"Thank you, Tae!" seru Jungkook setelah keluar dari mobil Taehyung yang sudah terparkir di carport rumahnya. Anak itu langsung melenggang ke rumahnya sendiri di seberang.
"Bunda, Kookie pulang!"
Jungkook mengernyit tidak ada sahutan dari dalam rumah. Ia berkali-kali mengetuk pintu rumahnya dan menekan bel rumahnya.
"Bun?" panggilnya.
Jungkook menghela nafas, mengurut dadanya pelan karena lelah sepulang sekolah. Anak itu mengambil ponsel, mencari kontak Bunda yang bersamaan dengan sebuah pesan masuk yang menginformasikan bahwa pulsa dan paket internetnya habis.
"Yaelah," keluhnya pada ponsel, tapi tidak begitu berarti karena kemudian ia hanya perlu menyalakan wifi rumahnya untuk menghubungi Bunda lewat aplikasi chat.
Harusnya semua berjalan lancar, sampai mata Jungkook berpendar mencari tempat duduk di teras rumahnya--ia memilih duduk lesehan di depan jendela semenjak terasnya tidak memiliki furnitur kecuali vas bunga besar di pojok. Ia menyadari setiap hari rasanya makin berat karena ketika ia tidak melakukan apa pun tetap akan terasa lelah dan ia harus memperbanyak waktu istirahatnya.
Sambil menunggu koneksi wifinya tersambung, Jungkook membuka tas, mencari botol obatnya karena ia baru ingat belum minum obat siang ini--dan ini menjelang sore.
Jemari Jungkook menggaruk pelan pelipisnya, heran karena obatnya tidak ada. Anak itu menelan ludah, berusaha tenang meski sebenarnya lebih panik ketika ia berusaha. "Anjir kemana sih obatnya," Ia menggigit bibir, mengingat-ingat paginya apakah ia melupakan obatnya atau tidak. "Masa sih lupa?"
Ponsel kembali menjadi atensinya, heran karena wifinya tidak kunjung tersambung. Dan dengan tidak adanya sambungan internet, tanpa pulsa, tanpa kunci rumah, Jungkook tidak bisa masuk dan beristirahat dengan nyaman.
"Oke tenang, Jungkook, tenang. Jangan panik. Oke, lo emang belum minum obat, tapi lo gak apa-apa. Lo gak kenapa-napa. Cuman capek doang ngantuk, oke ayo tenang. Sekarang gimana caranya buka pintu?"
Jungkook sebenarnya bertanya-tanya kemana Bunda pergi? Ia tahu asisten rumah tangganya sedang mengambil cuti sehingga jika tidak ada Bunda, maka rumahnya kosong di siang hari seperti ini. Setahunya Ayah tidak ada urusan proyek ke luar negeri maupun ke luar kota, sehingga harusnya Bunda akan pergi. Kecuali memang ada urusan lain. Tapi seingatnya, Bunda tidak ada jadwal arisan atau pertemuan apa pun. Kalaupun ada pasti setidaknya sudah menitipkan kunci rumah pada guru piket.
Mata Jungkook tiba-tiba terkunci pada rumah di seberangnya, rumah Taehyung. "Ck," Jungkook berdecak. Ia mau-mau saja meminta bantuan pada Taehyung, tapi tidak yakin akan dapat respon yang baik.
Mempertimbangkan beberapa hal, akhirnya Jungkook memutuskan untuk pergi ke rumah Taehyung. Kalau memang temannya itu tidak akan menolongnya dengan baik, setidaknya ia bisa numpang wifi walaupun tanpa izin karena ponselnya sudah tersambung dengan wifi rumah Taehyung.
"Tae?" Jungkook mengetuk pintu rumah Taehyung. "Tante? Om? Taehyung?"
Jungkook mencebikkan bibir karena tidak ada yang membuka pintu. Apa semua orang bermusuhan dengannya gitu? Jelas-jelas tidak mungkin rumah Taehyung kosong, karena tadi mereka pulang sekolah bersama dan Jungkook melihat bahwa Taehyung tidak pergi kemana-mana. Lagipula, kan Taehyung dihukum tidak boleh keluar rumah.
Jungkook menghela nafas, "HALO?! SHALOM?! SPADAA! PERMISI!! TOK TOK! ANYBODY HOME?!"
"Capek ih anjir," Bahu Jungkook melemas. Ia melepas tasnya karena makin terasa berat dan kepalanya mulai pening. "Bundaaaa, Kookie mau tidurrr! Astaga kenapa dah hidup gini amat," Tangannya mengetuk-ketuk pintu rumah Taehyung dengan pelan, "Taehyuungg..."
YOU ARE READING
SUNRAIN [prekuel] ; vk
Teen FictionPersahabatan Jungkook dan Taehyung remaja ternyata buruk? Prekuel dari book dengan judul yang sama. A/N : Sorry, I'm bad with summary hehe