➿ KNDA - 16

4.3K 706 66
                                    

➿➿➿➿➿

Digo keluar dari mobil dan membanting dengan keras pintu mobil. Lalu melangkah lebar masuk ke dalam rumah. Bi Santi sedikit terkejut atas kedatangan Digo karena tak biasanya siang hari Digo akan pulang ke rumah.

Tapi rasa keterkejutan Bi Santi berubah menjadi senyuman lembut tersungging di bibirnya. Bagaimana tidak mungkin terjadi? Karena Digo sekarang sudah beristri, bisa saja Tuannya itu terlalu rindu dengan istri barunya.

"Dimana Prilly?" tanya Digo dengan suara dingin dan berat.

"Di kamarnya Nona Adara, Mis---ter."

Digo langsung melesat menuju kamar Adara sebelum Bi Santi selesai dengan ucapannya. Mendadak perasaan Bi Santi jadi tak karuan. Apa yang terjadi dengan Mister Digo?

BRAK!

Pintu kamar itu terbuka dengan sangat lebar dan Digo berdiri di ambang pintu menatap nyalang ke wajah Prilly yang tampak terkejut karena kedatangan Digo yang tiba-tiba.

Prilly berdiri dari duduknya. "Digo?" panggilnya pelan.

Digo melangkah masuk dan sekilas matanya melirik ke wajah Adara yang tampak terlelap. Lalu pandangan matanya kembali jatuh pada wajah Prilly. Tatapan matanya begitu tajam dan dingin membuat Prilly menelan salivanya pelan.

"Kamu sudah pul----akh!"

Digo langsung menarik lengan Prilly dan menyeretnya keluar dari kamar Adara.

"DIGO. LEPASIN! SAKIT, DIGO. LEPASIN!!" Prilly meronta dari cengkraman tangan Digo tapi cengkraman itu semakin erat membuat Prilly meringis hingga airmatanya merembes keluar.

Membuka pintu kamar dengan kasar lalu melempar tubuh mungil Prilly hingga nyaris tersungkur di lantai. Pintu kamar itu ia banting dengan keras hingga menimbulkan suara yang membuat Prilly berjingkat.

Belum sempat menanyakan kenapa Digo menyeretnya kini tangan Digo beralih mencengkram rahang Prilly. "Katakan padaku, siapa yang menyentuhmu!"

Airmata Prilly semakin deras mengalir. Merasakan ngilu di pergelangan tangannya di tambah cengkraman di rahangnya. "A-apa maksud kamu---"

"SIAPA YANG MENIDURIMU? ANAK SIAPA DI DALAM PERUTMU ITU? KATAKAN PADAKU SIAPA AYAH DARI BAYI ITU!!"

Prilly memejamkan matanya sebentar mendengar suara keras Digo. Airmatanya tak henti-hentinya mengalir. Ia tau, Digo pasti akan kecewa padanya tapi Prilly tak pernah menyangka Digo akan berbuat kasar seperti ini.

"Maafin aku---AAAKH!" Tubuh Prilly terhuyung ke belakang dan mendarat di atas tempat tidur. Ia menangis sesenggukan sambil memegangi perutnya yang masih rata.

"Kau kira kata maaf bisa membuatmu perawan lagi?" Digo terkekeh pelan. "Apa karena ini alasan kau mau menjadi istriku? Karena kau hamil dan ditinggalkan oleh laki-laki yang telah mengambil hakku?"

Prilly menggeleng dengan kucuran airmata yang semakin deras. "Bukan, bukan seperti itu---"

"LALU APA?" Nafas Digo tampak memburu, emosinya meledak saat mengetahui Prilly sedang hamil. "Kenapa kau tidak bilang dari awal kalau kau sudah melakukannya dengan orang lain?"

Prilly hanya diam. Ternyata pilihannya salah. Dengan menerima lamaran Digo dan menjadi istrinya. "Maafkan aku!" ucap Prilly lirih.

Digo kembali menghampiri Prilly dan langsung mendorong bahu Prilly. Membuat tubuh Prilly terdorong hingga telentang di atas tempat tidur. Tak ada yang bisa Prilly lakukan karena cengkraman tangan Digo di kedua pundaknya begitu kuat.

Digo mendekatkan wajahnya dan berbisik pelan. "Gugurkan atau aku yang akan membunuhnya!"

Mata Prilly terbelalak mendengarnya. Dengan gerakan kasar, Digo melepas cengkraman tangannya dan melesat keluar dari kamar. Prilly perlahan bangun dan duduk di tepi tempat tidur.

Kusebut Namamu Dalam AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang