Hanya membutuhkan waktu kurang dari 7 menit, Zenvo berwarna hitam nan mengkilap tiba di tempat tujuannya. Waktu yang terbilang cukup cepat bagi mobil yang berasal dari negara Denmark ini, menyalip kendaraan lain yang sama-sama tengah melaju di jalan raya ibukota yang dikelilingi gedung-gedung tinggi nan kokoh. Walaupun jarak dari tempat ia berhenti sejenak di pinggir jalan tadi menuju tujuannya itu cukup jauh, tapi hal itu bukan masalah bagi mobil ini. Terutama bagi si pengemudi sekaligus pemilik mobil yg bernama Zenvo ini, yang tidak lain ialah Prareza Difadra.Dengan perlahan, ia memberhentikan mobilnya itu tepat di depan sebuah gedung tinggi yang terlihat seperti sebuah cermin raksasa karena terselimuti oleh ribuan kaca. Sebuah nama bertuliskan 'NV Corporation' tertera dengan jelas di muka gedung tersebut.
Setelah mengambil tas, handphone, dan kunci mobil, Difa pun keluar dari si hitam Zenvo kesayangannya.Difa tampak gagah memakai kemeja putih berbalut jas kerjanya dan celana berwarna biru dongker. Penampilannya semakin rapi karena dilengkapi dasi garis-garis berwarna abu-abu dan hitam yang melingkari bawah kerah kemejanya.
"Pagi, Pak Difa!" sapa seseorang berseragam safari sambil membuka pintu kaca ketika Difa berjalan masuk ke kantor.
"Pagi juga, Pak!" balas Difa tersenyum.
Terlihat para karyawan di lobby kantor tengah berlalu lalang, sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Namun saat Difa melintasi mereka, mereka pun tak lupa menyapa sang direktur sambil tersenyum ramah.
"Pagi, Pak Difa!" sapa seorang wanita yang berada di balik meja resepsionis.
Difa membalas sapaannya dan langsung berjalan kembali menuju lift. Ia masuk ke dalam lift yang tampak kosong, lalu menekan tombol liftnya menuju lantai yg ia tuju.
*****
Tok-tok-tok!
"Ya masuk!" ujarnya ketika mendengar suara ketukan pintu dari luar ruangannya.
"Permisi, Pak." ujar seorang wanita berambut sebahu ketika pintu ruangannya dibuka. Terlihat dia menggenggam beberapa map di tangannya.
Difa melirik sebentar ke arahnya, "Ohh kau, ada apa?"
Wanita itu berjalan mendekat "Permisi Pak, ini ada beberapa dokumen yang memerlukan tanda tangan Bapak." ujarnya sambil memberikan beberapa map yang ia bawa tadi kepada Difa.
Difa membuka dan membaca satu per satu dokumen-dokumen tersebut secara teliti. Lalu ia mengambil ballpoint miliknya yang terletak di atas meja kerjanya dan segera menandatangani semua dokumen itu.
"Ohh ya, apa jadwal saya hari ini?" tanya Difa setelah memberikan kembali map-map itu yang telah ia tanda tangani kepada wanita yang masih berdiri di hadapannya.
"Untuk hari ini, hanya pertemuan biasa dengan Pak Yudira dari Yuma Corporation pada pukul 1 setelah jam makan siang, Pak." jawabnya dengan sopan.
"Ada lagi?" Difa kembali bertanya.
"Tidak ada pak, hanya itu saja jadwal bapak hari ini."
Difa mengangguk. "Baiklah kalau begitu. Tapi jika ada orang lain yang ingin bertemu saya, tolong beritahu saja kalau saya sedang tidak bisa diganggu."
"Baik, Pak!" ujar wanita itu menyetujui permintaan Difa.
"Kalau begitu saya kembali kerja lagi, Pak. Permisi.""Ya silakan." sahut Difa seraya membuka laptop miliknya. Jari-jemarinya dengan lihai menekan tombol-tombol keyboard di hadapannya. Matanya yang berwarna hitam menatap tajam ke layar laptop sambil sesekali melirik dokumen yang ada di sebelahnya. Dan tak sampai 15 menit, Difa sudah selesai dengan tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu Di Masa Fajar
FantasyPrareza Difadra tidak pernah menyangka jika teror dalam mimpinya itu akan terjadi di kehidupan nyata. Tak hanya itu, hubungannya dengan sang adik, Prariza Devani, memburuk karena tidak menyetujui pertunangannya dengan Ravena Giasty, wanita yang tela...