➿ KNDA - 7

4.5K 668 44
                                    

➿➿➿➿➿

"Terima kasih,"

Prilly mendongak dan mendapati Digo sudah berdiri di depan meja kerjanya. "Kok Bapak yang bilang makasih sama saya? Kan harusnya saya, Pak. Karena sudah di bikinin teh hangat pagi ini."

"Terima kasih karena kemarin kamu mau menemani saya dan Adara." jelas Digo.

Prilly menganggukkan kepalanya beberapa kali lalu bangkit dari tempat duduknya. "Oh. Iya Pak, sama-sama. Saya juga terima kasih untuk tehnya."

Digo mengangguk sekali lalu memutar tubuhnya, bersiap meninggalkan ruangan Prilly. Tapi langkahnya terhenti dan ia kembali menatap Prilly. "Apa nanti malam kamu sibuk?"

Prilly menatap penuh curiga. "Kenapa, Pak?"

"Jawab saja!"

Prilly mendengus kasar sebelum menjawabnya. "Sabtu malam biasanya saya sibuk, Pak---"

"Kalau Sabtu sore?" potong Digo.

"Mm, gak bisa, Pak---"

"Ya sudah Sabtu siang kamu ikut saya. Ada yang ingin bertemu denganmu." Setelah mengatakan hal itu, Digo langsung melesat pergi.

Lagi-lagi Prilly mendengus lalu menggerutu pelan. "Gue kan belum jawab bisa apa gak?"

Digo menatap sebentar pintu ruangan Prilly yang tertutup. Kalau bukan karena Adara, tak mungkin Digo akan melakukan hal ini.

➿➿➿➿➿

Sabtu siang Prilly memang tak ada jadwal bertemu dengan Ali jadi Ia bisa menuruti perintah Bos kulkasnya.

Siang ini Digo menyetir mobilnya sendiri dan di sebelahnya duduk Sekretaris barunya, Prilly. Prilly masih belum tau kemana Digo akan membawanya. Sampai akhirnya mobil Digo masuk ke dalam halaman sebuah rumah yang sangat mewah, barulah Prilly membuka suaranya.

"Ini rumah Bapak?" tanya Prilly dan hanya di angguki oleh Digo. Prilly segera turun dari mobil saat melihat Digo sudah melesat dari mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah.

Pintu rumah Digo terbuka lebar membuat mulut Prilly melongo seketika. Sama halnya dengan beberapa bodyguard yang berdiri di kedua samping pintu rumahnya. Wajahnya tampak terkejut melihat kedatangan Prilly. Mereka belum mengetahui jika wanita di depannya ini adalah orang lain yang wajahnya serupa dengan Sisi.

"Selamat siang Mister Digo. Selamat siang Nyonya Sisi." sapa mereka hampir serempak dengan pandangan mata menunduk.

Digo hanya mengangguk sementara Prilly tampak bingung. "Sisi? Sisi siapa maksudnya, Pak?" tanya Prilly bingung.

Digo memilih tak menjawab dan langsung melangkah ke ruang tengah. Di meja makan sudah tersedia berbagai macam makanan yang tertata rapi.

"Eh-selamat siang Nyonya----" Bi Santi tampak bingung harus memanggil Prilly dengan sebutan apa. Karena ia tau, wanita yang berdiri di depannya ini hanyalah seorang wanita yang kebetulan mirip dengan Ibunda Adara.

"Panggil Prilly aja, Bi," jelas Prilly sambil melemparkan senyum ramahnya.

"I-iya Non Prilly." Bi Santi sedikit membungkukkan badannya. Tak menyangka jika Prilly benar-benar sangat mirip dengan Sisi. Keduanya sama-sama ramah dan cantik.

"Sini biar Prilly bantuin, Bi," tawar Prilly tapi langsung di tolak oleh Bi Santi.

"Tidak usah, Non. Bibi sudah terbiasa sendiri kok."

"Gak pa-pa kok, Bi. Mana yang harus di kerjain?" Prilly tetep ngotot ingin membantu Bi Santi.

Pandangan mata Bi Santi menatap ke arah Digo yang berdiri diam mengamati keduanya. "Biarkan Bi Santi mengerjakannya sendiri. Saya membawamu ke sini bukan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Ayo ikut saya."

Kusebut Namamu Dalam AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang