Kurang lebih kayak gini ruang rawat Jungkook yak. (Iya jendelanya sepanjang ruangan supaya pasiennya gak ngerasa dikurung banget. Wkwkwk sok ngide bet gue.)
Gak mencerminkan calon arsitek banget ya gambar aku .-.
Maafin berantakan dan gak sesuai aturan wakakak. Semoga paham wkwk.
***
"Yoongi mana, Kook? Belum ke sini lagi dia,"
Pertanyaan Bunda membuat Jungkook mempause video matematika dari CD yang dibelinya awal semester kemarin. "Kak Yoongi lagi TO, Bun. Bentar lagi kan UN."
"Ohiya," Bunda meletakkan gelas kaca dengan air mineral yang sudah diisi ulang dari dispenser kamar rawat anaknya itu ke atas meja sebelah brangkar. "Yoongi mau masuk universitas mana ya? Kalau gak salah mau ngambil Hukum."
"Kata Kak Yoongi sih kalau masuk negeri bakal ngambil hukum, kalau gak dapet palingan ke LSPR, Bun."
Bunda mengangguk-angguk, "Bunda khawatir tapi. Orang kalem gitu masuk jurusan yang harus banyak ngomong."
Jungkook tertawa kecil, "Kak Yoongi cuman gak banyak omong yang gak penting, Bunda. Tapi pemikir, kalau sekalinya ngomong yang bener bisa panjang."
"Iya juga, sih," Bunda mengiyakan mengingat saat-saat sesekali Yoongi berdebat dengan Ayah soal politik atau isu-isu yang sedang panas di berita.
"Kook, udahan dulu ya belajarnya. Kasian mata kamu juga capek liat layar laptop terus." Bunda berusaha mengambil binder catatan Jungkook yang sontak diprotes anaknya.
"Ih, Bunda aku belum selesai,"
"Iya nanti maleman dilanjut lagi. Jangan diforsir terus otak kamu."
Jungkook cemberut, "Tapi nanti aku bisa ketinggalan pelajaran," Mengingat nilai-nilainya yang seringkali hanya mencapai nilai pas-pasan membuatnya ingin mengejar kelemahannya walaupun sebenarnya usahanya sudah cukup keras dibanding teman-temannya. Dan hal itu tentu saja membuat Jungkook sedikit banyak tidak terima dengan kemampuan otaknya untuk menerima pelajaran.
"Emang kalau otaknya diforsir terus gak bikin capek? Malah sia-sia tau usaha kamu, soalnya kelamaan mikir nanti gak konek." Ayah menyahut dari sofa seberang brangkarnya.
Jungkook mendelik kesal, "Pisau aja kalau diasah terus makin tajem, bukan makin tumpul."
"Tapi jadi pendek. Lama kelamaan pisaunya jadi lebih pendek soalnya diasah terus dan harus diganti."
"Salah mulu aku," Jungkook menutup laptopnya kesal. "Tuh aku udahan tuh belajarnya."
Bunda merapikan buku-buku dan laptop anaknya sambil tersenyum, kemudian mengecup lembut pipi anaknya, "Jangan kesel gitu dong, Kook. Nanti kan bisa belajar lagi, masih lama kan ujiannya."
YOU ARE READING
SUNRAIN [prekuel] ; vk
Teen FictionPersahabatan Jungkook dan Taehyung remaja ternyata buruk? Prekuel dari book dengan judul yang sama. A/N : Sorry, I'm bad with summary hehe