Eh. Eh. Gila ya lo 'Dayat memegang lenganku kasar, aku berhenti mengayun karna kalah kuat'
Aku kaget dan detik berikutnya tertawa melihat Dayat yang kaget juga mendapat tampolan dikepalanya.
Makanya, yang lembut dikit banguninnya Bos! 'Tawa Disa sedikit melemah ketika melihat iel melototkan matanya'
Semuanya kembali menyusuri track.
Sampai di Pos 7 kami berlima segera membagi tugas; membangun tenda, memasak menu istimewa alias mie instan dan kopi hitam. Entah Kak Iel sudah mempersiapkan semuanya atau bagaimana yang jelas ntar malem gue bakal tidur sama pendaki cewek terpaut lima tahunan diatasku dia sudah datang terlebih dahulu bersama ke tiga kawan cowonya. Dia sama sepertiku terlihat tomboy dengan kaos kebesarannya. Kak Rainy namanya, hanya saja sering dipanggil kak Ray.Kita datang tepat sebelum langit menjingga. Sekitar duapuluh menitan lagi, ku pastikan. Sang mentari akan ditelan oleh jingganya berubah pekat dan bertambah dingin angin yang berhembus. Kak Iel bilang ingin minta waktu hanya berdua denganku. Aku melirik Dayat, meminta persetujuannya. Dia mengangguk hanya saja raut wajahnya sedikit berbeda. Aku digandeng kak Iel menjauh dari mereka. Dayat tersenyum tipis sekali.
"Kenapa harus berdua kak?" tanyaku Penasaran begitu sampai di bawah pohon tampak jelas mentari yang malu-malu didepannya. Aku duduk pada akar pohon besar. Kak Iel menatapku. Aku bingung tak mengerti. Dia diam, sekitar beberapa menit. Dia mengatakan hal yang sama sekali ngga aku duga sebelumnya.
"Dis, gue..
Suka sama lo..'' Kulihat dia menunduk setelah menyampaikan perasaan itu padaku. Aku hanya diam menunggu beberapa kalimat lagi yang akan diutarakan pemuda jangkung nan kece didepanku.
" Ini alasan gue ngajak lo naik gunung bareng, gue pengen bilang perasaan gue yang sebenernya. Bahkan udah sangat lama gue pendem sekitar tigatahun yang lalu dimana gue ngeliat lo tanding basket. Percaya atau ngga. Gue jatuh cinta tepat pertama kali gue ngeliat lo ketawa."
Sementara Disa diam dan tidak ada yang tahu bahwa Dayat mendengar semuanya. Dia mengikuti keduanya setelah ijin buang air kecil pada yang lain.
"Dan lo tau Dis, pas gue liat lo kenal Dayat. Dan begitu dekatnya kalian, gue cemburu. Gue rasa gue udah mengambil langkah yang salah. Apa lo suka Dayat? Kalian pacaran? Gue cuma pengen tau perasaan lo aja. Biar jelas kedepannya. Gue ngga mau cuma menjadi sahabat. Karna gue jatuh cinta sama lo."
"Dayat sahabat gue kak. Jauh sebelum gue kenal kak Iel, dia.. diaa Malaikat guee" Ucap Disa sedikit terbata-bata.
"Lantas? Gimana perasaan lo ke gue?"
Tenggorokanku tercekat, gue ngga bisa ngebohongin perasaan gue sendiri, gue ngga mau memberi harapan pada pria didepannya. Langit mulai menjingga hanya menyisakan suara angin yang menggelitik juga kicauan hewan-hewan hutan, gesekan dedaunan. Semuanya harus jelas.
Sementara Dayat sudah sedikit cemas jika tau-tau detik berikutnya Disa bilang 'mau' itu artinya kehadiran dirinya kembali hanya akan menghalangi cinta keduanya. Dia sedikit menyesali. Menyesali kehadirannya yang pada waktu tidak tepat. Tampak jelas raut wajah Disa kebingungan. Padahal jika saja Dayat tidak kembali, bisa saja kedua makhluk itu sudah bersatu tanpa harus susah payah mendaki gunung yang terjal. Pemuda itu benar-benar nekad mengajak Disa yang belum pernah sama sekali hiking. Dayat sempat kaget saat pertama melihat Disa juga ikut hiking bersamanya, karna Dayat tidak akan pernah sekalipun membuat sahabat wanitanya ber lelah-lelah seperti ini. Terbukti bagaimana dia selalu menjaga Disa. Selalu. Pemuda manis ini juga sempat kaget, mendengar keduanya -Disa dan Iel- jauh dari praduganya mereka bukan abang dan adek. Bahkan Kak Iel menyukai sahabatnya. Gadisnya. Yang meski bukan kekasih Dayat. Tapi Dayat sudah merasa memiliki Disa. Adik manis yang entah kenapa saat jauh membuatnya blingsatan, rindu tak berkesudahan. Padahal jelas-jelas mereka berdua seumuran dan Dayat yakin semuanya akan berubah jika Disa menerima Iel sebagai kekasihnya. Juga hanya akan ada sedikit waktu atau bahkan tidak akan ada lagi waktu bersama Disa. Rasanya Dayat ingin berteriak lantang, 'jangan terima dia, Please!'46 detik yang lalu. Mentari benar-benar ditelan jingganya. Tak tersisa. Disa menarik nafasnya dengan berat. Dan menghembuskannya lewat mulut.
"Gue sayang sama kak Iel, saat Dayat menghilang beberapa tahun yang lalu, kak Iel adalah Pahlawan kedua bagi Disa, tapi maaf, hanya sekedar itu. Hanya sekedar Kakak dan Adik. Dan Disa ngga mau kalo perasaan akan memberi jarak satu sama lain. Gue tetep nyaman pada zona sahabat kek gini kak. Gue ngga mau setelah kita atau gue dan Dayat jadian. Lantas Semuanya berubah. Gue pengin Kak Iel dan Dayat tetep seperti ini."kata Disa tenang dan menatap kedua manik iel.
" Seandainya nggada Dayat? Apa perasaan lo akan berubah? Bukan sekedar Kakak dan Adik. Ini lebih kepada seorang pria yang mencintai seorang gadis. Bukan hanya sebatas sahabat, ataupun saudara. Tapi lebih."
Gue yakin kak Iel sangat berat mengungkapkan semuanya. Apalagi menahan emosinya saat menyebut nama Dayat, belum lagi gue yang hanya menganggapnya sebagai Kakak. Tapi, sungguh gue cuma nganggep dia Kakak Cowo gue, penasehat gue, tempat gue lari, ngadu saat gue lagi ngga karuan. Hanya itu, boleh dibilang dia akan selalu menjadi bayangan Dayat. Selalu. Kak Iel adalah media yang pas sebagai pelampiasan. Maafin gue kak! 'Batin Disa sedangkan sang empunya hanya menunduk bingung menjawab pertanyaan yang memojokkan dirinya'
Hening
Setelah beberapa menit kemudian Disa membuka suara. Yang dibalik pohon merasa moment puncaknya belum juga terlihat. Sedangkan dirinya sudah hampir kedinginan. Menunggu hasil akhirnya. Pemuda ini juga bisa sedikit bernafas lega. Ditebaknya, Iel ditolak Disa. Dia tersenyum. Manis. Manis sekali.
Iel berhambur kepelukan Disa. Disa hanya kaget dan kemudian membiarkan Iel memeluknya.
"Meski Dayat balik atau ngganya dia kesini, gue tetep anggep kak Iel itu kakak Disa, sorry ya kak? Disa sangat sayang Kakak, Disa ngga mau kehilangan orang-orang yang Disa sayang." ucap Disa lirih sangat lirih sehingga Dayat tidak bisa mendengar jelas apa yang dikatakannya, pemuda ini hanya berdecih kesal dan segera balik ke tenda. Bisa mati konyol kedingina dirinya belum lagi posisinya sedang menguping..
"Thx lo udah mau jujur Dis, meskipun ini ngga akan mudah bagi gue" Iel mengeratkan pelukannya sedikit kesal kenapa nama Dayat selalu dibawa-bawa Disa. Begitu specialnya kah dia? Apa hebatnya cowok itu? Paling-paling dia menang di Basket doang. Masalah manis? Gue juga manis kok, kalah dikit doang karna manisnya banyakan dia-,-. Tinggi? Tinggian gue kemana-mana, ya meskipun cuma beda 5 cm -_- tiba-tiba gue sibuk ngebandingin gue sama Dayat dan gue minder. Dayat punya segalanya. Dia sempurna, dan tentunya ngga se cungkring gue T.T
...
---------------------------------
LANJUT ATAU STOP!!
SEMANGATIN GUE DONG, BUAT SEMANGAT NULIS, SEMANGAT NYLESAIN, APALAGI PAS LAGI MALES DI TENGAH-TENGAH, STUCK DITEMPAT😢
BTW, MAKASIH YANG UDAH BACA KARYA ABSTRAK GUE😹
KAMU SEDANG MEMBACA
Y O U ?
General FictionSampai kapan kamu berhenti mengabaikan semua peluh, pengorbanan, rindu yang sengaja kau kesampingkan. Kamu hanya perlu belajar memahami tentang sesuatu yang jelas tidak ingin kau tahu lebih jauh. Cukup, jangan membuatku jengah dengan kalimatmu yang...