➿ KNDA - 11

5.9K 739 76
                                    

➿➿➿➿➿

Prilly membuka matanya perlahan. Entah sudah berapa lama ia pingsan. Ia meringis saat sakit di kepalanya kembali menyerang.

"Mama,"

Mata Prilly terpaku pada sosok gadis kecil yang kini tengah duduk di tepi tempat tidur. Prilly sangat mengenal gadis itu dan ia tak mungkin bisa melupakannya.

"Adara? Kok kamu di sini, Sayang?" tanya Prilly lembut.

Adara mengangguk lalu menggenggam jemari Prilly yang terasa hangat. "Dara kuatir sama Mama. Mama gak kenapa-napa kan?"

Prilly tersenyum mendengarnya. "Gak pa-pa kok, Sayang. Tante cuman gak enak badan aja. Kamu kok bisa ada di sini? Kamu gak sekolah?"

Adara menggeleng sambil tersenyum kecil. "Adara udah pulang, Ma. Kan sekarang udah malem."

"WHAT?" pekik Prilly histeris. Ia sedikit bangun dan menoleh ke arah jendela. Kening Prilly mengernyit saat menyadari suatu hal. Ini bukan di kantor, juga bukan di apartemennya. Prilly menatap sekeliling kamar yang tampak asing ini. "Ini di mana?" tanya Prilly lirih sambil mengalihkan pandangannya menatap Adara.

"Di rumah, Ma."

Jawaban Adara semakin membuat Prilly panik. Bagaimana bisa ia sampai di rumah ini? Apa Digo yang membawanya? Prilly mengangguk yakin. Saat ia pingsan tadi pasti Digo membawanya pulang ke rumah.

Prilly bangkit dari tempat tidurnya dan meraih tas kerjanya.

"Mama mau kemana?" teriak Adara sambil bergelayut di lengan Prilly.

"Tante mau pulang, Sayang."

"Mama gak boleh kemana-mana. Mama gak boleh pergi. Adara gak mau pisah sama Mama."

Prilly panik saat melihat Adara menangis. Tapi ia tak bisa tinggal di sini. Ali pasti mencarinya. "Maaf, Adara. Tante harus pulang. Ini sudah malam. Besok Tante ke sini lagi, ya!" bujuk Prilly.

Tapi Adara malah menggeleng sambil menarik lengan Prilly. "Gak mau. Mama gak boleh pergi. Mama pernah janji mau tinggal di sini sama Adara. Sama Papa. Mama gak boleh pergi."

Prilly mendengus pelan. Ia lalu jongkok di depan Adara dan memegang kedua pundak Adara. "Adara, dengerin Tante. Tante ini bukan Mama kamu. Mama kamu---Mama kamu udah tenang di sana Sayang."

Adara menggelengkan kepalanya dengan kuat dan semakin menangis. "MAMA JAHAT. MAMA GAK SAYANG SAMA ADARA. MAMA JAHAAAT!!!" teriak Adara kencang membuat Prilly sedikit memejamkan matanya.

Prilly kembali mendengus dengan kasar. Kesabarannya benar-benar di uji. Emosinya tiba-tiba naik dan dengan gerakan cepat ia bangkit dari duduknya. Menatap penuh amarah ke arah Adara.

"Udah aku bilang, aku bukan Mama kamu. Kamu ngerti gak sih? Mama kamu udah meninggal. Mama kamu udah tenang. Mama kamu Sisi dan aku Prilly. AKU BUKAN MAMA KAMU!"

Bukannya berhenti menangis tapi tangisan Adara semakin kencang. Adara menangis sambil berteriak histeris. Sedetik kemudian Prilly menyadari apa yang di lakukannya salah. Tak seharusnya ia melampiaskan kekesalannya pada Adara.

Ia menyadari satu hal, posisi Adara saat ini sama seperti dirinya. Ibunda tercinta sudah tiada. Adara pasti sangat merindukan kasih sayang seorang Ibu. Perlahan Prilly kembali duduk jongkok di depan Adara dan langsung memeluk Adara. Hingga airmatanya ikut menetes.

"Maafin Tante, Sayang. Tante gak ada maksud seperti itu. Maafin Tante." Prilly mengusap lembut kepala Adara dan mendaratkan ciumannya.

Digo hanya memperhatikan dari balik daun pintu yang sedikit terbuka. Teriakan Adara membuatnya panik dan langsung berlari menghampirinya. Tapi ia di buat terpaku saat Prilly meluapkan emosinya pada Adara. Di detik selanjutnya, Digo melihat Prilly sedang menenangkan Adara.

Kusebut Namamu Dalam AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang