➿ KNDA - 15

5.5K 770 91
                                    

➿➿➿➿➿

1 bulan kemudian...

Rencana Digo untuk memiliki Prilly berjalan dengan lancar. Ia sudah menyingkirkan Ali dan sekarang tak ada lagi yang akan menganggu hubungan mereka.

Setelah resepsi pernikahan yang begitu mewah, kini Digo dan Prilly sudah berada di dalam sebuah kamar yang di desain tak kalah mewahnya juga. Kamar pengantin.

Prilly menatap dirinya lewat cermin di depannya. Tak ada senyum bahagia terpancar dari wajahnya. Matanya kemudian beralih menatap pintu kamar mandi yang terbuka perlahan.

Digo keluar dengan rambut basah dan sebuah piyama membalut tubuhnya. "Mandilah. Sudah aku siapkan air panasnya."

Prilly tak menyahut tapi ia hanya mengangguk dan mempercepat aktifitasnya, melepas beberapa aksesori yang melekat di beberapa bagian tubuhnya.

Tanpa Prilly minta, Digo melangkah menghampirinya dan berdiri di belakang Prilly. Tangannya terulur membantu melepas beberapa aksesori yang ada di kepala Prilly.

"Kau cantik sekali malam ini," pujinya lirih.

Digo menatap wajah Prilly melalui cermin di depan mereka. Tangan Digo beralih memegang kedua pundak Prilly.

"Sa-saya mau mandi," seru Prilly tiba-tiba dan langsung berdiri dari tempat duduknya. Kakinya hendak melangkah masuk ke dalam kamar mandi tapi pergerakan tangan Digo lebih cepat.

Ia meraih lengan Prilly dan mencekalnya. Menarik tubuh Prilly lebih mendekat ke arahnya. Prilly sedikit panik, ia hanya bisa menundukkan wajahnya.

"Lihat aku!" titah Digo. Perlahan Prilly mengangkat wajahnya dan pandangan mata mereka saling beradu. "Aku sangat beruntung bisa memilikimu dan aku tidak akan melepaskanmu. Sampai kapanpun."

Prilly menelan salivanya pelan. Jemari Digo perlahan mendarat di tengkuknya. Digo semakin mendekatkan wajahnya dan hampir saja ciuman itu terjadi kalau saja Prilly tidak segera menghindar.

"Maaf, Pak. Saya harus segera mandi," tolak Prilly sambil sedikit mendorong dada Digo dengan pelan.

Digo menghembuskan nafasnya dengan gusar lalu melepaskan Prilly. Membiarkan Prilly masuk ke dalam kamar mandi. Ia lalu melangkah mendekati tempat tidur dan duduk di tepinya.

Aku akan menjadikanmu milikku seutuhnya.

➿➿➿➿➿

Digo menoleh perlahan saat hidungnya mencium aroma lavender. Prilly keluar dari kamar mandi dengan berbalut piyama birunya. Langkahnya terhenti saat menatap Digo yang kini tengah berbaring di atas tempat tidur.

"Bapak belum tidur?" tanya Prilly lalu duduk di depan meja rias sebelah tempat tidur.

"Kemarilah!" titah Digo. Prilly menoleh tapi ia tak bergerak dari tempatnya. "Duduklah di sini!" Digo menepuk lembut tempat kosong di sebelahnya.

Prilly berpikir sebentar, agak ragu untuk melakukannya. Tapi melihat Digo yang terus menatap dirinya membuat Prilly akhirnya bangkit dari tempat duduk dan menuruti perintah Digo.

Prilly merangkak naik ke atas tempat tidur dan duduk di sebelah Digo. "Bapak gak tidur? Besok kan kerja?"

Digo menggeleng pelan. "Aku bisa mengerjakan semua pekerjaan dimana saja---"

"Sudah malem, Pak. Saya tidak mau besok terlambat ke kantor."

"Mulai besok kamu tidak perlu kerja lagi. Aku akan mencari sekretaris pengganti--"

"Tapi, Pak. Itu pekerjaan saya dan saya membutuhkannya," sela Prilly. "Saya sangat membutuhkan pekerjaan itu."

Digo terkekeh pelan. "Kamu istriku. Mana mungkin aku akan membiarkan istriku bekerja?"

Kusebut Namamu Dalam AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang