tersenyum, menampilkan deretan giginya yang tampak rapi dan putih.

"Kita akan menikah."

What?! Bola mataku membulat sempurna. Aku benar-benar terkejut mendengar ucapannya.

She and my brother?! Married?!

"Kamu kaget?"
Dia terkekeh melihatku seolah-olah tidak percaya dengan apa yang barusan ia katakan.
Aku hanya bisa bergumam dalam hati, sambil menunjukan tatapan sinisku padanya.

"Ya, itu baru rencana sih." Dia beranjak dari duduknya dan perlahan berjalan mendekatiku yg masih mematung di depan wastafel.
"Tapi sebelum menikah, Difa bilang sebaiknya kita bertunangan dulu, biar bisa mempersiapkan semuanya dengan tenang."

Aku masih terdiam dan berusaha mencerna semua hal yang beberapa menit lalu terucap dari mulutnya.
I very shock when i hear that. OMG!

"Jangan terlalu dipikirkan, Dev," ujarnya kembali.
"Karena semua persiapan untuk acara pertunangan kita sudah selesai. Jadi, kamu tidak perlu repot lagi untuk membantu kita."

"Membantu?!" Aku menatap tajam ke arahnya. Emosi yang tadi telah kuredam setelah berhadapan dengan Difa sekarang kembali naik karena dia.
Aku mendekatinya sambil mengepalkan kedua tanganku. Ingin sekali aku memberikan pukulan yang amat keras ke wajahnya yang menjijikan itu.

"Heh! Dengar dan ingat baik-baik!" ujarku setengah berbisik. "Aku tidak pernah menerimamu sama sekali dari sejak pertama kali kita bertemu, bahkan dari sejak itu aku sudah merasa muak, walau hanya melihat wajahmu!"

Senyumnya kembali terukir di wajahnya, namun kali ini terlihat seperti sebuah senyuman yang terkesan mengejek.
"Lalu?"

"Jadi, sampai kapan pun aku tidak akan pernah membiarkanmu untuk bisa memiliki kakakku. Aku akan melakukan hal apa pun agar kakakku tidak sampai menikah dengan pelacur seperti kau, Raven!"

"Ok! Kita lihat apa kamu bisa menghalangiku kali ini, Prariza Devani!"



*******



Thank's for a lot & hope you like it 😇😇
See you next time !!

Deja Vu Di Masa FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang