Detak Kedelapan

1.2K 133 14
                                    


"Di sini, otot jantung kamu malah semakin melemah. Bahkan katup jantung kamu sulit menutup dengan sempurna, dan memperburuk kondisi kamu. Kondisi ini bisa mmebuat kamu terancam terkena gagal jantung."

Jungkook menghela nafas berat setelah sang dokter berhenti memberi penjelasan singkat dengan hasil rontgennya di layar yang ada di ruang dokter ini. Anak itu hanya mengangguk-angguk saja, berusaha tidak menjadikan hal itu sebagai beban untuknya—meski pasti akan menjadi beban juga. Hanya saja berusaha tidak memikirkan itu sekarang dan menyakiti tubuhnya yang payah ini lebih jauh lagi.

"Jungkook, akhir-akhir ini kamu membandel ya? Saya udah pernah bilang supaya jangan memforsir diri kamu terlalu keras 'kan?" Dokter menegakkan posisinya di bangku kebesarannya sambal menatap Jungkook seolah mengintimidasi.

"Aku bukan lemak kali, Dok, yang membandel trus dibasmi sama sabun jeruk cuci piring." Jungkook cengengesan saja. Dan Dokter Sejin hanya tersenyum gemas menanggapinya, sudah terlalu biasa mendapati sahutan-sahutan bercanda dari pasien tetapnya ini.

Bunda gemas, mencubit pelan pipi Jungkook yang rasanya menipis dibandingkan satu tahun lalu. "Kamu tuh, Kook." Jungkook mengaduh kecil. "Makanya, hindari hal yang berbahaya. Udah tau gak bagus, jangan dilanjutin. Jauhin aja."

Jungkook meringis kaku, mendadak canggung ketika mengingat bahwa Bunda ternyata sudah mengetahui tingkah bandel Taehyung padanya. Membuat usahanya menyembunyikan perilaku Taehyung menjadi sia-sia. Dan jelas, ucapan Bunda barusan merujuk pada sikap Taehyung akhir-akhir ini.

"Emang kamu masih ngapain? Gak lari-larian kan?"

"Enggak kok. Cuman—" Jungkook melirik Bunda yang duduk di sebelahnya sambil menghela nafas lelah. Uh, ia menjadi merasa bersalah. "—cuman suka ceroboh gitu, Dok. Kayak lupa bawa barang, bangun kesiangan, jadi buru-buru gitu. Yang itu lho, Bun, kayak pas waktu aku lupa ngerjain PR hehe," Jungkook meremas jemari Bunda, berusaha menguatkan Bundanya yang ia yakinkan bisa saja menangis dalam waktu dekat ini—tentunya karena mengingat seberapa jauh beliau membiarkan anaknya dalam bahaya padahal ia sendiri mengetahui risikonya.

"Trus, di sekolah banyak jajanan enak. Kan sayang kalau gak dicobain." Pernyataan Jungkook yang terakhir membuatnya mendapatkan bonus jitakan kecil dari Dokter Sejin yang kesal. Jungkook nyengir, "Hehe."

"Lebih sayang sama jantung kamu, Jungkook. Saya bosan liat kamu ke sini terus selain buat check up. Jangan dibiasakan, kurangi tekanan buat jantung kamu, dan sekarang kamu sudah mencapai kondisi yang ketiga; harus berhenti kalau dirasa kegiatan kamu membuat jantung kamu sakit."

Jungkook menjilat bibirnya yang kering, menelan ludah karena kikuk. Juga merasa buruk karena firasatnya benar; jantungnya memburuk. Akhir-akhir ini ia lebih mudah lelah, padahal kegiatannya tidak terlalu berat. Kepalanya sering pusing dan memberat, tubuhnya lemah, dan ia pernah satu kali batuk darah.

Ia ingin bertanya kenapa ia bisa batuk darah, tapi rasanya ia tidak mau lebih membebani Bunda dengan memberitahu Bunda dan Dokter Sejin bahwa ia pernah batuk darah. Cukup ia saja dulu yang tahu.

Jadi, Jungkook hanya menyahut, "Iya, Dok."

"Masih ingat wejangannya? Ingat pantangannya?"

"Masihhh," Jungkook menyahut sewot, membuat Dokter Sejin dan Bunda tertawa kecil. "Bertahun-tahun aku dibilangin, setiap check up dibilangin, yakali aku lupa."

"Kalau gak lupa ya jangan dilanggar, Jungkookieee..."

Jungkook cengengesan, "Siap, Dok. Kalau aku gak lupa lagi. Kan Dokter tahu penderita lemah jantung gampang lupa hehe."

SUNRAIN [prekuel] ; vkWhere stories live. Discover now