Merayu Waktu

16 0 0
                                    

Kak Gabriel? Jangan tanya dia, dia seperti tidak mengenal aku dipendakian ini. Aku tau alam disekitar dan kicauan burung tentu lebih menarik, tapi dia kan yang ngajak aku naik gunung. Dia kenapa coba? Dia malu gitu? Dia merasa direpotkan dengan adanya aku? Ah, salahnya sendiri. Siang malam tidak berhenti merayuku untuk ikut.

Kutarik usil carriel iel. Bahkan dia menghiraukannya. Lantas dengan sengaja aku menyeimbangkan langkah berada tepat disisinya. Bergelayut pada carrielnya, kalo sudah berat, kutebak dia akan menoleh pada si pelaku. Tapi sia-sia saja. Kak Iel ngga asik - Dia masa-bodo.

'Kicauan burung dan tumbuhan hijau sepertinya lebih menarik daripada Disa ya kak'

Ku dengar dia hanya berdehem, kemudian melanjutkan langkahnya. Aku tertinggal lagi dibelakang iel. Tetapi tetap didepan Dayat. Aku melengos, beralih pada Dayat. Sudah beberapa menit yang lalu dia cengengesan. Aku akan beri pelajaran padanya.

Day, lo pernah denger ada monyet mati ketabrak pohon karna kelamaan cengengesan? 'Jokes macam apa ini'

Kok lo tau Dis? Si Monkey siapanya lo sih? Whahahahaha.. 'Lagi-lagi Dayat berhasil membangun tameng, ngga mempan, yang cemberut justru sipelaku yang melemper jokes aneh barusan'

Jangan kebanyakan ngomong mulu ntar cepet capek 'kata Bang Satya yang ada dibelakang Dayat menasehati kita berdua yang dinasehati malah saling menyalahkan'

Udah, liat jalannya. Jangan becanda mulu 'imbuhnya. Keduanya diam kali ini'

POS 2
Mereka berlima istirahat sebentar. 5 menit selanjutnya segera bangkit. Melanjutkan track, matahari sudah mulai kebarat. Pertanda sebentar lagi senja akan hadir dalam hitungan beberapa jam. Langkahnya harus dipercepat.

POS 3

...

POS 4

Gw capek. ' dengan nafas yang tidak beraturan Disa langsung melongsorkan tubuhnya disamping Dayat. Yang menjadi penopangnya karna tidak siap, ikut limbung. Syukurlah disisinya bukan jurang'

Istirahat dulu deh 20 menit 'iel mengintrupsi'

Kelamaan keburu sore, 10 menit aja. Minum dua atau tiga teguk aja jangan berlebih 'bang Satya mengingatkan'

Kupejamkan mataku sejenak. Di kondisi lelah seperti ini. Mau tempatnya dihutan, posisinya duduk bersandar di Dayat, beralas tanah kotor. Angin yang lama-kelamaan terasa dingin karna baju yang udah mengering kena kringet itu dinginnya beda. Sebelumnya kulepas carriel, rasanya pundakku ploong! Terlepas dari beban yang amat menyiksa. Nyaman sih, cuma lama-kelamaan membawa beban seberat itu apalagi posisi nanjak lumayan juga. Berkali-kali aku meminta istirahat sebentar. Aku bisa merasakan angin tanpa polusi itu menerjang diwajahku menggelitik romantis, bau hutan. Suara kicauan burung, beberapa monyet, atau hewan lain seolah bercengkrama denganku dengan caranya masing-masing. Hanya sepuluh menit. Aku bisa tidur nyenyak.

Seseorang menepuk-nepuk pipiku. Aku kaget dan refleks memukul apapun yang berada didekatku.

Y O U  ?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang