Sambil merapatkan jaket berhoodienya, Jungkook membuka pintu balkon kamarnya dengan pelan. Ia masih sedikit lemah semenjak sakitnya tadi pagi. Jadi seharian ini anak itu hanya tiduran saja di kasur, beristirahat.
Dengan tangan yang mengurut dadanya pelan, Jungkok tersenyum melihat ada tiga mobil terparkir apik di halaman rumah Taehyung, mendandakan seluruh penghuninya sudah berkumpul saat ini. Well, permintaannya tidak sia-sia.
-~-
Merasa khawatir dengan Taehyung, pikiran Jungkook hanya tertuju pada sosok yang semalaman penuh digumamkan oleh Taehyung. Dan Jungkook mengerti sekali itu adalah gambaran kerinduan Taehyung terhadap sosok itu.
Jadi, Jungkook membuka ponselnya masih dengan napas yang acak-acakan. Tapi dia berusaha terdengar normal di sambungan telepon.
Anak itu menghela napas pelan, berusaha lebih mengondisikan suara napasnya nanti.
Setelah Jungkook menghubungi satu kontak, sambungan disahuti pada nada sambung yang keempat. "Ah, halo, Om?"
"Jungkookie?" Suara Papa, ayah seorang Kim Taehyung, terdengar ramah di seberang sana.
Jungkook tersenyum. "Iya, Om. Ini Kookie."
"Ada apa, Kook?"
"Maaf, Om, sebelumnya. Apa hari ini Om sibuk? Bisa gak kalau hari ini—uhuk!" Ah, shit.
"Kookie, kamu kenapa? Kamu lagi kambuh?"
"Enggak, Om!" Jungkook mengeluarkan kekehannya agar dokter itu tidak khawatir. "Hehe, gak apa-apa kok. Cuman—hehe, sesek napas dikit."
"Eh—"
"Gak masalah, Om. Tapi apa aku bisa minta tolong ke Om sekarang? Maaf kalau kedengeran gak sopan,"
"Gak apa-apa, Jungkookie. Ada apa?"
"Apa hari ini Om ada waktu luang? Semalem Taehyung sakit, dan manggil-manggil Om juga Tante. Aku rasa dia—eum, kangen banget sama Om dan Tante. Tapi pagi ini dia keluar lagi, padahal masih sakit—kami sempet berdebat pagi-pagi. Maaf banget aku gak bisa cegah dia pergi, karena mungkin cuman Om dan Tante yang bisa bikin dia pulang?"
-~-
Semoga saja Taehyung senang.
***
Jungkook sama sekali tidak benar.
Well, mungkin ia benar soal 'Taehyung senang'. Tapi itu pada awalnya.
Taehyung memasuki halaman rumah setelah ada panggilan masuk ke ponselnya dari ayahnya dan mengatakan bahwa ayah juga ibunya menanyakan keberadaan dirinya.
Dengan semangat Taehyung pulang, tersenyum lebar sampai ia masuk rumah, senyumnya harus luntur melihat ekspresi dingin ayahnya yang duduk di ruang tamu dengan jas dokternya di lengan sofa, juga ibunya yang duduk di sebelah ayahnya.
"Pa—"
"Kamu habis dari mana?" Suara tegas ayahnya benar-benar melunturkan senyumnya.
Taehyung meneguk ludah. "Cari makan, Pa."
"Cari makan saja?"
"I—iya."
"Kalau semalam, dari mana?"
Taehyung tertohok, berpikir keras apakah ia harus berbohong atau jujur saja?
Jujur mungkin lebih baik, tapi berbohong lebih aman.
YOU ARE READING
SUNRAIN [prekuel] ; vk
Teen FictionPersahabatan Jungkook dan Taehyung remaja ternyata buruk? Prekuel dari book dengan judul yang sama. A/N : Sorry, I'm bad with summary hehe