Jungkook telah mampu melakukan akselerasinya di tahun pertama sekolah menengah. Jadi, mereka bisa melewati waktu-waktu mereka bersama lebih lama lagi. Tapi, ternyata hal itulah yang menjadi alasan seorang Kim Taehyung mulai membenci Jeon Jungkook setelah mereka melewati hari kelulusan sekolah menengah pertama mereka bersama.
Jungkook tidak mengerti, karena tiba-tiba saja Taehyung marah dan menyuruhnya keluar kamar. Sampai ia benar-benar tidak tahan dan Taehyung menjelaskannya. Penjelasan yang sebenarnya tidak bisa Jungkook terima sebagai alasan kebencian Taehyung padanya. Tapi Jungkook pikir, sebagai sahabat yang baik, ia pasrah saja menerimanya.
Tapi mereka cukup dewasa untuk tidak memperlihatkan permusuhan mereka pada orang tua mereka yang juga bersahabat. Jadi dengan dorongan orang tua, mereka tetap sering bertemu dan 'bermain'.
Bermain dalam tanda kutip, tentu saja. Karena hanya orang tua mereka yang menganggap begitu. Selebihnya, hanya ada suara hening yang mendominasi waktu 'bermain' mereka.
Seperti pagi ini, di hari pertama mereka menjadi siswa tahun kedua SMA, mereka bersitegang di halaman rumah keluarga Jeon dengan kunci mobil hitam di sebelah mereka dipertahankan oleh Jungkook.
"Biar gue yang bawa, Taehyung." Tandas Jungkook, mata bulatnya melotot galak.
Taehyung tertawa meremehkan. "Nyokap-bokap lo gak akan ngebolehin."
Dan ya, bahkan cara mereka berkomunikasi pun berubah.
"Ya gak usah ngasih tau lah. Ribet banget." Sahut Jungkook, yang sia-sia, karena jelas Taehyung tidak akan membiarkannya menang.
"Udah kasih aja kuncinya, Jungkook. Ini udah telat."
"Kalau lo ngalah, kita udah berangkat dari tadi, Taehyung."
"Kalau lo ngalah, kita udah berangkat dari tadi, Jungkook."
"Kok lo ngikutin gue?!"
"Suka suka lah!"
Jungkook membuang napas kasar. Ia menyingkirkan tubuh Taehyung yang menghalangi jalannya. "Minggir. Udah nurut aja. Gue yang bawa."
Taehyung menyeringai. "Jadi gitu mau lo? But I never lose, Jungkook." Membiarkan Jungkook masuk ke dalam mobil, dan Taehyung berlari ke dalam rumah sambil berteriak memanggil Bunda. "Tanteeee!"
Membuat Jungkook menghela napas sebal. "Najis, bisanya ngadu." Dumelnya, pasrah menerima nasibnya yang sudah tidak bisa ditawar setelah ini.
Tepat ketika netranya menangkap Bunda dan Taehyung keluar rumah dan membuka pintu mobilnya.
"Tuh, bener kan, Tan. Jungkooknya lagi bandel." Adu Taehyung. "Dari tadi keras kepala banget mau dia yang bawa mobilnya. Padahal kan aku khawatir, Tante."
Anjrit. Bisaan banget abis nih bocah. Jungkook keluar dari mobil. "Bukan gitu, Bun. Tapi kan Taehyung lagi sakit. Kemarin dia main futsal sampe sore jadi kecapean." Ekspresi anak itu berubah menjadi kasihan dan—sok—khawatir.
Tatapan Bunda berubah khawatir. Wanita itu meraba kening dan leher Taehyung, mengecek suhu anak itu. "Yang bener, Tae? Kalau begitu, disopirin Pak Oh Jang aja, ya?"
"Iya, Bun!"
"Gak usah, Tante."
Mereka menyahut bersamaan.
Jungkook mengerling kesal pada Taehyung.
Meski menyadari, Taehyung tidak peduli pada tatapan Jungkook. Ia buru-buru mengklarifikasi pada Bunda. "Aku gak sakit, Tante. Cuman kecapean. Itu juga semalem. Ya biasa kalau habis olahraga kan. Gak apa-apa, Tante."
YOU ARE READING
SUNRAIN [prekuel] ; vk
Teen FictionPersahabatan Jungkook dan Taehyung remaja ternyata buruk? Prekuel dari book dengan judul yang sama. A/N : Sorry, I'm bad with summary hehe