➿ KNDA - 2

7.4K 952 81
                                    

Sejauh apapun kau meninggalkanku, pada akhirnya Tuhan akan membawamu kembali padaku.

--- Aldigo Fahrezi ---

➿➿➿➿➿

Namanya Prilly Natasya.

"Tunggu, bentar ya!" pesan Prilly pada seorang laki-laki yang kini tengah duduk di belakang kemudinya. Laki-laki itu hanya tersenyum dan mengangguk.

Turun dari mobil sambil menebarkan senyumnya, Prilly melangkah pelan menuju minimarket. Sesekali ia bersenandung kecil. Saat tak sengaja matanya menatap sepasana bola mata hitam milik gadis kecil di depannya, saat itu pula langkah Prilly terhenti.

Prilly memdekati gadis yang tengah menatapnya dengan buliran airmata. Bahkan gadis itu membiarkan kantong plastik putih yang dibawanya terjatuh dari tangan mungilnya.

Entah kenapa Prilly merasakan hal aneh saat menatap bola mata gadis kecil itu. Prilly akhirnya memutuskan untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Duduk jongkok di depan gadis kecil itu sambil tersenyum.

"Halo, cantik. Kenapa menangis?" tanya Prilly pelan. Bukan sebuah jawaban yang Prilly dapatkan melainkan isak tangis seorang anak kecil yang terdengar menyayat hati.

Prilly benar-benar tidak bisa membiarkan gadis itu terus menangis. Ia lalu menoleh ke arah wanita setengah baya yang berdiri di sebelahnya, menatapnya bermaksud meminta jawaban. Tapi yang di dapatnya hanyalah sebuah senyuman di iringi tetesan airmata.

Prilly benar-benar bingung di buatnya. Kini dua orang asing di hadapannya menangis tanpa sebab. Pandangan mata Prilly kembali beralih ke wajah gadis mungil itu. Tangannya perlahan terulur menyeka kedua pipi gadis manis itu.

"Jangan menangis ya? Apa kamu butuh bantuan?" tanya Prilly lagi.

"Mam--ma," suara gadis kecil itu begitu lirih tapi terdengar jelas di telinga Prilly.

"Mama?" cicit Prilly. "Kamu mencari Mamamu? Di mana Mamamu, sayang?"

"Mama!"

Prilly bingung harus berbuat apa. Sama sekali tak ada petunjuk yang ia dapat. Prilly menghela nafas pelan lalu berdiri. "Maaf, Bu. Kalau boleh tau kenapa ya adik kecil ini menangis? Apa dia sedang mencari Mamanya?"

Bi Santi menggeleng pelan. Ia lalu menyeka kedua matanya yang basah dan langsung jongkok memeluk gadis di sebelahnya. "Maaf, Non. Sepertinya Non Adara salah orang. Non Adara mengira Anda adalah Mamanya."

Prilly mengangguk pelan lalu tersenyum. Ia kembali duduk jongkok di depan gadis mungil itu. "Mama kamu kemana, Sayang?" tanya Prilly lembut membuat Adara melepaskan pelukan Bi Santi.

Sebelum menjawab, Adara sempat mengusap kedua matanya menggunakan punggung tangannya. "Adara seneng Mama sudah pulang. Adara gak mau Mama pergi lagi. Janji sama Adara, Mama akan selalu sama Dara. Tolong bilang sama Tuhan, kalau Mama pengen pulang sama Dara."

Prilly tertegun mendengar ucapan gadis itu. Perlahan tangannya merengkuh tubuh Adara dan memeluknya, mengusap pucuk kepalanya dengan lembut. Prilly menyadari sesuatu, dari kata-kata yang Adara sampaikan sepertinya Adara sudah kehilangan Mamanya. Kematian yang memisahkan mereka.

Karena menunggu terlalu lama akhirnya seorang bodyguard menyusul Bi Santi dan Adara.

"Non Adara harus segera pulang. Nanti Mister Digo akan marah kalau Non Adara tidak segera pulang." seru bodyguard itu tegas.

Prilly melepas pelukannya dan menoleh menatap bodyguard yang berdiri di belakangnya.

"Non Sisi?!" panggilan bodyguard itu membuat kening Prilly mengernyit.

Kusebut Namamu Dalam AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang