EHE .-.vv
---
Meski yakin tidak akan mendapati sosok yang dicarinya, Taehyung tetap menuruti ayahnya untuk datang ke rumah Jungkook dan mengajak anak itu berangkat sekolah bersama karena hukumannya—well, tidak terasa seperti hukuman sih, karena memang nyaris setiap hari ia dan Jungkook berangkat bersama. Dan yang membedakan hanyalah waktu pulang sekolahnya yang kini sudah tidak lagi bebas. Bukan apa-apa, Taehyung tahu jelas bahwa ini adalah tindakan sia-sia karena jelas-jelas semalam mata kepalanya melihat kesakitan anak itu dan tangannya sendiri yang menyebabkan rintihan juga sengalan napas satu-satu sahabatnya itu. Jadi sudah pasti tidak mungkin sahabatnya itu akan pergi ke sekolah hari ini.
Tapi, Taehyung tetap mengetuk pintu hanya untuk memastikan dan disambut oleh seorang asisten rumah tangga yang ia sendiri sudah mengenalnya.
"Jungkook ada, Bi?" tanya Taehyung to the point.
"Kookie dibawa ke rumah sakit tadi pagi, Den. Sakit lagi," Ekspresi Bibi berubah sedih.
Taehyung mengangguk-angguk saja, sama sekali tidak terkejut mendengarnya. Jadi ia langsung pamit saja setelah mengucapkan terima kasih pada asisten rumah tangga keluarga Jeon tersebut.
Papa baru saja meletakan kembali cangkir kopinya di meja makan ketika Taehyung kembali. "Jungkook di rumah sakit, Pa." Info Taehyung tanpa ekspresi, lantas anak itu duduk mengambil posisi di salah satu bangku meja makan.
Mendengarnya, Papa mengernyit, "Kamu apain?"
Taehyung mengangkat alisnya heran, "Hah?"
"Kamu apain Jungkooknya sampai masuk rumah sakit?" Papa memperjelas pertanyaannya.
Taehyung jelas tersinggung. Meski memang benar ia apa-apain Jungkook, tapi pertanyaan ayahnya yang lahir tanpa mendengar penjelasan lanjutan darinya seolah ia sudah tercap jahat di mata ayahnya sendiri itulah yang membuatnya tersinggung. "Kok Papa nanya gitu?" Taehyung menyahut ketus.
"Kan semalem kamu ngajak dia keluar. Kalau gak kamu apa-apain masa dia bisa di rumah sakit?" Santai saja Papa menanggapi Taehyung.
"Ya mana aku tau. Papa dokter kan? Harusnya tau dong penyakit Jungkook tuh bisa kambuh kapan aja dimana aja bahkan tanpa pemicu? Bisa aja dia lagi tidur trus langsung sakit." Dan Taehyung tidak bicara tanpa dasar. Dulu, ia pernah terbangun tengah malam ketika menginap bersama karena mendengar napas Jungkook tersengal disela tidurnya.
Ganti Papa yang tersinggung, karena Taehyung seolah meremehkan profesinya. "Tapi kalau itu udah berurusan sama kamu, Papa gak yakin dia sakit tiba-tiba. Apalagi semalam kalian habis keluar bareng." Pria itu menyahut datar. "Lagipula Taehyung, ketika melihat kondisi pertemanan kalian yang jelas sudah tidak sehat, sulit bagi Papa untuk percaya gitu aja sama kamu."
"Papa kenapa sih?!" Nada bicara Taehyung meninggi. "Kok kayaknya aku selalu salah di mata Papa kalau itu menyangkut Jungkook? Segitu sayangnya Papa sama Jungkook? Sampai mengesampingkan anak Papa sendiri.'
"Papa punya alasan, Taehy—"
"Apa alasan Papa?"
"Jangan potong omongan Papa!"
"Habis, Papa lama!"
Papa memajukan tubuhnya, menatap anaknya dalam-dalam. "Kamu kenapa sih? Jadi emosional banget." Papa menurunkan nada bicaranya, karena pria itu tahu anaknya sedang emosi dan jika ia membalas dengan emosi yang sama tingginya, bisa-bisa rumahnya hancur mengingat mereka berdua laki-laki yang sama-sama tidak mau mengalah. "Ini karena pergaulan kamu?" lanjut Papa lagi. "Semenjak SMA, kamu jadi liar gini."
YOU ARE READING
SUNRAIN [prekuel] ; vk
Teen FictionPersahabatan Jungkook dan Taehyung remaja ternyata buruk? Prekuel dari book dengan judul yang sama. A/N : Sorry, I'm bad with summary hehe