Dipagi Rabu aku sengaja berangkat sangat pagi, mengirim pesan pada Lea untuk jangan kerumah, karna aku sudah sampai sekolah. Yang dikirimi sms hanya mendecak kesal merasa aku meninggalkannya. Tapi dilain sisi merasa aneh, karna seorang Disa bisa datang kesekolah begitu pagi.
Yap. Kulirik arlojiku.
05:40
Aku segera mengambil benda bulat orange, membawanya dengan riang. Dan segera mendribble, kemudian melemparkan ke ring.
Gagal
Mungkin ini efek kelamaan ngga sama Dayat, hahaha kenapa jadi dia. Kenapa semuanya harus dihubung-hubungkan dengan Dayat.
Perubahan lo sangat pesat Dis, seorang Disa bisa sampai sekolah sepagi ini. Seseorang telah merubahmu menjadi gadis yang rajin. Ajaib!
'Kata lelaki itu sembari mengambil bola orange yang dilempar Disa. Begitu sampai dilapangan. Lelaki itu melemparnya asal tetapi tetap mengarah pada Ring.Bluuussh
Bola itu masuk. Disa selalu terpukau dengan permainannya.
Kali ini aku ngga akan menghindar, aku akan menghadapinya, persetan dengan hasil selanjutnya 'batin Disa meyakinkan diri'
Mau one by one? 'Tanya Dayat mengagetkannya'
Boleh. 'Disa mengangguk mantap'
Lo ngga mau denger sesuatu dulu? Gw punya hutang penjelasan banyak sepertinya.
Main dulu Day. 'Entah Disa tiba-tiba berani menjawab Dayat'
15 menit sudah mereka berdua main. Saling memperebutkan bola dan berakhir ke Ring. Baik Dayat atau Disa keduanya memang berhasil mendapat point. Tapi Dayat selalu menang, seolah tak ada kesempatan barang sekalipun untuk Disa mendapat point lebih banyak darinya. Suatu waktu akan kubongkar rahasia, kenapa Disa tak pernah bisa mencuri point lebih dari Dayat.
Untuk yang satu ini -basket- Dayat tidak akan pernah mengalah. Seolah dia berubah menjadi monster dalam lapangan. Dia sama sekali tidak menganggapku teman, dia profesional dia menganggapku lawan. Itu yang aku suka darinya.
Keduanya diam di bangku taman sekolah setelah selesai bermain keduanya langsung ngacir. Dayat membuka suara setelah beberapa menit hanya saling berdiam.
Hem..
...

KAMU SEDANG MEMBACA
Y O U ?
General FictionSampai kapan kamu berhenti mengabaikan semua peluh, pengorbanan, rindu yang sengaja kau kesampingkan. Kamu hanya perlu belajar memahami tentang sesuatu yang jelas tidak ingin kau tahu lebih jauh. Cukup, jangan membuatku jengah dengan kalimatmu yang...