Dasar Bocah

27 3 0
                                    

Dia seenaknya datang, setelah pergi tanpa kabar.
Terlambat Day, terlambat.
Kenapa baru sekarang, kamu mau menjelaskan?
Selama ini, aku butuh sosok pahlawan sepertimu, tapi sia-sia karna kau tak ada.
Kini kau datang, masih dengan predikat malaikatku, menyelamatkanku dari cowok gila yang menyebalkan itu.
Tapi waktunya yang sudah berbeda Day!
Harusnya kau paham!
Harusnya kau pura-pura saja tak mengingatku!
Anggap saja masa itu tak pernah ada.
Iya, persahabatan kita sudah lenyap Day.
Lenyap karna kamu yang menenggelamkan ke dasar.
Bahkan kini, aku sudah memiliki Lea, Meisya dan Kak Iel.
Persahabatan yang manis.

Pagi itu, aku tak hadir disekolah. Ku paksa kak Iel untuk menulis surat, dan menyerahkan kekelasku.
Kak iel sampe bingung harus dengan cara apalagi membujukku.
Sampai pada beberapa solusi dan ocehan nasihatnya ku tolak mentah-mentah.
Dia tetap saja, tidak berhenti untuk berusaha membuatku kembali menjadi Disa yang ceria, sampai akhirnya senyumku mengembang. Kak Iel mengajakku naik gunung Slamet. Katanya, kalo ngga kuat ngga perlu maksain sampe puncak, apalagi Slamet merupakan gunung tertinggi se Jateng 3428 mdpl. Dan juga gunung pertama yang ku daki. Aku menyetujui karna dari dulu, baru diperbolehkan, tapi tak lepas dengan beberapa syarat. Aku harus rutin olahraga dan berenang. Ya! Bulan depan aku akan naik gunung sama kak Iel. Dia bukan kakak kandungku, dia sahabatku. Sudah sejak aku mengikuti basket dan mengemban jabatan captain basket putri di SMPku dulu, aku bertemu kak Iel yang selisih satu tahun denganku. Tapi dia terlihat dewasa. Sudah lumayan banyak gunung yang ia daki bersama kawan-kawan komunitasnya. Dia bergabung dengan PI Jateng (Pendaki Indonesia)
Aku bisa mengenalnya, karna dia juga menjadi anggota basket disekolahnya. Dia kagum dengan permainanku. Saat itu aku seperti kehabisan oksigen. Dan tak merasakan adanya gravitasi. Melayang-layang tak tentu arah. Kini kak Iel melanjutkan SMA ditempat yang sama denganku, entah kebetulan atau memang dasarnya kita ditakdirkan satu sekolah. Haha aku ge er. Aku ke pe de an. Malu rasanya, saat pipiku merah hanya dipuji sebegitu sederhananya oleh kak Iel.

---
Kok ngga masuk?

*begitu yang tertera dilayar ponselku, satu pesan baru dengan nomor tak dikenal, aku hanya mengerutkan kening kemudian mengacuhkannya*

0813xxxxx Calling

Aku mengabaikannya sampai dering ke 5, akhirnya ku angkat.

'Halo'..

'Dis, lo kenapa ngga masuk? Bisa sakit juga?

...

Dis..!

...

Disaa?

...

Y O U  ?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang