BAB 7

858 86 1
                                    

"SEKARANG kamu jujur sama saya. Kamu ini siapa?"

Pertanyaan Pak Yahya menguap begitu saja. Tiara bahkan tetap menangis, tidak menggubris.

"Jangan buat saya marah. Jawab saya. Kamu ini siapa?" Pak Yahya mengulangi dengan suara tegas yang kentara.

Tak ada angin, tak ada hujan, Tiara kembali tertawa. Pak Yahya mengeratkan pegangannya dipuncak kepala Tiara.

"Saya tidak main-main. Kalau kamu tidak mau jawab saya, akan saya hancurkan kamu," ancam Pak Yahya.

Berhenti tertawa, wajah Tiara disusupi ketenangan. Kemudian bibirnya menyahut pelan. "Aku Silva."

"Silva, sekarang bawa saya ke tempat kamu berasal."

Tiara menangis, kemudian menggeleng. Pak Yahya makin keras menangkup puncak kepala Tiara.

"Tunjukkan atau tidak!?"

Diselingi suara tangis, Tiara menggerakkan kepalanya keatas dan kebawah pelan-pelan.

"Sekarang jalan."

Pak Yahya kemudian menatap Pak Akbar, berkata: "Saya tidak mau ini jadi pusat tontonan. Jadi, dimohon Bapak bisa mengatur murid yang diluar agar masuk ke kelas."

"Baik, Pak, baik." Anggukan Pak Akbar berlangsung cepat. Beliau menderapkan kakinya keluar UKS, menuju ruang teknis.

Sepersekian detik kemudian, suara Pak Akbar terdengar di seluruh penjuru sekolah. "Diberitahukan kepada seluruh anak didik yang sedang belajar diluar kelas, untuk masuk kembali ke dalam kelas. Mohon dilaksanakan sekarang juga. Terimakasih."

Koor kecewa memenuhi lapangan. Pasalnya, mereka baru saja keluar 20 menit yang lalu untuk mengikuti pelajaran Penjaskes, tapi sekarang sudah disuruh masuk ke kelas. Ditambah dengan alasan yang tidak jelas. Bagaimana tidak kesal?

Begitu kondisi diluar bisa dianggap sepi, Pak Yahya langsung meminta 'Silva' yang bertubuh Tiara untuk menunjukkan darimana dia berasal.

Tubuh Tiara seperti tidak ditopang dengan benar, sehingga limbung kesana-kemari. Beberapa murid yang penasaran nekat mengintip lewat kaca. Bukannya satu atau dua kelas yang nekat, tapi hampir seluruh kelas nekat dan guru yang sedang mengajar didalam pun tak tahan untuk tidak mengintip juga.

Tiara terus berjalan lurus disepanjang koridor utama. Kelas yang dilewati oleh Tiara terdiam horor ketika cewek itu melintas. Tidak tahu kenapa, tapi rasanya begitu dingin dan mencekam.

Mendekati aula, kaki Tiara melangkah ke kiri dan menuju tangga barat. Tangga yang diyakini cukup angker sehingga jarang dilewati murid.

"Aku disini. Dibawah tangga ini," kata 'Silva', tepat dibawah tangga barat tersebut.

Selepas ucapan itu terdengar, Tiara kembali pingsan untuk yang kedua kalinya.

----------------------------------------------------------

Halo, Silva. Welcome home *eh

Ditunggu feedback-nya!

Salam Literasi,

Litaratur.


show METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang