BAB 16

868 70 5
                                    

SENIN lalu terasa begitu panjang bagi murid penghuni kelas XI MIPA 1. Mulai dari Tiara dan Anzana dengan aksi kesurupan, hingga Anggun yang berteriak-teriak seperti orang dijemput Malaikat Maut, benar-benar masih melekat di pikiran mereka.

SMA Aryaduta hari Rabu itu kembali masuk seperti biasa. Kelas XI MIPA 1 masih hangat akan ingatan masing-masing akan kejadian kemarin.

Tiara dan Anggun tidak hadir. Keduanya mungkin masih lemas dan perlu istirahat dirumah mengingat mereka diserang melalui batin, tidak fisik. Sementara Anzana sekolah seperti biasa, seolah tak terjadi apa-apa.

Entah mendengar dari mana, kabar tentang Bayu pun tersebar. Sedikit-sedikit, gosip tentang Bayu menduduki peringkat teratas tiap siswa. Mulai dari meninggalnya, hingga akun Instagram-nya yang mendadak terkenal dan followers-nya naik 2k. Padahal yang punya sudah mati dan tidak peduli lagi.

"Bayu itu meninggal karna penyakit Malaria. Sayang banget ya, padahal anaknya ganteng terus pinter," mulai Bella. Lingkaran sudah kembali terbentuk di tengah kelas XI MIPA 1. Posisi yang paling pas karna berada dibawah kipas angin dan cukup strategis dari jarak pandang tiap bangku.

"Kok kayak lo yang jadinya gak ikhlas, Bel?" Maura menyipitkan matanya. "Apa jangan-jangan.."

"Iya, guys. Sebenernya gue hampir jadi menantu Bu Hera..."

Beberapa langsung terkekeh dan Sulis yang pagi itu datang telat langsung menghambur ke lingkaran. Tanpa meletakkan tasnya terlebih dahulu.

"Eh! Eh! Bu Ros kayaknya bakal ngamuk sama kita!" Cerita Sulis tanpa mukadimah apapun.

"Ngamuk gimana?"

"Kan harusnya hari Senin itu kita ujian renang, tapi gak ada yang datang!"

Seisi kelas langsung panik. Dan lingkaran itu bubar dengan sukarela.

"Yaudalah, mau gimana lagi. Seriusan lupa gue," Reza berakting menyesal teramat sangat.

"Lo ngapain aja kok bisa lupa! Padahal yang kocar-kacir naik turun-tangga itu gue!" semprot Dzul dengan muka emosi.

Reza melipir dengan lapang dada. Melawan Dzul sama saja dengan mempersilahkan diri masuk neraka. Karna omongan Dzul benar-benar ampuh meningkatkan emosi dan mengeluarkan segala jenis nama hewan yang ia ketahui.

Begitu bel berbunyi, Bu Ros langsung masuk ke kelas. Padahal pelajaran pertama hari itu bukan Penjaskes, alias mata pelajaran yang dibawa Wali Kelas mereka.

"Kenapa pagi-pagi kelas kalian sudah berserakan begini bangkunya?" Mulai Bu Ros.

Penghuni kelas XI MIPA 1 dengan jinak membereskan bangku-bangku yang berantakan kemudian kembali duduk dengan tenang.

"Kenapa kalian diam semua! Kesurupan kalian, hah!" bentak Bu Ros. Setiap pasang mata sudah saling melirik, bingung harus merespons apa.

"Yang saya tau siswa yang kesurupan dikelas ini itu cuma Anzana, Tiara sama Anggun yang kata Dzul macam mau keluar otaknya. Kalian yang sehat walafiat tidak diganggu setan kenapa tidak datang untuk ujian renang?!"

Bu Ros terdengar menghela nafas. Entah dosa apa yang dibuatnya dimasa lalu sehingga mendapat kelas dengan murid-murid bengal seperti mereka ini.

"Semuanya ke lapangan, sekarang!"

"Ngapain, Bu?" Sulis dengan polosnya bertanya.

"Yoga!" balas Bu Ros. Dengan polosnya lagi Sulis percaya.

"Hormat kalian ke arah bendera sampai istirahat pertama. Kalau ada yang pingsan, besok kalian saya hukum lagi."

Seperti datang sekedar untuk memberi hukuman saja, Bu Ros langsung keluar kelas lagi. Dan Reza, sebagai Ketua Kelas yang paling budiman sepanjang abad mengajak temannya untuk segera keluar.

"Ayo, keluar. Itung-itung cinta negara dulu. Sekalian gak belajar, kan enak. Hehehe."

-----------------------------------------

Tamat! Tunggu epilog nya ya!

-litaratur


show METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang