"DEVA!!"
Tiba-tiba saja pintu ruangan tersebut terbuka, menampilkan sosok yang tengah diliputi amarah. Tentu saja hal itu membuat si penghuni terkejut luar biasa, tak menyangka jika rencananya tidak berjalan sempurna.
Dengan cepat, sosok yang telah mendobrak pintu kamar tersebut menarik pria berambut pirang dan melayangkan sebuah tinju keras, tepat mengenai wajahnya. Pria itu pun langsung tersungkur ke lantai.
Namun, belum sempat ia bangkit, sebuah pukulan kembali mendarat di tubuhnya. Bukan hanya sekali atau dua kali, melainkan puluhan bogem mentah dilayangkan padanya secara bertubi-tubi."Dasar keparat!! You must go to hell!!" hardik sosok itu yang tak lain adalah Zariel.
Ia gelap mata ketika tahu Deva hampir dicabuli dalam keadaan mabuk. Beruntung, Archie yang sedari beberapa jam lalu mengawasi gerak gerik Deva, langsung memberitahu Zariel dan Samantha begitu tiba di Mehanata. Tanpa berpikir panjang, mereka berdua segera mengikuti pria yang membawa Deva. Sementara Archie, keluar bar untuk menghubungi polisi setempat.
Zariel benar-benar tidak menyangka kejadian menyedihkan seperti ini harus menimpa Deva. Ia merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga gadis itu dengan benar.Samantha hanya bisa menganga melihat pria berkacamata itu membabi buta lelaki yang tadi mencoba menodai sahabatnya. Ia ingin menghentikan perbuatan Zariel, namun dia tidak bisa melakukan hal itu di saat dirinya sedang memeluk Deva yang tengah terkulai lemas.
BRAKK!!
Zariel mendorong keras pria pirang tersebut ke arah meja dekat ranjang hingga hancur. Lalu, ia meraih kerah baju lelaki itu dan menariknya untuk bangun.
"Katakan padaku, brengsek! Apa yang sudah kau lakukan pada Deva?!" tanya Zariel geram. Raut wajahnya tampak merah padam, menandakan ia memang sedang diliputi amarah yang besar.
Namun, orang yang ditanya tersebut justru menyunggingkan seulas senyuman, meski wajahnya sudah dipenuhi luka lebam yang cukup parah dan darah yang mengalir di beberapa sudut muka."Memang kau ... siapanya gadis itu, dude?" ujar si pria pirang dengan santai, meski sudah terlihat tak berdaya.
"Jika kau ingin ... ikut menikmatinya juga, tunggulah setelah aku selesai menikmatinya lebih dulu."Emosi Zariel seketika membuncah dalam dada begitu mendengar ucapan lelaki itu. Tanpa kata, sebuah kepalan tangan kembali ia hantamkan dengan sekuat tenaga hingga membuat pria tersebut tersungkur ke lantai.
"Cukup, Zariel! Dia akan mati jika kau terus menghajarnya!" sahut Samantha lantang. Namun, pemuda berkacamata itu menghiraukan perkataan Samantha. Ia berjalan mendekati pria pirang itu, lalu memukulnya kembali secara terus menerus.
"Bajingan keparat! Otakmu benar-benar harus kuhancurkan!!" hardik Zariel sambil bersiap-siap melayangkan sebuah tinju lagi ke wajah lelaki itu.
"Enough, Riel! Enough!!" Tiba-tiba, Archie datang mencekal tubuh Zariel dan segera menariknya jauh. Sementara si pria pirang itu diamankan oleh beberapa orang berpakaian serba hitam yang ternyata adalah petugas kepolisian.
Zariel meronta-ronta. "Lepaskan aku, Arch!! Aku belum selesai menghancurkan kepalanya!!"
"Aku tahu kau emosi, Riel! Tapi, jangan sampai amarahmu itu membuat kau ikut masuk bui!" Archie mencoba meredamkan emosi Zariel yang tak terkendali. Ia mengerti mengapa kenalan Samantha itu bisa semarah ini. Namun, dirinya tak menyangka jika kejadiannya di luar ekspetasi.
"Please, calm down yourself, Riel! Biarkan para polisi yang menangani dia."
Akal sehatnya muncul dalam pikiran Zariel, mengiyakan ucapan Archie yang memang benar adanya.
Sedikit demi sedikit kemarahannya mulai mereda, meski masih tersimpan letupan kekesalan di dalam batinnya. Deru napasnya pun perlahan kembali normal.
Melihat pria berkacamata itu sudah tidak beremosi lagi, Archie melepaskan cekalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu Di Masa Fajar
FantasyPrareza Difadra tidak pernah menyangka jika teror dalam mimpinya itu akan terjadi di kehidupan nyata. Tak hanya itu, hubungannya dengan sang adik, Prariza Devani, memburuk karena tidak menyetujui pertunangannya dengan Ravena Giasty, wanita yang tela...