Pahlawan ketiga

15 2 0
                                    

Sampai suara itu mengagetkanku. Dia mengendorkan pelukannya. Dan kemudian menatapku. Kutatap balik kedua manik itu.

Disa.. Maafin gw Dis! *Ujarnya lirih

Dia mengguncang bahuku perlahan. Aku mengira, ada seseorang yang mengguncang bahuku didunia nyata. Sehingga sebentar lagi aku akan mengakhiri mimpi ini. Kupejamkan mata, kemudian kubuka lagi setelah beberapa detik. Masih sama, Dayat ada didepanku. Ini bukan mimpi!

Berhenti menangis!
Jangan mau saingan sama hujan, tangismu tak terdengar! Kamu kalah Disa Reddiyat. 'Ujar Dayat disela tangisku'

Aku masih bergeming sambil mengerjapkan mata. Aku baru sadar hujan semakin deras. Aku harus pulang! Entah aku mendapatkan kekuatan dari mana, aku berlari menjauhi Dayat. Apa mungkin aku belum siap mendengar alasannya? Mendengar serentetan ceritanya yang jelas-jelas tidak akan mudah membuat semuanya kembali membaik. Berlari ditengah hujan seperti ini, tidak akan ada yang tahu meski aku sambil menangis dan sesekali meneriaki sesuatu. Tidak akan ada yang mendengar!

***

Belum berakhir, aku kira semuanya bisa kusudahi sore ini. Disa belum siap mengenyahkan kekecewaannya.
*gumam Dayat seolah menanyakan pada dirinya sendiri*
Dayat kembali pulang dengan langkahnya yang gontai.

***

Sampai di persimpangan. Hujan disekitarku berhenti, hanya disekitarku, diseluruh penjuru hujan masih tetap sama. Kulihat seseorang berdiri dibelakangku. Kudongakkan kepala.

Sejak kapan kau punya hobi baru?menguntitku dihujan-hujan seperti ini?

Lawan bicaraku hanya diam, seolah memilih menjadi penonton adalah pilihan yang tepat.

Hah?

Jawab?! *teriakku parau sembari memukul dadanya sambil terisak.

Lelaki itu tidak menjawab. Dia diam meski harus menjadi pelampiasanku.

Maafkan untuk sikapku yang keterlaluan, aku tidak pandai menyikapinya dengan baik disaat seperti ini.

Lebih baik lu pulang, nggausah lanjutin hobi aneh lu itu! *tangisnya sudah mereda rasanya tidak sepantasnya dia menangis didepan lelaki ini.

Ngga bisa! dengan seenaknya lo bilang gw pulang? Sementara lo udah puas mukul-mukul gw? Emangnya gw samsak?

Lelaki ini seperti hendak melucu tetapi tidak sadar tempat dan situasi.

Kenapa lu diem? Ayo pulang! *dia menggandeng tanganku aku tak bisa mengelak karna genggamannya sangat erat, aku hanya mengangguk dan mengatakan alamat rumah*

***

Terimakasih yah nak, sudah membawa pulang Disa. Mama nggatau apa yang selanjutnya terjadi kalo nggada kamu nak..-

Nggapapa tante, sudah sepantasnya. Siapapun yang melihat seseorang berada dalam bahaya, pasti dia akan membantu. *setelahnya Rendra pamit pergi*

Apapun kebohongan yang dibilang Rendra, aku berterimakasih. Dia bisa dipercaya untuk hari ini.

Y O U  ?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang