➿ KNDA - 3

7.2K 825 69
                                    

Wajahmu mengingatkanku akan dosaku di masa lalu.

--- Aldigo Fahrezi ---

➿➿➿➿➿

"Sisi?"

Digo tak menyadari jika matanya sudah basah. Wanita di depannya terlihat bingung dan melangkah pelan mendekat ke meja kerja Digo.

"Maaf, Pak. Nama saya Prilly. Prilly Natasya. Bukan Sisi." jelas wanita yang bernama Prilly itu.

Digo mengerjapkan matanya beberapa kali dan ia baru sadar airmatanya sudah berjatuhan. Dengan gerakan cepat Digo menyekanya. Sekali lagi ia menatap Prilly. Meyakinkan jika wanita yang berdiri di ujung sana bukanlah Sisi. Karena Sisi memang sudah tak ada di dunia ini.

"Saya mau melamar pekerjaan sebagai tenaga Sekretaris, Pak. Apa masih ada tempat untuk saya---"

"Maaf. Lowongan sudah di tutup." sela Digo cepat sambil mengalihkan pandangannya menatap layar laptop di depannya.

Prilly tampak syok dan hanya bisa melongo tapi ia tak tinggal diam. "Maksud Bapak apa? Bapak menyuruh saya menunggu diluar selama satu jam lebih dan saat saya menghadap Bapak, Bapak bilang lowongan di tutup? Bapak mau mempermainkan saya? Mentang-mentang saya cuman lulusan SMA trus Bapak meremehkan kemampuan saya?"

"Maaf tapi untuk saat ini saya tidak sedang mencari tenaga baru."

"Bapak ini gimana? Jelas-jelas tadi ada dua orang yang interview sebelum saya. Maksud Bapak apa?" cerca Prilly.

"Bisakah Anda keluar dari ruangan saya? Saya sibuk. Silahkan, pintunya ada di belakang Anda." setelah itu Digo mulai memainkan jemarinya di keyboard laptopnya.

Prilly mendengus sebal. "Awas saja kalau suatu saat nanti saya liat lowongan sekretaris di kantor ini. Akan saya acak-acak ruangan Bapak. Permisi." Prilly membalikkan badannya dan melangkah cepat. Membuka pintu dengan gerakan kasar dan menutupnya dengan keras.

BLAM!

Digo spontan mendongak. Rentetan kejadian di masa lalu langsung melintas di dalam kepalanya. Saat ia memarahi Sisi karena terus menangisi kepergian Niki. Saat itu Digo sempat membanting pintu kamar Sisi dan membiarkan Sisi menangis.

Digo menghela nafas panjang dan merauk wajahnya. Menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya.

Jika ia bisa memilih, ia tak ingin bertemu dengan Prilly yang mempunyai wajah mirip dengan Sisi. Makanya Digo memutuskan untuk tidak menerima Prilly. 5 tahun Sisi pergi tapi Digo masih belum bisa ikhlas. Apalagi kepergian Sisi untuk menyelamatkan nyawanya.

Pandangan mata Digo beralih menatap layar laptopnya yang menampilkan foto Sisi.

"Apa itu kamu? Apa kamu kembali dengan wujud orang lain?" gumamnya lirih.

➿➿➿➿➿

Digo melangkah pelan masuk ke dalam kamarnya. Melempar jasnya ke sembarang tempat lalu melepas dasinya. Ia lalu duduk di tepi tempat tidur. Matanya menatap foto berbingkai yang terpajang di atas nakas. Digo meraihnya dan memandangi foto itu.

"Hari ini aku melihatmu walau aku tau itu bukan kamu, tapi setidaknya cukup mengobati rasa rinduku padamu."

Digo kembali meletakkan foto Sisi di tempatnya semula dan beranjak dari tempat tidur. Melangkah menuju jendela kamarnya dan berdiri di sana. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya.

Bayangan wajah Sisi dan Prilly silih berganti menari di dalam benaknya. Kemiripan yang sulit di bedakan. Hanya saja Prilly lebih berani dan frontal. Sisi lemah lembut dan penyabar.

Kusebut Namamu Dalam AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang