Detak Ketiga

1.3K 145 28
                                    

Jungkook memasuki rumahnya dengan lesu setelah selesai memarkirkan mobil dengan apik di carport rumahnya. Ia bersyukur sekali sore ini Taehyung tidak ikut di mobilnya. Jadi nyawanya tidak terancam—lagi.

Bunda yang sedang menonton acara fashion di teve menoleh ketika pintu utama terbuka. "Anak Bunda sudah pulang?" Wanita itu berdiri, menyambut Jungkook dengan kecupan-kecupan di wajah Jungkook.

Jungkook agak menghindar risih. "Udah ah, Bun. Kookie capek."

Bunda menangkup pipi Jungkook. "Capek ya? Ngapain aja di sekolah? Trus kamu baik-baik aja 'kan?"

Selain dapet serangan gara-gara si kunyuk Taehyung, overall baik-baik aja. Tentu saja hanya dibatinkan dalam hati. Ia belum mau merasakan perang dunia selanjutnya kalau Bundanya tahu bahwa selama ini Taehyung—nyaris—membahayakannya.

Jadi, Jungkook hanya tersenyum. "Gak apa-apa, Bun. Lagi capek aja."

"Trus, Taehyung mana? Kamu gak bareng dia?"

Jungkook mengangkat bahu. "Gak tau."

"Kamu ninggalin Taehyung?"

"Iya."

"Astaga, Kookieee! Kok kamu jahat banget? Dia udah nganterin kamu loh setiap pagi. Masa kamu ninggalin dia gitu aja?"

Jungkook berdecak. "Bunda, pertama, setiap pagi aku bukan dianterin Taehyung, tapi dipaksa Bunda supaya berangkat bareng Taehyung. Padahal kan aku lebih suka berangkat sama Pak Oh Jang tau. Kedua, aku gak ninggalin Taehyung tanpa alasan tau. Dianya mau futsal dulu kok, masa aku tungguin. Males banget."

"Dulu kamu suka nungguin Taehyung."

"Ih, itu kan dulu, Bun. Waktu mager belum kenal sama Kookie." Jungkook nyengir. "Udah ya, Bun. Kookie ke kamar dulu, mau mandi. Capek." Anak itu langsung berlalu kecil ke kamarnya di lantai atas.

Malamnya, Jungkook dipanggil Bunda untuk turun dan menghampirinya. Dengan tampang malas-malasan Jungkook menurut, menghampiri Bundanya di meja bar rumahnya.

"Kenapa sih, Bun?"

Bunda menyodorkan sepiring pudding cokelat dan mangga dengan mangkuk fla di tengahnya kepada Jungkook. "Nih, kasih puding buat Taehyung. Sekalian minta maaf karena tadi kamu ninggalin dia di sekolah."

"Dih!" sungut Jungkook tidak terima. "Minta maaf? Ngapain? Aku gak ngerasa bersalah kok, orang Taehyung juga yang bilang ditinggal aja karena dia mau futsal dulu."

Bunda geregetan. "Ih, keras kepala banget sih kamu. Yaudah kasih aja, Bunda juga bikinnya agak banyak. Sayang kalau gak kemakan."

"Aku bisa kok ngabisin semuanya. Mending buat aku aja, Bun. Taehyung juga udah mandiri."

Bunda mengernyit. "Kamu ada masalah ya sama Taehyung?"

Jungkook nyaris tersedak. "Hah? Enggaklah. Ya kali."

"Habis, kamu kok kayak menghindar gitu? Bunda perhatiin akhir-akhir ini kalian juga jarang bareng."

Jungkook terkekeh, "Ih Bunda bercanda. Ke sekolah pagi-pagi satu mobil setiap hari itu apa namanya kalau bukan bareng-bareng, Bun?"

Bunda menatap Jungkook, berusaha percaya pada anaknya. Karena entah kenapa kali ini ia tidak percaya pada pembelaan anaknya itu. "Iya deh, iya. Semoga aja bener gak musuhan ya, Kook. Gak baik tau."

"Iya, Bun. Tau kok."

"Yaudah sana, kasihin pudingnya. Sekalian ajakin makan malem ya, karena setau Bunda maminya Taehyung belum pulang dari feel-trip­ bareng temen-temen kuliahnya. Kasihan dia belum makan malem."

SUNRAIN [prekuel] ; vkWhere stories live. Discover now